36

811 125 12
                                    

Sudah berapa lama Seokjin tidak memandangi wajah polos Sojung yang tengah tertidur pulas? Rasanya rindu sekali meski saat ini orang yang ia rindukan berada tepat di hadapannya.

Lelaki itu mengarahkan punggung tangannya pada kening Sojung, masih terasa hangat, menandakan bahwa gadis itu belum sepenuhnya sembuh.

Setiap bulan Sojung selalu mengalami hal ini, demam tinggi atau tiba-tiba tekanan darahnya menurun drastis. Seokjin selalu mengira kalau itu disebabkan Sojung yang kelelahan, mengingat gadis itu cukup hiperaktif di luar rumah. Seokjin tak pernah tahu kalau sebenarnya itu adalah efek samping transfusi darah yang Sojung jalani setiap bulannya.

Rasanya, Seokjin benar-benar sudah gagal menjadi pacar yang baik, justru saat mereka sudah putus, dia baru tahu fakta sebenarnya setelah memaksa Taehyung untuk memberitahunya soal kesehatan Sojung.

"Eungh," Sojung melenguh tak nyaman. Gadis itu mengernyitkan keningnya meski matanya masih tertutup dan lehernya berkeringat banyak. Sepertinya Sojung baru saja memimpikan sesuatu yang buruk.

Seokjin segera mengusap kening gadis itu agar kembali tenang dan nyaman. Cukup berhasil, tapi tujuan utama Seokjin ke sini malah tidak tercapai. Harusnya dia membangunkan Sojung, bukannya membuat gadis itu semakin nyaman dalam tidurnya.

Selalu begini, Seokjin mana pernah tega membangunkan Sojung yang sedang tertidur, meski ini bukan kali pertama dia melakukannya. Setiap kali Sojung sakit, dia harus dipaksa bangun saat pagi agar tidak melewatkan waktu makannya, itu sebabnya kali inipun Seokjin datang pagi, karena ia tahu, Sojung pasti belum bangun dan dulu, hanya suaranya yang bisa membangunkan gadis itu.

"Dia belum bangun?"

Namra menyembulkan kepalanya dari balik pintu, membuat Seokjin sedikit terkejut dan nyaris terjengkang dari posisi jongkoknya di samping kasur Sojung.

"Belum."

Seokjin bahkan belum mengeluarkan suaranya sama sekali tadi, lantaran sibuk memuaskan rasa rindunya terhadap Sojung.

Dia tidak pernah mengira bahwa ia akan merindukan Sojung sebegini hebatnya. Ini tidak semudah ia mengambil keputusan untuk memutuskan gadis itu. Ternyata, ada konsekuensi besar yang harus ia bayar di belakang semuanya.

"Tolong bangunkan Sojung, dia belum makan sejak malam. Ibu akan membawa makanannya ke sini," kata Namra sebelum dia menghilang lagi dibalik pintu.

"Sojung, Kim Sojung, bangunlah," kata Seokjin lirih. Lelaki itu mengusap kepala Sojung beberapa kali, bahkan membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Kalau kau tidak bangun aku akan --" Seokjin otomatis menghentikan bicaranya. Yang benar saja, mana mungkin dia bilang akan mencium gadis itu. Situasinya sudah berbeda, Kim Seokjin.

Seokjin menepuk-nepuk pipinya sendiri, dia menggerutu dan berkata gila untuk dirinya sendiri.

Ketika Sojung kembali melenguh tak nyaman, Seokjin menghentikan aksinya tadi. Tampaknya suara Seokjin membuat gadis itu terganggu.

"S..sojung," panggil lelaki itu sekali lagi. Wajahnya didekatkan pada wajah Sojung yang perlahan membuka kedua matanya.

Sempurna. Dua bola mata itu kini terbuka dan menatap tepat pada mata Seokjin, membuat lelaki itu kaget sendiri dan cepat-cepat memundurkan kepalanya. Sementara Sojung, gadis itu masih belum sadar sepenuhnya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu karena masih mengantuk, dia membalik tubuhnya membelakangi Seokjin dan kembali tidur setelah menarik selimutnya hingga ke atas kepala.

Begitu saja respon gadis itu? Seokjin tidak berharap banyak, tapi minimal, seharusnya Sojung kaget dengan keberadaannya di sini, kan?

Set!

Sojung bangkit dari tidurnya, gadis itu duduk tegak dan perlahan menoleh ke kiri, tempat Seokjin berada.

Otomatis pupil mata gadis itu melebar beberapa persen.

"Ini bukan mimpi?!" Teriak gadis itu saat mata keduanya kembali berserobok. "Kau Seokjin? Seokjin sungguhan?!" Katanya sembari mendekat ke arah Seokjin dan memegang kedua pipi lelaki itu sebelum sempat Seokjin memberikan reaksi yang lain.

"Seokjin?" Tanyanya sekali lagi.

"I..iya, ini aku Sojung, tapi bisakah kau menjauh sedikit?"

Sojung menggeleng cepat, tiba-tiba saja mata gadis itu sudah berair, dan tangisannya tak terbendung lagi. Sojung benar-benar tak bisa menjauhkan dirinya dari Seokjin, justru gadis itu memeluk erat lelaki di hadapannya sambil menangis dengan suara keras.

"Ini sungguhan kau?" Tanyanya disela tangisnya, "kenapa baru muncul sekarang setelah semua harapanku tentangmu tak pernah terwujud dan aku hampir menyerah. Kenapa baru datang sekarang? Kau tidak datang menemuiku saat datang menjemput Cheonsa di rumah sakit, padahal aku mendengar suaramu saat itu. Hiks."

"Maafkan aku," ucap Seokjin lirih. Laki-laki itu membalas pelukan Sojung dan menumpukan dagunya pada bahu gadis yang ia rindukan itu. Ada rasa bersalah dan juga lega disaat bersamaan saat mengetahui respon Sojung terhadapnya.

"Sekarang jangan menangis lagi, oke?" Seokjin sudah melepaskan pelukannya, kini kedua telapak tangannya meraih pipi Sojung dan mengusap sisa air mata gadis itu dengan ibu jarinya.

"Aku masih tidak percaya kalau ini nyata."

"Ini nyata, aku di sini karena khawatir saat mendengarmu sakit."

"Kau masih mengkhawatirkan aku?"

Seokjin mengangguk pelan.

"Kau... masih peduli padaku?"

"Mengabaikanmu tidak pernah menjadi hal yang mudah bagiku," meski hal itulah yang berulangkali Seokjin lakukan kepada gadis itu.

"Lantas, kenapa kau ingin kita berpisah? Maksudku... lihat, kita masih memiliki perasaan satu sama lain --"

"Sojung, jangan membicarakan itu dulu, ya?"

Sojung mendesah kecewa mendapati Seokjin tidak ingin membicarakan soal hubungan mereka. Jadi, kalau bukan karena itu, untuk apa laki-laki itu datang kemari?

"Ibumu bilang kau belum makan sejak malam," kata Seokjin, memecah hening. "Aku akan mengambil sarapanmu di depan," lanjutnya, lantas berdiri dan mengambil langkah untuk keluar kamar.

"Ini bukan alasanmu untuk pergi, kan?"

"Tidak Sojung."

"Aku tidak akan makan kalau kau tidak menyuapiku."

Seokjin tersenyum tipis, "aku tahu."

⚪⚫

Aku tahu, mungkin bagian ini tidak cukup memuaskan. Setidaknya, kalau gak suasana haru atau romantis, mungkin harusnya tegang karena Sojung yang kesel dan ngelemparin Seokjin pake barang-barang di kamarnya atau semacamnya yang lebih greget. Tapi yaah, yang aku tulis malah kayak gitu.

Datar, lempeng, as usually 😅

Mau bilang itu aja sii. Gak penting amat emang. Maaf ya 😶

Indralaya, 20 Maret 2019

Iva

X (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang