Seorang lelaki muda tengah berlari sambil membawa sebuah gir motor di tangan kanannya.
"Bos jen, lo bagian kanan gue bagian kiri"
Yang ditunjuk pun mengangguk sambil mengambil langkah ke kanan, dan..
Sijakbutonanega ....
Sontak ia pun mengisyaratkan pada teman-temannya untuk mundur.
"Iya sayang, kenapa?" Jawabnya pelan.
"aku? Iya lagi mau jalan ini sayang, tunggu sebentar ya" lanjutnya yang setelah itu keluar dari tempat persembunyiannya.
Hwall, sebagai lawan tawurannya hari ini mengerutkan dahinya.
"Sorry bro gue ada urusan mendadak lanjut minggu depan, gapapa kan?" Tanya jeno.
"Santai, atur aja bos", jawab Hwall sambil bertos ria dengan jeno.
Dan setelah itu kedua kubu pun saling bubaran.
Lah ini kalo bisa maap-maapan gini ngapa lu pada tawuran(?)
...
Masih diatas motornya sedari tadi, dengan handphone yang masih setia pada tangan kanannya Jeno tetap mencoba menghubungi gadis yang diliatnya tengah berbincang di koridor sekolah.
"Apasih bawel banget nelfon terus", jawab Siyeon diseberang sana.
"Aku di depan gerbang", Singkatnya.
"Ya sabar dikit kek, nanti juga aku keluar", dan setelah itu Siyeon memutuskan telfonnya sepihak.
Lagi.
Pada siang hari yang sayangnya terik ini, Jeno udah nunggu 1jam lebih di gerbang sekolah siyeon, padahal dia udah ngebut-ngebut sampe bolos tawuran cuma buat jemput Siyeon.
Dan sampe sekolah Siyeonnya ternyata masih ngobrol ketawa-ketawa di seberang sana sama temen-temennya.
Rambut lepek, seragam lepek, keringetan bau ketek kemana-mana. Untung masih ganteng bosjen.
Dan kesabaran Jeno pun benar-benar diuji ketika diseberang sana, Eric malah mengacak-ngacak surai hitam Siyeon, yang sayangnya sang empunya malah hanya tertawa santai. Jeno pun menghembuskan nafas kasar, dan meraih kembali persegi panjang pintarnya.
"Yeon".
"Iya sebentar kenapa sih".
"Aku bilang aku udah didepan gerbang".
"Tuh supir lu udah ngerengut mukanya" goda Eric saat mereka telah sampai di gerbang.
"Yee sirik aja, jones", cetus Siyeon, sambil membiarkan Jeno yang tengah merapikan surai wanita itu lalu memasangkan helm pada tuan putrinya.
Selama perjalanan Jeno hanya diam.
Ya Siyeonnya juga ga peka.
Dia malah asik sendiri sama handphonenya.
Sampai dirumah Siyeon pun turun, dan melepaskan helmnya.
"Mampir atau langsung?", Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari persegi panjang pintarnya.
"Aku ga mampir", jawab Jeno.
Siyeon hanya mengangguk dan berjalan masuk kerumah.
Jeno hanya menarik nafas panjang.
Kalau bukan sekarang kapan lagi, pikirnya."Yeon" panggilnya pelan.
Siyeon pun membalikkan tubuhnya.
"Kenapa?"
"Kanjeng nabi hebat ya, bisa punya kesabaran yang ga ada batasnya", jawab Jeno.
"Ngomong apasih lo gajelas banget".
"Sayangnya aku gabisa kaya kanjeng nabi yeon".
Siyeon pun terdiam dan menghampiri Jeno kembali.
"Kamu tuh mau ngomong apasih sebenernya?", tanya Siyeon bingung.
Jeno pun membuka helm fullfacenya, jari-jarinya tergerak mengusap surai hitam Siyeon yang tengah menutupi dahinya.
"Maaf yeon, aku capek".
Siyeon hanya terdiam mencoba mencari arti dari kata-kata Jeno.
"Kayanya ini bakalan jadi terakhir aku nganterin kamu pulang".
"Kita udahan ya yeon", sambungnya.Siyeon masih terdiam mencerna perkataan seorang pentolan SMA ESSEM 1 ini.
Jeno pun menghela nafas kasar, dipakainya kembali helm fullfacenya.
"Aku pamit ya yeon, Assalamualaikum", setelah itu Jeno pun melaju pergi dari rumah Siyeon meninggalkan gadis yang tengah terkejut dengan perkataannya itu, yang tanpa Jeno sadari air matanya tengah menetes perlahan pada mata sang gadis.
Si bahlul mau bilang putus aja pake bikin anak perawan orang bingung dulu emang.
Abis putus kalem, Lee Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Need Your Love, Dream Vers
FanfictionCuma kumpulan Dreamis yang patah hati :"