15

105 2 0
                                    

Dika POV

Aku akan mengejutkannya hari ini. Ya. Aku sudah pulang ke Indonesia. Aku sudah kembali. Dan tujuanku kembali ialah aku akan membawa Amor bersamaku. Sudah lima tahun aku tidak bertemu dengannya. Sungguh sangat aku rindukan dia. Rindu bagaimana dia memarahi aku. Rindu bagaimana dia perhatian padaku. Ahh, betapa indahnya hidupku jika bersama Amor. Aku yakin dia pasti juga merindukan aku. Dan dia pasti juga sedang menungguku. Aku datang Amor. Aku kembali seperti sumpahku dulu. Dan aku telah berhasil. Aku telah meraih semuanya. Aku sudah mendapatkan segalanya. Namun belum sempurna tanpa kamu. Aku akan membahagiakanmu Amor. Aku janji.

Sungguh aku juga rindu dengan Indonesia. Rindu untuk bicara bahasa Indonesia dengan lingkungan hangatnya. Rindu masakannya. Rindu budayanya. Rindu segalanya. Dan Amor. Ya. Itu sudah pasti. Rasanya sudah sangat lama aku meninggalkan Negara tercinta ini. Namun semua itu kulakukan demi Amor. Dan sekarang, aku juga akan mempersembahkan apa yang kudapatkan untuk Amor.

"Aku telfon saja dia"

Aku akhirnya memutuskan untuk menelfon dia. Tidak lucu juga jika aku tiba-tiba ke apertemennya dan dia tidak ada. Setidaknya dengan menelfon aku tau dimana posisinya. Apalagi nomorku masih sama dengan yang dulu. Tidak ganti. Jadi, pasti Amor akan sangat terkejut dan senang karena aku yang menelfonnya.

Aku membuka risleting tas ranselku yang ada di kursi sebelahku dengan satu tangan. Karena tanganku yang lain sedang memegang setir. Sedikit susah karena aku harus juga terfokus pada jalanan yang lumayan ramai namun tidak macet ini.

Aku mencari-cari handphonku namun tidak ada. Susah sekali diambilnya. Dan ya. Aku mendapatkannya. Kuambil dan kutekan nomor Amor yang sudah kuhafal sejak dulu. Lalu aku memanggilnya. Lama. Namun tidak ada jawaban. Kutelfon lagi, dan masih tidak ada jawaban.

"Kemana kamu, Amor?"

Aku mencoba mengirim pesan untuknya. Kemudian aku menelfonnya lagi. Namun masih tidak ada jawaban. Lagi, lagi dan kagi. Dan masih tidak ada jawaban. Kuhembuskan nafas panjang.

"Ayolah, Amor. Angkat telfonnya"

Aku masih berusaha untuk menelfonnya namun tidak ada jawaban. Aku mulai khawatir dengan dia. Apa yang sedang terjadi. Ada yang tidak beres. Dan aku tidak bisa untuk tidak khawatir. Hingga akhirnya aku ingat dia punya nomor telefon apartemen. Dan aku pernah menyimpannya. Kucari-cari di handphone. Namun tidak ketemu. Aku cari lagi dan lagi. Hingga aku dikejutkan oleh suara klakson yang sangat keras. Dan aku melihat sebuah mobil melaju kencang tepat didepanku dan kearahku. Klaksonnya semakin kencang. Dan aku tidak sadar.

Author POV

Amor menarik dirinya dari pelukan Brian. Entah berapa lama sudah dia berciuman dengan Brian. Nafasnya tersengal dan dadanya sesak. Dia sadar karena suara gemuruh petir yang cukup kencang. Langit sudah mendung. Dan Amor pamit diri.

"Aku harus pergi, Brian. Sudah mau hujan" Amor berdiri. Brian juga berdiri.

"Ayo kuantarkan" Amor mengangguk. Mereka berjalan kea rah tempat parker mobil Brian. Kemudian entah kenapa Amor ingin melihat handphonenya. Kemudian mereka berhenti sejenak. Amor mengambil handphoneny dan terkejut melihat 10 panggilan tak terjawab dari, Dika?

Astaga. Itu benar Dika. Dika menelfonnya? Hingga 10 panggilan tak terjawab. Kenapa dia tidak tau? Oh Tuhan, pasti karena ia terlalu menikmati bersama Brian hingga telfonnya bordering saja ia tidak mendengarnya. Amor berhenti dan mencoba untuk menelfon balik Dika. Namun jawabannya adalah nomor yang dituju sedang tidak aktif. Perasaan Amor tak karuan. Ia langsung cemas.

Melihat Amor cemas, Brian bingung. Ia bertanya ada apa namun Amor hanya berkata 'tunggu sebentar'. Membuat Brian hanya bisa diam.

Amor masih terus menelfon balik nomor Dika, namun jawabannya sama. Hingga tiba-tiba nomor tak dikenal menelfonnya. Tanpa piker panjang Amor mengangkat telfon itu.

Be MINE (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang