Skenario 3

2.6K 42 11
                                    

Setelah melakukan perjalanan selama satu jam, karna di landa kemacetan total. Mereka akhirnya sampai di kafe dengan nama 'memoribia'. Milik sang mamah.

"Mbak El, mom ada?" Tanya Bella pada salah satu karyawan sang mamah.

"Oh, ada mbak." Jawab sang pelayan.

"Kok mbak sih! Gue kan masih 17 tahun!" Ya Bella langsung sewot dong. Masa muka imut Bella di panggil mbak. Kan gak enak di denger kuping.

"Eng, iya maksudnya Bella. Maaf."

"Ih!" Bella mengumpat kesal.

"Mending lo duduk, daripada cari ribut." Usul Mella mencoba melerai.

"Iya, iya. Dan mbak El tolong panggil mom."

"Iya mbak, eh maksudnya Bella. Saya panggil dulu ya." Balas pelayan itu segera meralat.

Tak sampai lima belas menit. Seorang wanita paruh baya berwajah cantik memakai stelan lengan pendek di bawah lutut berwarna abu, datang dengan senyum menawan, menghampiri meja Bella dan Mella.

"Lho tumben banget kalian ke sini." Ucap sang mamah, Vanilla margareth.

"Iya abisnya aku laper, sekalian mau minta duit. Duit aku abis di pake shopping sama Mella." Balas Bella dengan tampang watados-wajah tanpa dosa.

Mella melirik tajam pada Bella dan di balas dengan cengiran lebar, yang menampakan gigi putih milik Bella.

Dan setelahnya, nampak seorang cowok berkacamata dengan jaket kulit hitam. Bella menoleh mendapati Rigel disana. Cowok itu berjalan ke arah meja tempat dirinya dan Mella ada.

"Siang tante." sapa Rigel dengan senyuman khasnya.

Dih sok akrab banget si cupu ini dengan sang mamah, padahal kenal juga tidak, pasti cuma pura-pura kenal. Secara kan mukanya emang penuh tipu muslihat.

"Oh, Hai Rigel. Udah lama banget kamu gak kesini, kemana aja? Sombong banget ya sekarang." Balas sang mamah.

Lah kenal beneran dong! Aduh bodohnya Bella! padahal mamahnya sudah sering bilang. Kalau ada salah satu pelanggan tetap yang setiap minggu tiga kali sehari pasti datang ke kafe sang mamah-kayak minum obat aja, pikir Bella. Dan orang itu Rigel! Bella menepuk jidatnya sendiri.

"Di rumah aja kok tan, lho ada Bella, kamu ngapain di sini?"

"Elo tuh pura-pura bego ya, jelas ini kafe mamah gue! Lo ngintilin gue kan? Niat banget sih mas nya ini."

Rigel mengerutkan dahi tidak mengerti, jelas dia baru tahu kalau kafe ini milik mamahnya Bella. Ah-peluang dia mendekati Bella makin besar dong?

"Maaf Bella, tapi aku baru tau kalau kafe ini punya mamah kamu."

"Dih, sok alim banget sih! Jijik deh, bikin ilfeel tau gak!"

"Bella gak boleh kayak gitu dong, Rigel ini kan pelanggan mamah. Yaudah Rigel tunggu disini biar tante siapin pesenannya." Lerai sang mamah.

Baru Bella akan membalas, tapi sang mamah sudah memperingatkan dengan tatapan mata-menyuruh Bella untuk diam, seperti yang sedari tadi Mella lakukan. Hanya diam.

Mella persis seperti mayat hidup, bibirnya pucat, tatapan matanya kosong. Bella jadi khawatir.

"Mell mending lo pesen makan deh, daripada diem mulu, gak bertelur kan?" Saran Bella mencairkan suasana.

Mella tidak menjawab, sampai akhirnya suara panggilan masuk lewat handphone milik Mella.

"Hallo?" Ujar Mella pada seseorang di seberang sana.

"Dimana?"

"Gue otw."

Setelah mengucapkan itu, cewek bertubuh tinggi itu langsung berdiri, menyambar tas dan kunci mobilnya yang tergeletak di meja.

"Gue pergi dulu, Lo balik bareng Rigel atau mamah lo."

Sebelum Bella menunjukan aksi protes, Mella sudah berjalan cepat menuju pintu.

Bangsat banget si rambut nenek itu! Ninggalin gue sama bule kurang belaian lagi! Huft, awas aja lo Mella, gue bales nanti! Masih gue liatin~Batin Bella berbicara.

"Apa lo liat-liat!" Ujar Bella dengan mata melotot kepada Rigel.

"Emang gak boleh? Kan aku punya mata Bell." Balas Rigel masih dengan senyum

"Bodoamat! Emang gue peduli." Bella memutar bola mata malas.

Sebenarnya Mella dan Rigel itu cocok jadi pasangan kekasih, soalnya kedua-keduanya sering buat Bella kesel. Tapi bedanya kalau Mella tuh gak pakai topeng, lain dengan si jangkung yang satu ini. Hidupnya terlalu drama menurut Bella. Makanya Bella tidak suka.

Lagian si kutub es itu kena pelet apa sih sama Rigel? Ampuh banget. Bella kan juga mau, dia mau melet boyband korea, biar bisa perbaiki keturunan. Mereka kan punya muka yang cute banget. Biar anaknya Bella kayak boneka-supaya bisa dia cubit tiap malem. Kan enak dia tak perlu borong boneka lagi tiap bulan.

"Kok kalian pada diem-dieman aja, kayak pasangan lagi marahan." Ucap Vanilla dengan nada menggoda.

"Yes!! jadi tante ngerestuin aku sama Bella kalau kita jadian, pacaran beneran?" Balas Rigel bersemangat.

Lah si bule cupu itu berani-beraninya. Mau ngambil hati sang mamah pasti. Awas saja nanti. Tunggu pembalasan Bella!

"Iya dong tante restuin deh 100%! Eh tapi Mella kemana?" Tanya sang mamah pada putri tunggal nya yang tengah sibuk memainkan handphone. Padahal cuma scroll-scroll sosial media paling. Gak guna emang si Bella ini.

"Apa sih mom! Mella udah pergi kayaknya ada urusan."

"Kok gak pamit dulu sama mamah?"

"Namanya juga buru-buru mom."

Tiba-tiba datang seorang cowok putih tinggi dengan jaket bomber merah. Cowok itu seperti sedang mencari seseorang.

"Sayang, sini!" Teriak Bella dengan melambaikan tangan diudara seperti memanggil.

TBC
Kalau vote udah 200 saya lanjut

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang