C

28 3 0
                                    


Matahari mulai tenggelam, Siska sudah berjanji untuk bermain lagi bersama Rina, dan dia pun menghampiri rumah Rina, sampai disana Rina masih tidur di ruang tengah dan sontak Rina terkejut dengan suara Kakaknya saat membangunkan dirinya. Rina pun terbangun dan dia langsung mandi. Sambil menunggu Rina mandi, perlahan-lahan hari mulai gelap dan Siska memutuskan untuk bermain habis maghrib, Siska pun bilang ke Kakaknya untuk memberitahu kalo nanti mainnya habis magrib saja.

Setelah shalat maghrib Siska dzikiran sebentar, pada saat dzikiran ada suara telephon berdering dan langsung diangkat oleh ibunya. Ternyata yang menelphon adalah bibinya yang ada di Jakarta. Mereka sudah ada janji untuk pulang kampung bersama.

Usai bertelephonan, ibunya menyuruh Siska untuk cepat-cepat mengemasi semua barang-barang yang akan ia bawa, saat itu hati Siska mulai sedih karena tidak bisa lagi bermain bersama Rina dan akan meninggalkan tanah kelahirannya yang tercinta itu. Semuanya sudah selesai, Siska pun berpamitan kepada ibunya untuk ke rumah Rina sebentar.

"Ibu aku ke rumah Rina sebentar ya!" tanya ku ke Ibu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ya udah sana tapi jangan lama-lama" jawab Ibu memberikan izin.

Lalu Siska mengajak adiknya untuk mengantarkan nya ke rumah Rina, selama perjalanan menuju ke rumah Rina, Siska sudah tidak bisa menahan air mata nya dia pun meneteskan air matanya dan mengusap air yang membasahi pipinya, tiba didepan rumahnya Rina Siska pun memanggil Rina.

"Rina... Rina....Rina." Panggil Siska  menghampiri Rina.

Rina pun keluar dari rumahnya, karena sudah tidak bisa menahan air  matanya, Siska pun menangis kencang dihadapan Rina, dan Rina pun terheran-heran mengapa Siska menangis kencang seperti itu. Rina pun bertanya kepada adik Siska yang bernama Fika.

"Fika, ini Siska kenapa?" Tanya Rina dengan heran.

"Itu....Dia pengen pulang ke kampung!" Jawab Fika.

"Oh, ya udah Sis. Nggak apa-apa. Sudah nggak usah nangis." Jawab Rina sambil memeluk Siska.

Dan mereka pun duduk di teras rumah, Siska yang menyibukkan diri untuk menenangkan diri yang masih menangis tersedu-sedu hingga tidak bisa untuk bicara. Dan akhirnya Siska mulai bisa bicara dengan Rina.

"Rina, aku mau pulang sekarang." Ucap Siska berpamitan dengan Rina.

"Ya udah, Sis. Nggak apa-apa, yang penting lo di sana pinter." Jawab Rina mencoba mengerti keadaan serta memberi semangat kepada Siska.

Siska pun meneteskan air mata, dan Siska langsung memeluk Rina, sahabat yang dia anggap spesial dan yang paling dia sayangi, karena waktu dirinya masih kecil dia belum punya teman, dan saat dia pindah rumah  Siska pun menemukan Rina, seseorang yang mau berteman dengannya. Tiada hari tanpa bermain. Pagi, siang, sore, dan malam pun mereka selalu bersama. Tak disangka, mereka harus berpisah, agenda mereka untuk bermain bersama malam itu pun harus sirna seketika, mengingat keadaan yang membuat mereka berpisah. Mereka pun harus mencoba saling mengerti satu sama lain. Karena tak bisa berlama- lama di sana, Siska pun berpamitan kepada Rina untuk pulang.

" Rin, gue pulang dulu ya." Ucap Siska dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ya, Sis. Hati- hati ya disana." Jawab Rina.

Siska pun sontak memeluk Rina untuk yang terakhir kalinya. Saat perjalanan pulang Siska menengok ke belakang sambil melambaikan tangan ke Rina, sampai dirumah Siska pun langsung pulang ke kampung halamannya.

Berpisah Untuk BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang