Eris Chandra

54 8 11
                                    

Eris baru saja selesai mandi, tapi Ibu tak henti meneriakinya supaya lekas untuk berangkat mengikuti tes sihir.

Di kerajaan Alegori seluruh warganya akan melalui tes sihir saat umur mereka menginjak 16 tahun.
Tes tersebut guna mengetahui jenis sihir apa yang dimiliki mereka. Nantinya hasil ini akan digunakan untuk mendaftar ke persekolahan sihir. Setidaknya itu untuk mereka yang memiliki sihir.

"Eris!! Segeralah ini sudah jam 9. Sejam lagi tes sihir akan dimulai,"  teriak  wanita usia kepala tiga itu, hingga memenuhi rumah yang dihuni tiga orang itu.

Eris menuruti kata Ibu, bergegas berpakaian dan segera menuju meja makan.

"Kau sudah pakai baju sihirmu?" Tanya Ibu sembari mengambil makanan yang sudah matang dan meletakkannya di meja makan.

"Hmm, sudah." Sahut anak laki-laki itu dengan santai. Eris menatap Ibu dengan malas. "Untuk menambah kekuatan sihir, kan?" tebaknya seolah tak tau kegunaan baju sihir itu.

Ibu hanya melempar senyum ke arahnya. Sementara Eris langsung menyambar makanan yang ada di atas meja.

"Tante Rose, semangat sekali dengan tes sihir. Bukannya Eris  yang mau mengikuti tesnya." Tiba tiba ada seorang gadis datang dari arah tangga atas.

Pernyataaan tersebut menghentikan aktivitas Ibu menyiapkan makanannya. Ia menatap ke arah gadis itu.

"Ya ..., Tante penasaran, kira-kira apa ya, jenis sihir Eris?" Sorot mata Ibu menikam tubuh Eris seperti menyindir dari antara meja makan.

"Hahaha... " keduanya tertawa dengan penuh kegelian. Tanpa memerduliakan sekitarnya.

"Hmm," dengus Eris kesal melihat aksi dan reaksi antara tante dan keponakan itu.

Sudah biasa Ibu memberi perhatian lebih kepada Eris. Apalagi, Eris satu-satunya keluarga inti yang dimilikinya saat ini. Ayahnya. Dia sudah pergi entah kemana semenjak Eris masih dalam kandungan. Setidaknya itu informasi tentang Ayahnya yang Eris ketahui dari penuturan Ibu. Ia pun malas menanyakannya terus terusan kepada Ibu. Toh informasi tersebut juga tak akan berguna sama sekali.
Saat ini, Eris dan Ibu. Tidak. Lebih tepatnya Eris saja, dihadapkan oleh kehadiran sepupu tertengil sepanjang masa.

Dira, satu nama yang sering membuat Eris cukup kesal oleh perbuatannya. Gadis itu padahal punya rumah sendiri untuk tinggal. Tapi entah kenapa ia lebih memilih tinggal bersama Eris dan Ibunya. Dengan alasan ingin jauh dari orang tuanya, iapun berhasil membuat Eris tak tenang seumur hidup di rumahnya sendiri.

"Harusnya kau berusaha lebih, Dedek Eris. Kau lihat Ibumu. Sampai mati-matian mendukungmu," ejek Dira yang tiba tiba muncul di belakang Eris.

"Sombong." Cetus Eris yang langsung menghentikan aktivitas makannya, "pastinya aku akan mempunyai sihir lebih hebat dari pada sihir cahaya sentermu itu."

Bukkkk!!! Meja makan Eris pagi itu bergetar keras akibat pukulan dari gadis itu.

"Enak sekali kamu bilang sihirku sihir cahaya senter!! Sihirku adalah sihir cahaya!!" Seru Dira yang hampir emosi.

"Cukup!! Tante tak mau melihat kalian berdua berdebat pagi ini." Potong Ibu, namun cukup membuat mereka berdua menuruti perkataannya.

Eris dan Dira membisu sejenak, sementara Ibu sudah selesai memasak. Dan bersiap-siap berangkat bekerja.
"Dira, kamu temani Eris ya, untuk mengikuti tes sihir. Tante mau menangani masalah kebakaran di kantor polisi sihir." Tukas Ibu sambil mengambil tas merah di lemari dengan menggunakan sihir mawarnya yang membuat keduanya bergidik ngeri.

"Ya Tan," sahut Dira yang masih membisu bersama Eris di meja makan dengan suara tertahan.

"Oke Dir, Tante mengandalkanmu." Akhirnya Ibu pergi bekerja, dan meninggalkan mereka berdua. Eris kemudian beranjak pergi dari meja makan dan mengambil tas meninggalkan Dira sendirian di rumah.

"Jangan temani aku, aku bisa sendiri. Nanti kunci rumah disimpan di bawah pot bunga." Perintah Eris dan langsung berlalu begitu saja.

***

Novel pertama saya, ceritanya sudah lama terbenam di otak, cuma baru kali ini terealisasi.
Untuk yang baru datang, terima kasih udah mau mampir.
Tolong tinggalin saran ya buat tulisan saya. Dan klo suka boleh klik bintang juga. Bye

-tiy

AlegoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang