2^

194 7 1
                                    

Sosok itu bukanlah sosok yang beruntung bisa hidup seperti dirinya. Meski tidak normal seperti manusia lainnya Laras sangat bersyukur masih bisa hidup dan bisa dilihat oleh manusia.

Laras hanya tau cewek itu. Cewek itu dibunuh saat hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas, iya, sweet seventeennya sangat menyedihkan.

Dia dibunuh dan dimasukkan ke dalam peti yang sudah ada mayatnya. Aiss.

Laras menangis cerita itu sangat menyiksa dirinya. Pikirannya kalut ia sangat takut. Laras segera berlari ke arah dapur dan mengambil pisau dan gunting. Menggenggamnya erat dan membawa kekamar.

Laras mengambil salah satu CD dan memutar ya lewat DVD film bergenre pembunuhan atau Psikopat itu langsung tayang. Lauren tersenyum, senyum yang pasti ditakuti orang lain.

Hanya itu yang bisa Laras lakukan. Saat ia selesai berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata. Maka jiwa Psikopat nya akan tumbuh. Hal ini sangat menyiksanya.

Dan Laras sadar. Kalau dia benar benaf membunuh orang lain. Maka akan ada orang yang kehilangan karena itu ia lebih memilih menonton saja sambil membawa benda tajam itu.

Saat sedang asik asiknya menonton ada telpon masuk dari Nesya sahabatnya. Oh ayolah gadis itu udah dua kali mengganggunya.

"Apaan sih ih?" ketus Laras.

"ck. Lo pasti lagi nonton Psikopat kan ketus gini" omel Nesya dari seberang sana.

"Hm. Lo udah tau dan ngapain nelpon" jawab Laras dingin.

"Gila lo? Gue  nunggu nih, dah jam berapa. Lo ga sekolah?!" tanya  

Laras membelalakkan matanya tak percaya, "Iya" kemudian ia memutuskan telpon secara sepihak. Bingung, itu yang dia rasakan, entah apa yang ada di pikirannya malah menonton film sepagi ini.

Matanya kembali tertuju pada layar tv yang menyala dan menampilkan kejadian yang tak semua orang tahan melihatnya. Namun nalurinya sebagai manusia membuatnya meraih remote dan mematikan layar itu.

Laras segera berlari menyambar handuknya dan mandi sekilat mungkin. Mengganti seragamnya dan menata tampilannya didepan cermin. "Not bad" gumamnya kemudian segera menuruni tangga dengan tergesa. Beberapa penampakan sudah menyambutnya tanpa ampun, beberapa wujud kadang membuat gadis itu mual, tetapi Laras berusaha mengabaikannya.

"Laras....." Panggil sebuah suara yang berasal dari ujung tangga. Sosok itu memandanginya, lurus, sorot matanya menggambarkan kesedihan yang dalam.

"Apa?" tanya Laras setengah malas. Karena dirinya sudah terlambat sekarang.

"Aku mau nanya? Boleh?" tanya sosok itu.

"Siapapun lo, gue mohon sekarang izinin gue sekolah dulu. Entar malem lo temui gue aja dikamar" balas Laras tak mau membuat hari pertamanya berantakan.

"Ah yasudah, sampai jumpa Laras" Jawab sosok itu sembari tersenyum riang. Sedangkan laras hanya mengangguk kecil dan segera berjalan cepat menuju meja makan.

"Bun, Laras pergi dulu, assalamualaikum"  ucapnya sambil  mencium tangan bunda dan ayahnya.

Bunda hanya diam memandangi putrinya, "Kamu gak sarapan dulu sayang?" tanyanya.

Laras menggeleng lemah, "Laras gak mau telat bun, laras sarapan di kantin aja, laras duluan, Assalamualaikum" 

Setelah itu laras segera berlari menuju mobil merahnya dan mengendarai cepat. 

🗡️🗡️🗡️

Phcycho
Votmen guys! Maapkeun dikit.

Indigo'Psikopat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang