Rasaku padamu, singkatnya begitu semu tetapi nyata, lengkapnya meskipun kita belum bertemu tetapi aku sudah jatuh cinta. Mungkin, ini memang salahku yang terlalu cepat merasa bahkan sebelum pertemuan terselenggara. Sejenak aku bertanya-tanya bagaimana jika rasaku terus tumbuh seiring berjalannya waktu atau bahkan setelah kita nanti bertemu?
Pagi hari ini aku kembali menjalani hari-hariku setelah liburan tahun baru. Aktifitasku sangat membosankan hanya menemui dosen untuk konsultasi perihal skripsi. Seperti biasa aku duduk di ruang tunggu, dan tiba-tiba handphone-ku berdering, pesanmu menyenggol notifikasiku! aku senang bukan kepalang. Akhirnya yang aku tunggu datang juga, yang aku semogakan terjadi pula, sambil memandangi layar, aku terus tersenyum tanpa sadar. Padahal pagi hari belum berganti tetapi kau sudah membuat semangatku bangkit kembali. Hanya menerima satu pesanmu rasanya tuntas sudah terbayarkan rinduku.
"Terima kasih, hari ini aku semangat!"
Selepas kegiatanku di kampus selesai, aku membalas pesanmu yang masuk sekitar lima setengah jam yang lalu. Hari-hariku di januari berjalan seperti biasanya, tetapi di tambah indah karena kita kembali berkabar. Pesanmu kali ini sederhana hanya berupa sapaan, sapaan berubah menjadi obrolan, obrolan berubah menjadi panggilan, panggilan berubah menjadi video panggilan dan video panggilan berubah menjadi pertemuan. Kita sepakat untuk bertemu di akhir pekan, sederhana saja hanya mengobrol dan menikmati kudapan di Sengkaling Kuliner. Seperti laki-laki lainnya kau pun menawarkan diri untuk menjemputku di rumah, padahal aku sudah berkata "mbahku di rumah galak. Bagaimana? Apakah kau memiliki nyali dan tetap menjemputku di rumah?" dan aku pun terkejut ternyata kau menyetujuinya!
Jadi biar aku jelaskan, dari semua laki-laki yang pernah singgah, hanya kamu seorang yang berani untuk menjemputku di rumah dan bertemu langsung dengan mbah. Selain hangat dan sederhana ternyata dirimu juga pemberani, kamu benar-benar berhasil membuatku jatuh cinta kembali. Akhir pekan pun tiba, hari dimana kita akan bertemu untuk pertama kalinya pun datang juga.
Kamu yang ingin datang menjemputku di rumah, tetapi justru jantungku yang berdebar dan membuatku menjadi lemah. Bagaimana tidak, kau laki-laki pertama yang akan aku kenalkan dan bertemu langsung dengan mbah. Suara sepeda motormu pun terdengar, dan aku langsung menuju ruang tamu untuk membukakan pintu untukmu dan menyambutmu dengan senyum termanisku, ini usaha untuk menutupi debaran jantungku dan tak ketinggalan juga untuk membuat dirimu jatuh hati.
"Assalamualaikum"
"Walaikum salam, ayo masuk, pamitan dulu dan sudah dibuatkan teh manis"
"Wah merepotkan, terima kasih"Selepas teh manis di cangkir itu habis, kita langsung berpamitan. Sepanjang jalan kita mengobrol tentang banyak hal termasuk hal tak perlu, saling melempar candaan dan tertawa. Aku pun terus membatin jika apa yang kita lewati malam ini adalah apa yang sebelumnya selalu aku semogakan, bertemu denganmu dan menciptakan kenangan bersamamu. Ternyata firasatku benar, rasaku terus tumbuh setelah kita bertemu.
Onion ring, pisang crispy, dan dua gelas jus buah malam itu menjadi saksi bagaimana pertemuan pertama kita teramat sederhana tetapi begitu istimewa. Terlepas dari pertemuan kita, bahagiaku berubah menjadi cemas. Karena hanya ada dua pilihan yang terjadi setelah pertemuan pertama ini. Pilihan pertama yaitu pelan-pelan dan terus melanjutkan, atau pilihan kedua yaitu berhenti sampai disini dan mengakhiri. Dua pilihan itu adalah resiko yang akan aku terima selepas bertemu denganmu. Kali ini akan aku serahkan padamu, kamu tetap ingin mengenal dan lebih dekat denganku atau berhenti pada pertemuan pertama, memilih untuk tidak melanjutkan, dan membiarkan aku jatuh cinta sendirian~