Skenario 2

4.1K 50 6
                                    


Sebenarnya jika boleh jujur Mella ingin mengaku, kalau dirinya sangat membenci Bella. Sangat. Teramat sangat sampai dia sendiri pun tak bisa membedakan mana benci mana sayang. Seperti ada dinding tipis tak kasat mata antara keduanya.

Mella menyayangi Bella, sekaligus ingin menghapusnya dari panggung drama. Menurut Mella, Bella terlalu lama menjadi pemeran utama. Dan hal itu tak pantas.

Mella tak biasa dengan siksaan fisik yang diberikan Bella terhadap para korbannya. Dia lebih suka semua itu di lakukan secara halus. Mengukung korbannya, memberi harapan pada mereka, agar mereka menganggap Mella pemeran utama, lalu mematahkan harapan itu tepat dihadapan wajah mereka.

Ah... rasanya Mella ingin tertawa keras saat melihat wajah-wajah ketakutan mereka. Mereka semua tolol, Berjalan angkuh di hadapan Mella. Lalu setelah dia mengukung mereka, wajah-wajah minta ampunan segera mereka tawarkan. Bodoh. Memangnya Mella itu Tuhan.

Rasanya Mella ingin tertawa mengingat itu. Namun apakah Mella diberikan kesempatan untuk tertawa. Sementara diluar sana masih banyak orang-orang yang harus Mella disiplinkan. Mengirimnya pada Tuhan. Tidak, dia tidak diberikan kesempatan untuk melalukan hal bodoh. Tertawa.

Yang membuat Mella sering merasa mual adalah jika dirinya berjalan beriringan dengan Bella. Bukan sekali dua kali, ada yang mencibirnya. Hal itu teramat sering terjadi. Bahkan parahnya sudah banyak yang berani membandingkan dirinya. Mella tidak suka jika dia di bandingan dengan orang lain, apalagi dengan Bella. Mella tidak suka. Catat tidak suka. Tidak suka berarti benci bukan, dan ketidaksukaan Mella terlalu dalam. 

Setiap manusia yang lahir ke dunia, dunia apapun itu. Pasti diberkahi kemampuan untuk bertahan hidup. Kemampuan itu terdiri atas kelebihan dan kekurangan. Tuhan tidak mungkin menciptakan seorang mahluk tanpa keduanya. Tanpa ketahanan untuk bertahan hidup. Mella percaya hal itu. Lalu kenapa orang-orang yang tak tahu etika, selalu membanding-bandingkan dirinya.

Bukankah wajar jika seseorang bodoh dalam suatu hal, pasti dia pandai dan mampu dalam hal lainya. Lalu kenapa orang-orang itu selalu membanding-bandingan.

"Mell buntut lo udah nungguin tuh." Panggil Lean sembari berjalan menuju kursi tempat duduk Mella.

"Siapa?" Sahut Mella yang hanya melirikan mata.

"Ya siapa lagi, kalau bukan ratu kecantikan sekolah. Ya, Bella lah. Bella tuh idaman banget tau gak, udah cakep, baik, jago nonjok, murah senyum lagi. Pantes aja Ketos kita naksir berat sama dia." Puji Lean dengan tatap mata memuja.

Mella tak menjawab ataupun menyahuti ucapan Lean, dia langsung berjalan ke arah pintu kelas. Dan melihat cewek cebol itu tengah duduk di lantai di temani Rigel sedang memaki Adit and the genk, dengan muka yang kentara banget baru bangun tidur. Edan memang, cewek itu bisa tidur dimana saja. Rigel sih dari tadi diem aja-mungkin baru bangun tidur kali yak, tapi si Bella nyerocos mulu kayak petasan.

Sejujurnya Mella tidak suka cewek bar-bar, tukang bacot, sok cakep, centil, muka tepung, dan yang paling Mella tidak suka MUNAFIK DAN SOK POLOS. Dan Bella masuk ke dalam beberapa kategori itu. Tapi ya mau bagaimana lagi, dia dan Bella sudah terlanjur masuk jurang. Bersama pula.

Ada hal yang membuat hati Mella mendadak nyilu. Disana tepatnya di sebelah Bella, Rigel ada. Mella benci Rigel karna cowok itu pernah mematahkan harapan yang Mella punya. Satu-satunya harapan. Dan hal itu masih membekas sampai sekarang.

Karna Mella malas berlama-lama bertatap muka dengan Rigel, akhirnya cewek itu menarik baju Bella ke parkiran. Keduanya memasuki mobil hitam milik Mella disana.

Didalam mobil keheningan terjadi cukup lama, sampai akhirnya Bella membuka suara.

"Ke kafe mamah dulu, gue laper." Ujar Bella dengan mulut menguap.

"Hm.." Sahut Mella sekenanya.

"Ye... jawab kek, apa gitu. Lo tuh kebiasan Mell, kalau orang lain nanya pasti jawabnya ham-hem mulu. Emangnya kita semua ngerti apa, kan engga. Giliran sama Rigel aja ngomongnya panjang. Pake bilang makasih lagi. Belum move on bu?" Nyerocos lagi kan.

"Bacot."

"Gak boleh ngomong kasar! dosa tau gak." Pungkas Bella dengan cepat.

"Emang lo tau dosa?" Tanya Mella dengan nada datar

"Ya enggak sih. Tapi kan, orang normal sering ngomong gitu." Balas Bella dengan mengendikan bahu tak peduli.

"Bagus kalau nyadar lo gak normal." Sarkas Mella

"Jahatnya... nanti masuk neraka lho." Pangkas Bella sok tersakiti.

"Iya, nanti masuk neraka pake jalur prestasi." Balas Mella dengan nada datar.

"Prestasi apaan? Aduh inces gak paham." Bella membeo di tempat.

"Prestasi numpuk dosa bego." Cela Mella dengan cepat.

"Owh, gitu. Btw gua gak punya dosa tau!" Bella membela diri

"Terserah."

"Fine gue ngalah. Gue gak pernah menang bacot kalau adu sama lo. Nanti kalau udah sampe bangunin gue. Princess mau bocan dulu."

Lah bukannya cewek itu baru bangun tidur, dan sekarang sudah mau tidur lagi. Ya Tuhan kebo banget si cebol ini.

Mella tak menjawab. Dia masih fokus terhadap jalanan yang dilanda kemacetan. Lagi-lagi kepala Mella didera sakit.

TBC

Kalau vote udah 200 saya lanjut

Perfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang