Plan E: Enjoyable Over-Overtime

2.9K 378 38
                                    

Bakat bikin khawatir tuh bakat paling ngerepotin tapi paling mendekati kekuatan superhero sebenarnya. - Ari

***

"Ranti manis ..." Alva memanggil Ranti dengan nada membujuk. Dia tengah mencoba mengangkat topik Salsa, topik yang sejak tiga hari lalu selalu sukses membuat Ranti sensitif.

"Hm?" Tanya Ranti sambil tetap fokus pada layar laptopnya.

"Kamu masih bikin skripsi?? Udahan dulu dong sayang, emang ngga cape?" Tanya Alva. Dalam hati dia sudah gemas, kapan bisa mengobrol nyaman kalau mata perempuannya tidak bisa lepas dari laptop begini?

"Aku dari tadi udahan bikin skripsinya. Ini lagi iseng aja nyusun-nyusun proposal thesis buat program beasiswa S2 yang kemaren kita liat itu loh," jawab Ranti santai tapi fokus. Alva menelan ludah. Dari sekian banyak perempuan, kenapa hati Alva tertambat dengan maniak belajar seperti Ranti ya?

"Sayang ..." suara bariton Alva yang lembut membuat Ranti sulit berkonsentrasi. Suara Alva memang salah satu suara favorit Ranti di dunia. Apalagi kalau kata yang diucapkan adalah ucapan manis atau ungkapan sayang ... meleleh sudah anak gadis satu ini. Padahal dulu sewaktu masih bersahabat, Ranti sering sekali tertawa geli kalau Alva sudah mengeluarkan gombalannya yang kebanyakan gula, eneg.

Akhirnya Ranti menyimpan progress pekerjaannya lalu menutup laptop. Ia tersenyum geli melihat wajah menang Alva.

Dari tadi saingan sama laptop toh??

"Apa Alvaaa?" Tanya Ranti tersenyum lebar.

"Alva sayang kek gitu," gerutu Alva. Tapi kemudian Alva langsung menahan tawanya karena Ranti langsung kaku dan wajahnya berwarna merah padam dalam waktu singkat.

Ranti si cewe yang kelampau serius, disuruh memanggil pacarnya dengan sebutan mesra saja langsung malu. Reaksi salah tingkah Ranti inilah yang bikin Alva betah menggombalinya. Manis kalau buat Alva.

"Jahat kamu! Aaa ... aku malu ..." kata Ranti salah tingkah dan mengompres pipinya yang panas dengan tangannya yang dingin. Satu setengah tahun berpacaran ternyata tidak membuat Ranti lebih ahli menyampaikan kata-kata mesra. Alva tertawa puas sekali, tak peduli Ranti menepuki bahunya berkali-kali

"Eh, udah saltingnya! Aku dari tadi mau ngomong serius ngga kesampean. Hahaha ..." kata Alva sambil tertawa sesekali. Begitulah dia kalau sudah berduaan dengan Ranti, suka salah fokus. Bahkan sejak Ranti menutup laptop tadi nama Salsa tidak tersebut sama sekali.

"Yaudaahh mau ngomong apaaa?" Ranti mendelik kesal. Pura-pura kesal tepatnya. Masih malu-malu dia habis disuruh bilang sayang.

"Salsa apa kabar?" Tanya Alva memberi kode. Niatnya adalah membuka percakapan agar Ranti mau berbaikan dengan Salsa.

"Hmm ... belom nanyain. Mau nelponin anaknya? Yuk."

"Dih, kok ngejawabnya kayak ngga ada apa-apa gitu??" Alva jadi penasaran karena reaksi Ranti cukup tak terduga. Setelah beberapa hari lalu kerjaannya sibuk curhat soal kekesalannya dengan Salsa, hari ini Ranti tampil tenang. Terlalu tenang menurut Alva.

Ranti pun tersenyum jahil, "Kamu pasti mikir aku masih kesel sama Salsa ya?"

"Ya sampai kemarin malem kamu masih ngeluhin Salsa kan?" Tanya Alva balik. Ranti malah terkikik.

"Aku ngeluhin Salsa buat Kak Ari ..." Ranti mendekat pada Alva sehingga suaranya dapat dipelankan. Alva masih kagum dengan degupan di dadanya yang konsisten muncul tiap Ranti berjarak 5 sentimeter atau kurang.

"Buat Kak Ari??"

"Iyaa ... sebenernya kemaren-kemaren pas aku ceritain Salsa ke kamu di telepon, itu pas Kak Ari udah dirumah dan lagi ngemil di meja makan," Ranti menjulurkan lidah sementara Alva memelototinya.

Chasing CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang