Jakarta, 22 Februari 2029
🔚06.00WIBSuara gemericik air yang membasahi tubuh gadis itu secara menyeluruh. Dengan shower yang menyala dan sebagian air yang menyentuh lantai tanpa sengaja.
Tenang.
Satu kata yang mendeskripsikan suasana hati Cleverly di pagi itu. Tak seperti biasanya, ia akan dibangunkan oleh suara teriakan kakaknya namun pagi ini berbeda. Kakaknya harus berangkat ke Swiss untuk mengurus perkuliahannya disana. Jadi ia bangun dengan inisiatifnya sendiri, oleh karena itu ia terbangun pada pukul 6 pagi.
Triiing..... Trinngggg...
Suara handphone Cleverly membuat acara mandinya terhenti. Ia beranjak mengambil bathrobe nya dan segera mengangkat panggilan dari handphone nya tanpa melihat penelfon.
'Cleverly... apa kau mau membuat dirimu terlambat pada hari pertama cepat turun aku sudah di ruang tamu'
'Kau pikir aku bisa bersiap dalam waktu dekat, Logam?l
'Apa akibat sekolah di Swiss selama 4 tahun membuatmu Amnesia, ny. Agrippina?'
'Apa akibat sudah sekolah di Indonesia selama 9 tahun otakmu yang kecil itu lenyap? Mengapa kau menelfonku kalau kau berada di ruang tamu, idiot?'
'Ehehe, masa aktif pulsa ku lusa jadi dipakai saja daripada kadaluarsa bersama pulsa nya'
'Bodoh'
'Cepatlah turun, dan jangan lupa namaku Lian Degano Agrippina. Sepupumu yang paling tampan'
'Tutt.....tutt
Telfon itu dimatikan secara sepihak oleh Cleverly. Ia langsung memakai seragam sekolahnya. Kemeja putih dengan rompi kotak kotak dan rok kotak kotak dibawah lutut beserta dengan dasi diikutkan oleh papan nama dengan nama palsu. Ia menggerai rambut lurus sepinggangnya dan merapikan poni tipisnya. Cleverly sebenarnya ingin sekolah dengan tampilan biasa seperti saat dia di Swiss, namun itu kurang terlalu di Indonesia. Tentu saja, rok diatas lutut dengan segala kebebasan itu tidak akan ia dapatkan di negara hukum ini.
Dengan kedongkolan hati, Cleverly menuruni anak tangga rumah nya dengan beraturan seolah sedang membuat irama dari suara tapak kakinya.
"Sudah cukup imajinasi mu itu, Tuan Puteri. Bisakah kau mempercepat langkah kaki emas mu itu, kita hampir terlambat" Kesal Lian karena ia sudah menunggu adik sepupu kesayangan nya itu lebih dari 45 menit.
"Tutup mulut berdebah mu itu, aku sangat terpaksa untuk sekolah di sini" cerca Cleverly menanggapi ocehan sepupunya itu.
"Baiklah, ku rasa tidak ada gunanya beradu argumen denganmu, cepatlah" balas Lian sembari berjalan keluar dari rumah megah itu dengan langkah kaki yang terkesan santai sambil memainkan kunci mobilnya.Cleverly yang dikatakan sedang dalam mood jelek pun berjalan mengikuti Lian dengan kaki yang sengaja dihentak- hentakkan.
Diluar Rumah, Lian berdiri di samping pintu mobilnya sambil tersenyum memandang adik kesayangannya itu. Yahh,,mungkin akibat terlahir sebagai anak tunggal dan hanya memiliki satu orang adik sepupu membuat Lian sangat menyayangi Cleve-nama panggilan dari keluarga- seperti adiknya sendiri. Walaupun terkesan dingin dan cukup menyebalkan, Lian punya sisi manis yang mungkin hanya Cleverly yang mendapatkannya.
"Baiklah Tuan Puteri ku, apapun yang kau minta akan ku kabulkan, asalkan kau menghilangkan penerapan emoji sedih di wajahmu itu, kau jadi terlihat seperti Suzanna jika begitu" ujar Lian dengan nada bercandanya. Cleverly refleks tersenyum. Kakak sepupu satu-satunya itu selalu tahu cara memupuskan rasa kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET BUT PSYCHO
Random"Perlu ku katakan kepadamu sebelum kau mencintaiku. Aku posesif, sangat posesif. Bahkan ketika aku melihatmu melirik orang lain saja aku seketika ingin memisahkan belahan belahan tubuh orang itu dan kuberikan kepada anjing liar. serta penghianatanmu...