2. The Bar (PhaYo)

50 2 0
                                    

Sesampainya di bar, Ming dan Wayo langsung duduk di pojok bar dan memesan minum. Orange juice untuk Ming dan bir untuk Wayo.

"Aku tidak akan minum karena aku harus berkendara. Minumlah sebanyak yang kamu mau. Aku akan menjagamu." kata Ming.

Wayo menggangguk.

"So, what's your next move?" tanya Ming pada Wayo.

"Entahlah, aku juga bingung. Perasaan ini sangat menyesakkan. Kamu sendiri tau seberapa keras aku mencoba untuk menghilangkan dia dari hidupku. Tapi semua itu seperti sia-sia. Ujung-ujungnya tanpa sadar aku tetap berlari padanya. Seperti sekarang ini. Aku membuang kesempatanku untuk kuliah di luar negeri dan memilih untuk kuliah ditempat yang sama sepertinya. Aku juga ikut menyeretmu masuk dalam masalah ini. Aku benar-benar minta maaf Ming." ucap Wayo sambil menyesap minumannya.

"Yo, tidak ada yang salah disini, jadi jangan minta maaf. Lagipula aku juga tidak merasa diseret dalam masalahmu. Lalu mengenai kuliah, aku merasa keputusanku untuk membuang beasiswaku dan berkuliah di tempat yang sama denganmu juga bukan karenamu. Aku bisa menolak jika aku tidak mau kau tau kan? Menurutku berkuliah dimanapun sama saja."

"Tapi...."

"Sudahlah aku bisa pergi ke Indonesia kapanpun, jarak Indonesia-Thailand tidak jauh kau tau kan? Lagipula setelah kupikir-pikir kuliah di Thailand adalah pilihan terbaik karena aku akan menjadi dokter hewan di Thailand. Akan beda urusannya bila aku ingin jadi dokter hewan di Indonesia meskipun mereka memiliki universitas kedokteran hewan terbaik."

Wayo menatap Ming dengan tatapan berterima kasih.

"Oh c'mon! Don't be such a melancholy boy! Yang penting sekarang everything is settle dan kita bahagia. Udah gitu aja."

Wayo menggangguk lalu kembali menyesap minumannya saat tiba-tiba matanya menatap tepat ke manik mata seseorang yang berada diujung lain bar tersebut. Wayo langsung tersedak dan terbatuk-batuk. Dia sampai menunduk sangkin heboh batuknya. Mingpun ikut menunduk membantunya menepuk punggungnya.

"Shit... Fuck buat ada dia disini."

"Apa kamu baru saja mengumpat tuan muda?" Wayo dan Ming terkejut mendengar suara itu dan langsung mengangkat wajah. Disana ada Phana sedang menatap mereka.

Wayo berdeham dan berkata, "tidak aku tidak mengatakan apapun."
"Benarkah? Tapi aku mendengarmu mengumpat tuan muda."
"Ck, sudah ku katakan aku tidak mengumpat." langsung ditariknya tangan Ming untuk meninggalkan tempat itu. Sedangkan Phana hanya menatapnya pergi dengan senyum tersembunyi.

Wayo menarik tangan Ming ke toilet dekat pintu masuk bar.

"Wah, ternyata benar katamu dia makin tampan dan makin tinggi. Pantas saja kamu terkejut melihatnya." kata Ming sesampainya di toilet.

"Ah sudah daripada kamu cerewet lebih baik kamu siapkan mobil terlebih dahulu, aku akan menyusul." potong Wayo sebelum Ming bicara lebih banyak lagi.

"Kamu gak papa ditinggal sendiri?"

Wayo mengangguk. Setelah melihat anggukan itu Mingpun keluar bar dan menyiapkan mobil. Sepeninggalan Ming, Wayo yang berdiri di depan kaca wastafel menunduk untuk membasuh wajahnya. Ketika dia mengangkat wajah dia terkejut bukan main.

"ASTAGA!"

"Ah! Benar Wayo ternyata!" ucap laki-laki itu.

"Astga P' Kit! Sejak kapan P' disitu? Hampir putus jantungku." komplain Wayo.

"Em aku baru masuk lalu melihatmu. Karena aku merasa mengenalmu makanya aku menunggumu untuk mengangkat wajah."

"Ah begitu ternyata, iya P' ini aku, Wayo."

"Sebenarnya tadi aku sudah melihatmu di dalam. Tapi butuh waktu 1 jam untuk mengenalimu. Jangan salahkan aku karena kamu berubah 180 derajat! Aku sampai susah mengenalimu."

"Ah tidak apa-apa P'. Benarkah sesusah itu mengenaliku?"

Kit mengangguk dan berkata, "Aku yakin Beam juga tidak akan mengenalimu apalagi si idiot, Phana. Kamu terlihat berbeda tanpa kacamata bulat besarmu, gaya rambut jamurmu, dan pipi tembam berjerawatmu."

"Separah itukah aku P'?" tanya Wayo dengan suara terdengar agak sedih.

"Ah! Tidak tidak bukan itu maksudku. Sungguh. Ah sudah lupakan saja, lebih baik kamu berikan nomormu padaku, let's hangout together. Aku akan mentraktirmu." kata Kit sambil menyodorkan HPnya.

Wayo mengangguk menerima HP itu dan mengetik nomornya. Lalu mengembalikannya pada Kit.

"P' aku pamit dulu temanku menungguku. Dan P', tolong jangan beri tahu P' Pha kalau aku berkuliah di tempat yang sama dengan kalian. Jangan beritahu dia P' bertemu denganku."

"Kenapa?"

"Alasan pribadi P'."

"Ah, okay"

Wayo mengangguk dan pergi dari sana.

***
Kit kembali ke meja tempat teman-temannha berkumpul.

"Beam, kamu pasti gak bakal nyangka siapa yang kutemui tadi!" ucap Kit begitu duduk disebelah Beam.

Beam hanya mengangkat alisnya tidak tertarik.

"Aku bertemu dengan Wayo, Beam!"

"Si rambut jamur? Buat apa dia ada di klub malam seperti ini?"

Kit mengangguk semangat dan berkata, "Aku bahkan mendapatkan nomornya! Tapi...."

"Kenapa?"

"Dia melarangku memberithu Pha. Aneh sekali bukan?"

"Dasar bodoh, tentu saja tidak aneh. Dia mungkin tidak tahu kalau kita tahu dia menyukai Pha meskipun dia tidak pernah mengatakannya secara langsung. Tapi kurasa hipotesis kita selama ini benar. Si Pha idiot itu juga terus menyangkal bahwa dia bukan gay, dan karena itu mungkin saja dia sudah move on atau apalah dan bertemu dengan Pha sudah pasti hal yang dihindarinya." jelas Beam.

"Jadi..?"

"Ya turuti saja maunya si jamur itu, toh juga tidak akan merugikan siapapun. Phana tidak menyukai si jamur dan si jamur nampaknya sudah move on."

"Ck, jangan panggil dia jamur lagi. Kamu akan terkejut melihat seberapa tampannya dia sekarang."

"Em baiklah." kata Beam sambil kembali menyesap minumannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

U-Prince Y the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang