3 - Nasi Goreng

9 2 1
                                    

Pindah tempat dari rumah gaya tudor ke sebuah apartemen dengan desain suka-suka dari penghuninya. Apartemen dengan tiga kamar yang mana dua kamar digunakan sebagai kamar tidur dan satu kamar digunakan sebagai studio rekaman. Apartemen dengan banyak sentuhan warna pastel dan tatanan minimalis itu kini dipenuhi oleh delapan orang pemuda dan seorang gadis.

Para pemuda itu duduk tak tahu tempat sedangkan sang gadis hanya bisa menghela napas.

"Lo pada ngapain sih kesini? Ngotor-ngotorin apartemen orang aja." Kesalnya sambil memunggut bantal sofa yang tergeletak di lantai.

"Laper, yang. Kamu udah masak?"

"Ya, belum lah! Baru aja bangun."

"Eh? Tumben bangun siang. Tidur jam berapa emang?"

"Tiga pagi kali. Entah, nggak nengok jam." Ia pun berlalu meninggalkan ruang tengah dan berjalan ke dapur, diikuti sang kekasih.

"Kamu kenapa tidur jam segitu?" Pemuda itu tak bisa menutupi rasa penasarannya.

"Tugas dari dosen. Biasa, si Pak Kumis. Eh, ini pada mau makan apa? Ada yang buru-buru nggak?" Gadis itu memeriksa kulkas.

"Nasi goreng aja tapi keburu nggak, yang?"

"Ya, mana aku tahu makanya tadi aku tanya kamu 'kan. Ada yang buru-buru apa enggak. Gimana sih kamu?" Kini keduanya berhadapan.

"Bang Uji jam sembilan mau pergi. Buat yang lain pada free paling kalo ada kelas, kelas siang."

Gadis itu menggangguk lantas menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

"Masih ada empat puluh lima menit. Hao."

"Hm?"

"Di rumah ada nasi nggak?" Gadis itu berbalik, menatap pemuda yang lebih tinggi darinya.

"Ada, nasi kemarin tapi."

"Nggak apa, toh mau dimasak lagi. Nasi aku cuma dikit. Ambil gih, kalo belum bau. Sama suruh si item ke sini, suruh bantu aku."

Setelahnya pemuda itu berjalan pergi meninggalkan area dapur. Selang beberapa menit kemudian kehadiran pemuda lainnya mengalihkan fokus Aya sejenak sebelum gadis itu kembali sibuk pada masakannya.

"Ayangku, butuh bantuan?"

"Gosah macem-macem. Gua pegang ulekan ini. Mau gua timpuk?" Tanyanya sambil mengacungkan ulekan yang ia gunakan.

"Weits, nyelow. Galak amat. Makin suka."

Gadis itu hanya bisa memutar mata jengah sebelum berteriak.

"Bang Uji!! Sini temenin Aya sama Mingyu masak!" Setelahnya pemuda dengan tubuh kecil dan mata sipit datang.

"Kok gua?"

"Kan, Bang Uji yang kudu dicepetin. Nanti kalo nasgornya nggak keburu. Aya 'kan bisa langsung bikinin sandwich kalo nggak toast. Apa mau oatmeal?" Tanya Aya menawari.

"Ya, serah aja."

"Bang, pegi sana, bang. Gua mau berduaan sama Aya."

Woozi dan Aya yang mendengarnya hanya memutar mata jengah. Masakan Aya bisa-bisa tak matang jika hanya mereka berdua di dapur.

"Nggak, lo tuh kudu diawasin biar nggak aneh-aneh."

"Halah."

***

Ceklek

Minghao berjalan santai setelah menutup pintu rumah. Sedikit terheran melihat keadaan rumah yang cukup rapi dan tak seberantakan tadi.

Nak Gahol | SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang