Chapter 2 : tidak sengaja

29 2 0
                                    

    Vidya langsung memantulkan bola basketnya dilapangan sekolah. Hari ini dia sangat lemas. Biasanya, yang bermain dengan Vidya adalah Tomi namun hari ini dia tidak masuk. Ia pun melihat jam dipergelangan tangan kirinya dengan Gelisah.Sudah pukul 07.55, Namun kedua sahabatnya belum datang.Vidya yang duduk di lapangan melihat rombongan Farel datang. Rendy dan Nildan.Vidya menghampiri Farel dia ingin menanyakan sesuatu.
   
      "Rel.. Adel mana?" Farel yang sibuk bermain ponselnya itu menoleh.
   
     "Dia sakit, badannya panas jadi gue ga suruh dia masuk!" Bahkan Farel tidak melihat matanya dia hanya menghentikan jalannya namun tatapannya melihat ponsel.
   
     "Woyy Rel! Lo lagi di aja ngobrol tu sama cewe
jadi-jadian!" Vidya yang mendengar itu langsung menendang kaki Rendy.
 
      "Ehhh Iyah dehh maaf Vid! Gue cuma bercanda! Owh Ya hari ini lo jadi petugas upacara yah? Gua mau bolos akh dikantin!" Farel dan Nildan yang mendengar itu langsung mengangkat mulut.
    "Kenapa?" Farel dan Nildan berbarengan.
   "Kalo petugasnya si Vidya suka lama males gua!" Vidya yang mendengar itu langsung menjambak rambut Rendy.
"Gue juga ikut!" Nildan yang mengang alis sambil berbicara.
"Ya terserah lo pada, Lagian gua juga ga butuh kalian buat ada pas gua lagi nugas!" Vidya langsung pergi ke lapangan lagi. Dia sudah memakai atribut lengkap dari tadi, tinggal merapikan ulang saja.

    Pada saat upacara perlangsung. Saatnya Vidya maju kedepan untuk mengibarkan bendera merah Putih.
    Brukkkk!
   
    Vidya merasakan ada yang menyentuh lutut kakinya dengan keras dan ia pun jatuh tersungkur. Hanya nyeri yang ia rasakan. Begitu coba untuk bangkit,pandangannya tiba-tiba berubah menjadi buram dan tubuhnya terasa lemas. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum ahkirnya semua berubah menjadi gelap.
   
    Sementara, orang yang melempar bola dengan sangat keras itu hanya diam. Ia Memandang tubuh Vidya tergeletak di aspal.Tubuhnya terasa membeku saat melihat darah mengalir dari lutut.
    "Vidyaaa!"
     Semua murid mengurumuni Vidya. Terutama guru. Dan Bu Gandis langsung membawa Nildan ke kantor.

                      
                            ~•~

    "Kamu ini! Kenapa kamu tadi tidak ikut upacara?" Nildan hanya diam. Dia tidak berani menjawab.
     "Sudahlah, sekarang Kamu pergi ke UKS dan liat keadaan Vidya! Jangan pergi
kemana-mana" Nildan yang mendengar itu langsung keluar kantor dan menuju ruang UKS.
Ia melihat Vidya yang masih belum sadar. Nildan tidak tau harus berbuat apa. Ia merasa bersalah kapada Vidya. Apa lagi pada saat dia melihat lutut Vidya yang bercucuran darah.
 

Sekeras itu dia melempar bola? Hingga membuat Vidya pingsan dan langsung mengeluarkan darah sebanyak tadi? Itu yang Ada di benak Nildan.

    Vidya sudah sadar.Nildan Langsung menghampiri Vidya.       "Lo ga apa-apa?" Vidya langsung menoleh.
"Awwww!" Vidya langsung pindah Posisi dengan duduk.
"Maaf itu tadi kayaknya pas gue ga sengaja ngelempar bola keras banget! Sampe kaki lo kayak gini." Vidya yang mendengar itu tertawa.
"Ga ini bukan salah lo! Kemarin gua nabrak tembok terus berdarah! Dan kebetulan lo lempar gue pake bola tadi ,jadi basah lagi lukanya! Sudah lah lupakan!" Vidya yang berusaha turun dari kasur yang di biarkan begitu saja oleh Nildan.
"Gue Duluan yah!" Nildan yang keluar ruangan UKS.Sedangkan Vidya turun juga belum karena lututnya yang sakit jika menahan kaki sebelahnya. Tidak ada satu pun niat di pikiran Nildan untuk membantu.

                             ~•~

    
       "Vidyaaa"
      Lala yang berlari menghampiri Vidya yang sedang bermain ponsel di parkiran sekolah. "Hmm".
"Lo kenapa masih disini? Kan lo bawa motor!" Lala ikut duduk di samping Vidya. Lala mulai memerhatikan kaki Vidya.
"Di Jemput kak Jumi! Kak Jumi tau kaki gue berdarah jadi dia minta ,buat dia yang Jemput!" Kak Jumi adalah kakak Vidya. Yang Baru menginjak kuliah.Vidya dan Kak Jumi hanya beda satu tahun.
"Emang Si Nildan ga ngajak pulang bareng lo? Gila tuh anak ga ada tanggung jawabnya sama sekali."
Lala mulai mengeluarkan Emosi nya kapada Nildan.
     "Hmmm" Jawaban Vidya hanya itu.Dia memang sedingin itu.
"Lo tuhh yahh! Jawabnya hmmm hmmmm doang dari tadi kayak yang ga ada Jawaban lain." Lala sudah terbiasa dengan sikap Vidya yang separti itu, tapi tetap saja dia merasa kesal.
"Hmmm iyah" Lala yang mengetahui jawaban Vidya separti itu langsung pergi dengan begitu saja. Lala tidak marah,dia hanya ingin mengetahui apa yang akan dilakukan Vidya. Namun ternyata Vidya masih diam.

   
                            ~•~

     "Lo besok Ke rumah Bunda!"  Jumi kakak Vidya yang sedang duduk di shofa dapen tv .Bunda Vidya dan Ayah Vidya sudah bercerai, dan Ayah Vidya susah wafat. Dan mereka hanya ber-2 di rumah ayahnya. Vidya tidak mau pindah rumah,apa lagi harus ikut bundanya. Dia tidak ingin meninggalkan rumah yang mempunyai banyak kenangan dengan ayahnya.
      "Vidya mau latihan Bela Diri!" Vidya yang mendengar nama Bundanya di sebut langsung menghentikan tangannya yang Akan mengambil gelas.
      "Lo mau sampe kapan bersikap kayak gini ke Bunda! Lo ga pernah ngertiin Bunda!"
Vidya yang mendengar itu langsung membanting gelas .
    "Lo pikir apa pernah dia mikirin gue? Gaa kan, jadi ngapain juga gue mikirin Dia." Vidya langsung pergi ke kamar Dan membiarkan kakaknya terus berbicara.

Sebetulnya aku ga mau bersikap seperti ini ke Bunda. Tapi dengan apa yang Bunda lakukan itu membuat aku kecehwa Bun

Two Poles Of IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang