Prolog

49 8 4
                                    

Cahaya mentari pagi masuk menelusup ke dalam gorden, terlihat siluet seseorang. Ia menyibakkan gorden tersebut agar sinar mentari tersebut dapat masuk dengan mudah.

"Uhm..." erang seorang gadis sambil menarik selimutnya lebih dalam hingga menutupi kepalanya.

"Nadine, ayo bangun. Ini hari pertama kamu sekolah loh." ucap seorang laki-laki sambil mengguncang tubuh gadis yang ia sebut Nadine.

Gadis itu menghela nafasnya "Kak... Five minute ?"

"Okay, Aku tunggu di ruang makan, cepat mandi. Seragam sekolahmu ada di kamar Miss. Anne" ucapkan laki-laki tadi.

Gadis itu membuka matanya, menjelajah seisi kamar dengan manik cokelatnya, mengubah posisi tubuhnya.

"Semoga baik-baik aja."

• • • •

"Dine, hati-hati ya, kalau ada sesuatu telepon kakakmu aja, maaf ya mama gak bisa disini untuk nemenin kamu, bisnis ini adalah sumber penghasilan kita satu-satunya, bulan depan mama bakal balik, See you honey !" Mama Nadine pergi begitu saja setelah mengecup kening kedua anaknya.

Nadine meremas kuat seragam sekolahnya, "Kak, apa aku bisa punya teman ? Gimana kalau kambuh lagi ?" tanya Nadine.

Arka sosok yang Nadine panggil kakak itu menoleh padanya, "Dine, kamu itu anak yang ramah, kakak yakin kamu bisa."

"Bisa ? Kakak yakin ?" celetuk Nadine.

Ting Tong... [Suara Bel]

"Aku buka pintu dulu."

Lengkung kecil muncul di wajah Nadine, "Kenapa ga bisa jawab ?"

Nadine kembali ke ruang makan untuk menghabiskan salad buatan mamanya, dan menaruh sandwich di kotak makannya.

"Nadine !"

"Lho, Kak Jafar !" pekik Nadine saat menemui sepupu jauhnya.

"Kata Arka hari ini kamu bakal sekolah, Dine ?"

Nadine hanya mengangguk ringan.

"Far, balik gih ! Gue mau jalan ngampus, mau dikunci ini." ucap Arka dengan menunjukkan kunci mobil dijemarinya.

"Eits, kita kan searah Ka... Nebeng lah."

Arka hanya mengiyakan sembari memutarkan bola matanya.

• • •

"Semangat Dine !" ucap Arka dan Jafar untuk menyemangati Nadine.

"Uhm, aku masuk dulu semangat buat kalian juga."

Nadine mulai berkeliling di koridor sekolahnya, ia menelusuri untuk lebih mengenal tempat yang sudah ia tinggalkan selama 2,5 tahun.

Seingatnya, ia terakhir bersekolah formal itu saat dibangku kelas 7.

Karena sebuah penyakit yang dia anggap sial, ia mendapat perlakuan kurang nyaman yang membuatnya trauma dengan tempat bernama Sekolah itu.

Sekarang tepat diusianya yang ke 15 tahun, ia kembali merasakan sekolah, berbaur dengan orang-orang, awalnya ia merasa risih. Namun, ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Setelah puas berkeliling ia tiba disebuah kelas yang cukup riuh, hingga ada seorang gadis yang menyapanya.

"Kenalin Naraya, dipanggil Nara." seorang gadis menyodorkan tangannya.

"Ah, kamu ngomong sama aku ?"

"Hah ?"

Gadis itu menyunggingkan senyuman tipis, "Namaku Nadine, salam kenal Nara."

"Eum, okay. Murid baru ?" tanya Nara random.

Nadine hanya menganggukkan kepalanya, lalu merutuki dirinya yang mendadak bungkam saat ditanyai.

"Pindahan mana, Dine ?"

"Aku home schooling."

"Hm, pantes beda." Nara menyesap segelas teh yang ia genggam.

"Beda ?"

"Gak sok jual mahal kayak anak itu tuh." tunjuk Nara dengan sorot matanya.

" tunjuk Nara dengan sorot matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadine mengikuti sorot mata Nara. Tidak buruk juga, pantas saja dia terlihat angkuh, gadis itu cantik.

"Apa !"

"Ck, bisakan ngomong biasa aja. Nadine cuma ngeliat lo doang, jan judes amet apa sama anak baru." Nara hanya merotasikan matanya, berbalik arah mencarikan kursi untuk Nadine.

"Eh, Naraya ! Gue gak ngomong sama lo ya !" balas gadis tadi tidak terima.

Menurut Nara, lebih baik pura-pura tuli dari pada menanggapi pembicaraan gadis berparas Eropa itu.

Gadis Eropa itu beranjak dari tempatnya, mengahampiri Nadine yang masih diam menunggu Nara, "El Xaviera, panggil El aja. Fyi, wakil KM disini, salam kenal, Nadine."

~TBC

Greatest LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang