Chapter 1

23 5 2
                                    

Nadine mengulurkan tangannya, "Eum, boleh tau sekarang lagi kegiatan apa ya ?"

Wajar saja ia bertanya, keadaan kelas yang riuh entah apa yang dipermasalahkan, jujur saja Nadine sedikit risih dengan hal ini.

El menghelakan nafasnya, tangannya teriring bergerak menyampirkan rambut ombrenya yang menjuntai kedepan.

"Ini tuh harusnya literasi, bobrok bener dah orang orangnya, malah pada gosip. Anggep aja gak ada, lagian kelas gak bakal sepi."

"Eh, emang kenapa ?"

"Sekarang jamkos, benci gue, udahlah gue tinggal ke kantin ya, see u."

Merasa tak ada hal yang bisa ia lakukan, Nadine berjalan menuju belakang kelas mengaktifkan ponselnya. Berharap ada sesuatu yang lebih menarik daripada kelas ini.

Nadine memilih membuka akun social media miliknya, mencari sesuatu yang mungkin bisa mengalihkannya dari kerusuhan ini.

Menemukan sesuatu yang ia cari, platform makanan dengan segudang resep yang bisa ia berikan kepada Kak Arka, siapa tahu lelaki kelahiran Tokyo itu mau membuatkannya hidangan kecil.

"Dine, nih bangku biar gak capek."

Nara memposisikan sebuah bangku kayu berwarna putih dengan desain metal sebagai kaki kursi. Entah dari mana kursi itu berasal, Nadine rasa itu kursi baru, dan ia harus berterima kasih pada teman barunya itu.

"Makasih, Nara. Padahal kita baru kenal, tapi kamu baik banget."

"Bukan masalah baik sih, emang tugas seorang Nara nyiapin ini itu buat keperluan kelas." jelas Nara.

Nadine, menjatuhkan tubuhnya ke kursi tadi. Memandangi keadaan kelas barunya yang tak kunjung sepi.

Terlalu bising, jujur saja Nadine yakin bisa saja traumanya kambuh kali ini.

"Elah, nih sekelas gak ada yang nyadar apa ada murid baru. Pada ngurus apaan sih ?" Nara melenggangkan kakinya menuju kerumunan gadis-gadis yang sedang berbicara.

"Woy ! Paan dah, udah jam berapa ini ? Gak selesai selesai apa gibahnya."

"Jan muna deh, Ra. Kalo mau nimbrung ya bilang aja." sahut salah satu dari mereka.

Nara menghentak tangannya ke meja, menandakan bahwa seisi kelas harus mendengarkan hal yang akan gadis itu ucapkan.

"Nih ya, kenalin murid baru dikelas ini. Nadine, perhatiin dulu, dia mau ngomong."

Nara mendorong pelan punggung Nadine agar mendekat ke papan tulis kelas, sehingga yang lain akan menyimak apa yang dilakukan Nadine.

"Eum, pagi semuanya, aku Nadine Anville."

Seorang lelaki mendorong mejanya kedepan, mengahasilkan suara decitan yang mengalihkan seluruh atensi padanya.

"Adeknya Radinka Anville ya ?"

"Iya, aku adeknya Kak Arka." Nadine menanggapi pertanyaan lelaki tadi.

"Lah, Kak Arka alumni sini kan ?"

"Gak nyangka adeknya yang dimaksud ini."

"Elah, visual semua ini mah..."

Oke, kelas kembali rusuh, good job, Nadine. Nama kakakmu saja bisa menggemparkan seisi kelasmu.

"Ini tuh sesi perkenalan Nadine, bukan kakaknya. Hormatin elah."

Kembali ke topik, kelas kembali hening, tidak hening sepenuhnya, hanya saja kebisingan tadi tidak berlanjut.

Greatest LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang