13

105 2 0
                                    

Amor pergi ke sekolah keesokan harinya. Seperti katanya, ia harus mengerjakan laporan mengajar selama setahun ini. Dan karena ini baru pertama kalinya ia membuat laporan, ia harus melihat contoh-contoh laporan di perpustakaan sekolah.

Amor duduk disalah satu kursi panjang di perpustakaan. Ada beberapa guru juga yang sedang yang ada disana. Dia memasang earphone lalu kemudian mulai mengerjakan laporannya. Sedikit demi sedikit sambil ia membaca contoh laporan yang terbuka disampingnya.

Beberapa jam berlalu. Amor masih dengan posisi yang sama. Menghadap laptop dan mengetik laporannya. Hingga tiba-tiba telfonnya bordering. Ia melihat ke layarnya. Tertera nama "Mom" disana. Kenapa Ibunya menelfon lagi?

"Halo, Ibu?" mulainya dengan rasa bingung.

"halo, sayang? Kamu dimana?" Tanya Ibunya tiba-tiba.

"Aku disekolah, Ibu. Ada apa?"

"sejak pagi?"

"Iya, Ibu. Kenapa?"

"Tidak apa, hanya bertanya" Amor bingung kenapa Ibunya tiba-tiba bertanya ada dimana dia sekarang. Amor memang tidak pamit kepda Ibunya. Tapi memang biasanya tidak pamit. Ada apa sebenarnya?

"cepat pulang ya, Nak. Jangan lupa makan. Jaga kesehatanmu" telefon lalu ditutup. Amor masih bingung. Tidak biasanya Ibunya mengontrolnya seperti ini seharian. Ada apa sebenarnya? Ibunya bahkan tidak tau kalau dirinya baru pulang dari rumah sakit. Tapi tidak perlu tau jugakan?

Amor melanjutkan mengerjakan laporan hingga sore. Kemudian ia pulang. Sambil membawa tas punggung dan mengalungkan earphone nya di leher. Amor berjalan keluar dari sekolah. Ia ingin mencari taksi untuk perjalanan pulang. Menunggu tidak terlalu lama hingga tiba-tiba sebuah mobil berhenti dihadapannya. Ia mengira mungkin pengemudinya ingin menanyakan jalan atau arah. Namun setelah pintu pengemudi dibuka dan keluarlah seseorang.

"hai, ayo kita pulang" Brian turun dari mobil itu. Bagaimana dia bisa tau kalau Amor ada di sekolah? Kemudian menjemputnya? Amor terdiam karena terkejut kenapa tiba-tiba Brian datang. Dia tidak menjawab atau merespon ajakan Brian.

"Amor? Hello?" Brian melambaikan tangannya didepan wajah Amor. Amor sadar kemudian.

"Oh, iya" tanpa pikir dulu Amor meng-iyakan ajakan Brian. Lebih karena ia tidak focus dan mengambil keputusan seadanya.

Diperjalanan Amor memikirkan bagaimana bisa Brian tau dirinya ada di sekolah. Padahal ia tidak pernah bicara atau pamit. Untuk apa juga pamit. Jika Brian hanya menebak, tidak mungkin ia bisa sampai kemari. Brian tidak tau dimana sekolah tempat Amor mengajar. Brian tidak pernah tau itu.

Aneh sekali jika memang Brian hanya beruntung. Bahkan tidak mungkin dia menemukan Amor jika hanya factor kebetulan. Amor terus memikirkan hal tersebut sepanjang perjalanan. Ia hanya termangu dan pertanyaan-pertanyaan itu meluncur bebas di otaknya.

Brian mengantarnya sampai ke dalam apartemen. Brian langsung duduk selonjor di sofa. Amor yang baru masuk dan meletakkan tasnya langsung menghadap Brian dan menanyakan sesuatu yang sedari tadi ingin ditanyakannya.

"Bagaimana kamu bisa tau kalau aku disekolah?" ketus Amor dengan nada menuntut. Brian sedikit kebingungan karena pertanyaan Amor yang tiba-tiba.

"Aku..." Brian menggantung kalimatnya. Amor semakin penasaran.

"...Aku tau dari Ibumu" jawab Brian dengan suara yang sedikit pelan.

Ibu? Amor sedikit mengerutkan keningnya mendengar jawaban Brian. Oah ternyata begitu.

"Kenapa bisa Ibu memberitaumu?" Tanya Amor lagi. Ia ingin mengungkap sesuatu.

"Aku mencari nomor Ibumu di handphonemu saat kau dirumah sakit" jawab Brian. Ya. Dan semua jelas sekarang.

"O jadi begitu. Diam-diam kamu buka handphone ku saat aku terbaring?" Tanya Amor. Dia mulai marah. Ternyata sekarang ia tau kenapa Ibunya menelfonnya lebih sering hari ini. Karena Brian memberitau semuanya kepada Ibunya. Ahh, sudah jelas semuanya. Brian diam-diam memanfaatkan semuanya untuk mendekatkan dirinya dengan Ibu. Cara yang licik.

"Begini, Amor. Aku akan jelaskan semuanya..."

"Jelaskan apa? Semua sudah jelas, Brian. Aku tidak suka kamu lancang membuka handphone ku saat aku lemah. Licik kamu Brian" Amor marah sekarang. Ia serasa ingin menerkam Brian. Brian berdiri berhadapan dengan Amor.

"Amor, dengarkan aku dulu..." mohon Brian.

"cukup, Brian. Apa yang mau kamu jelaskan lagi? Aku sudah tau kelicikan kamu" Amor berjalan pergi dan naik ke tangga.

"Semua itu kulakukan karena aku mencintaimu, Amor" ketus Brian tiba-tiba. Membuat Amor menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Brian.

"Aku mencarimu selama ini, aku menghubungu siapapun namun tak ada yang tau keberadaanmu. Sekarang aku sudah menemukanmu, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu" pernyataan Brian membuat Amor ingat akan pernyataan yang sama yang keluar dari mulut Dika. Namun tidak. Brian berbeda dengan Dika. Brian meninggalkannya dulu. Karena wanita lain. Bukan seperti Dika. Ia semakin marah karena rekaan ketika Brian mencium kening wanita itu kembali ada dihadapannya.

"Aku mencintaimu, Amor. Aku masih mencintaimu. Aku melakukan ini karena aku ingin terus dekat denganmu. Menjadi seseorang yang seharusnya sudah aku sandang sejak dulu" Amor hanya diam.

"Aku kembali padamu sekarang. Jadi ayo kita lanjutkan apa yang dulu pernah tertunda, Amor" Brian mendekat dan mengulurkan tangannya. Namun Amor menjauh.

"Kamu datang terlambat,Brian" kalimat Amor membuat Brian terkejut.

"kamu datang terlambat, seharusnya kamu tidak pernah kembali, Brian. Tidak pernah" ucap Amor sambil melangkah mundur namun tetap naik tangga.

"Apa maksudmu?" Brian bertanya dengan penuh kebingungan.

"Kamu mencintaiku, bukan? Aku tau itu" lanjut Brian.

"Aku tidak pernah mengatakannya" jawab Amor lagi.

"Ya, dan kamu akan mengatakannya sekarang" Amor menggelengkan kepalanya sambil terus melangkah mundur.

"Aku tidak mencintaimu, Brian. Aku tidak pernah mencintaimu" ketus Amor membuat brian terkejut dan terdiam.

"Kamu pergi dari sini. Kumohon pergi dari sini" air mata Amor menggantung ingin segera jatuh. Brian yang melihat Amor dalam keadaan yang sangat kacau memutuskan untuk pergi. Dengan berat hati ia keluar dari apartemen Amor.

Setelah Brian pergi, Amor langsung terduduk ditangga. Ia terdiam. Air matanya jatuh kemudian. Jatuh semakin deras dan semakin deras. Hingga ia larut dalam tangisnya.

Be MINE (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang