Suasana lokasi untuk tes sihir sudah ramai. Jelas sekali terlihat keadaan halaman Kantor Pusat Sihir dipenuhi oleh para remaja berusia 16-18 tahun. Nampak hampir sebagian remaja masih mempermasalahkan soal jenis sihir yang mereka miliki. Ada yang sudah tau jenis sihirnya, namun tak sedikit juga yang belum mengetahui jenis sihir mereka.
Tiba-tiba, di tengah keramaian para remaja, seorang remaja pria di-bully oleh beberapa remaja pria lain. Tak ada yang berniat menolong, bukan karena mereka takut, tapi mereka memang tak peduli dengan kejadian seperti itu.
"Nggak perlu tes sihir lagi, kita hajar aja!!! Nanti juga tahu sihir elo apa ... Hahaha."
"Ayo!! Keluarkan sihirmu,"
Beberapa remaja pria itu memaksa Fajar untuk berkelahi dengan mereka.
"Gue minta maaf, gue nggak sengaja tadi nabrak bahu elo", Fajar berusaha bangkit berdiri.
"Bacot!!!"
Satu dari beberapa remaja pria itu mengeluarkan sihirnya. Sihir badut. Lebih tepatnya mengeluarkan badut.
"Hehhh, sekarang nikmatilah rasa ketakukan terdalam elo. Ha... ha... ha..."
Fajar mencoba meredam rasa takutnya. Pikirannya belum jernih untuk melawan para pembully itu. Belum terkena sihir itu saja ia sudah ketakutan, apalagi jika sudah kena sihir badut itu.
"Rasakan ini,"
Prannkkkk
Sihirnya memantul dan kembali ke arah para remaja pria itu. Dan para remaja pria itu, langsung terkena efek dari sihir itu.
Sementara Fajar masih kebingungan untuk menyerap situasi yang terjadi di depannya.
"Seharusnya kalian malu, mengeluarkan sihir pada pemula," sahut pemuda yang menolong Fajar. "Dan kalian semua, yang menyaksikan pembully-an ini. Apa kalian punya hati!!!" Fajar yang tadi sempat melamun, akhirnya sadar total. Ia hampir saja celaka. Tapi, ia ditolong oleh seorang pemuda yang berada di depannya.
Tit... tit... tit... tit... tit... ti-
"Sepertinya aku harus segera pergi dari sini. Kau jaga diri baik-baik. Jangan mau direndahkan oleh mereka kalau nggak salah." Pemuda itu pergi dari TKP.
Fajar hanya diam membisu, ia tak mengucapkan terima kasih atau pun kata-kata lain. Karena ia tahu mengapa pemuda itu pergi begitu cepat. Suara alarm itu. Itu yang menyebabkannya pergi, tidak, lebih tepatnya kabur.
Jika berbunyi alarm itu, menandakan ada pemula yang mengeluarkan sihir berjumlah besar. Dan pastinya akan ada masalah dari pihak panitia yang akan datang. Terbukti beberapa orang mengenakan baju pelindung datang dan mengintrograsinya mati-matian.
"Pak, Bu, bukan saya yang mengakibatkan ini. Bukan saya yang menyebabkan mereka jadi seperti itu." Tunjuk Fajar pada Rico dan kawan-kawannya.
"Oh ya, lalu siapa?!! Saya tidak perc-"
"Bukan dia yang mengeluarkan sihir itu." Tiba-tiba pria yang lebih berumur dari Pak Philus datang. Ia mengenakan pakaian yang cukup sederhana dari panitia disini.
"Dari data yang aku dapatkan. Sihir yang digunakan merupakan bentuk Gendi (benda yang menyimpan kekuatan sihir) dan sepengetahuanku Gendi jenis tersebut hanya bisa dibuat oleh 1 orang. "
Pria tua itu berhenti dihadapan Fafar. Dan memberikan senyum. "Dan kau, anak muda. Tunggu apalagi, kau bisa pergi. Mereka biar aku yang urus."Fajar menggunakan kesempatan itu. Dan langsung pergi dari ruangan keamanan itu. Sementara disisi lain. Pak Philus masih binggung dengan pernyataan Pak Num.
"Miranda rose. Hanya dia yang dapat membuat Gendi kelopak pemantul."
***
Kepada readers yang baru datang atau mampir, tolong kasi koment ya, terserah mau kritik atau pujian😁. Dan me doain semoga nggak sengaja kepencet tombol bintang di cerita ini👍👍. Itu saja (maaf banyak bacot). Sekian.
-tiy
KAMU SEDANG MEMBACA
Alegori
FantasyPernahkah kau berharap akan sebuah cerita yang menjadi kenyataan? Cerita yang mungkin saja dianggap bodoh oleh banyak orang. Dianggap hanya sebuah hipotesis yang tak akan pernah menjadi teori. Alegori, Adalah sebuah kisah dari cerita itu. Sebuah kis...