✧7 ˖ + ˖ desire to be grateful

452 79 35
                                    

dari kacamata orang lain, mungkin johnny terlihat kelewat santai dan terkesan urakan untuk ukuran mahasiswa semester akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dari kacamata orang lain, mungkin johnny terlihat kelewat santai dan terkesan urakan untuk ukuran mahasiswa semester akhir. tapi bagi jeffrey, johnny tak seperti asumsi mereka. tak pernah jeffrey temui orang searif dan sehangat johnny selama duapuluh tahun eksistensinya dalam hidup. tidak, johnny tidak sesederhana itu sehingga bisa berada di urutan teratas orang-orang yang berarti bagi jeffrey.

lelaki itu selalu senang berbagi. pengalaman hidup, kisah-kisah zaman dahulu yang mungkin luput kaudengar, hingga mungkin suapan terakhir makanannya favoritnya pun ia rela bagi. salah satu yang membekas di benak jeffrey adalah penjelasan singkat johnny tentang arti sebenarnya manusia hadir dalam hidup kita. sederhana saja, baik yang menetap maupun yang hanya singgah; tujuannya sebenarnya sama, periodenya yang membedakan.

katanya, manusia hadir dalam hidup kita untuk menjadi berkah atau bahkan untuk membawa pelajaran kecil yang mungkin akan kita butuhkan nanti. dan jeffrey tidak bisa tidak setuju dengan kedua hal tersebut.

contohnya saat bersama keira, satu malamnya terasa lebih bermakna. ketika gadis itu merestui jeffrey untuk menolongnya, dan secara tidak sengaja membuat lelaki itu menebus kesalahannya dengan menjadi manusia yang tak lagi apatis, keira bagai membawa berkah tersendiri untuk mengizinkan jeffrey menjadi manusia yang lebih baik.

di satu sisi, gadis itu juga membuat jeffrey banyak belajar. tentang keikhlasan dan sedikit banyak tentang ... cinta. jeffrey cukup terenyuh dengan keputusan gadis itu untuk tetap menghidupkan nama johnny di hatinya. walau raga lelaki itu tak bisa lagi ia rengkuh, setidaknya rasa untuk lelaki itu masih tetap utuh. bahkan mungkin bertambah seiring dengan kenangan manis mereka berdua yang tiba-tiba memapasi renungan malamnya.

kini, giliran jeffrey untuk berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan. sudah saatnya ia bangkit dari keterpurukan dan melanjutkan hidup, membuka lembar baru dan mengisinya dengan hal-hal positif. mungkin untuk langkah awal bisa dengan mengantarkan gadis bersurai cokelat itu kembali ke rumahnya?

"hujannya sudah reda. saya antar pulang, ya?"

keira menatap uluran tangan jeffrey. dalam sepersekian detik pandangannya beralih ke wajah lelaki itu yang sudah dihiasi senyum hangat. terlalu hangat, hingga gadis itu rasanya tak perlu bergelung dengan selimut tebal dan menyalakan penghangat ruang untuk sekadar mencari nyaman saat suhu udara merangkak turun. keira pun bangkit dari duduknya dengan meraih tangan jeffrey. hanya sebentar, dia cukup tahu diri bahwa bukan dirinyalah yang layak merasakan nirwana hanya dengan menggenggam tangan yang kokoh nan hangat tersebut.

"makasih, eum ...."

jeffrey membuka payungnya sebelum rintik menjamah mereka berdua. mendapati bahwa bagian kiri keira sedikit terkena air, dengan sekejap ia tarik bahu gadis itu hingga bertabrakkan dengan miliknya. membuat keira terkesiap sesaat.

"jeffrey. nama saya jeffrey," ucapnya. kedua matanya bersitumpu pada netra milik keira.

dalam jarak sedekat itu, keira bahkan bisa melihat konstelasi di dalam mata jeffrey. seakan semua hamparan bintang malam ini berpindah ke matanya. keira rasanya tidak ingin mengalihkan pandangan dan lebih memilih untuk menebak rasi apa saja yang ada di sana. namun untungnya dia berhasil mengendalikan diri.

keira memutus kontak mata mereka dengan memilih menatap lurus ke depan. "maaf saya banyak merepotkan malam ini."

jeffrey menggeleng tak setuju. "no, you're not. harusnya sejak dulu saya menghubungimu."

sekonyong-konyong martil berukuran gigantis seakan menghantam ulu hati keira. pikirannya berkecamuk, seandainya jika dia bertemu jeffrey lebih dulu. mungkinkah semua akan lebih baik? mungkinkah keira tidak akan sampai di titik ini, di mana ia sudah lelah kehilangan banyak hal, bahkan rumah dan dirinya sendiri? berbagai probabilitas bersliweran memenuhi pikiran. hingga rumah berpagar hitam mulai ditangkap oleh radar visual keira, segala keruwetan di dalam kepala ia paksa redam. ada hal yang lebih penting yang harus ia kerjakan.

"ini rumahmu?" tanya jeffrey begitu keira menghentikan lajunya di depan salah satu rumah bertingkat dua.

keira mengangguk sebagai jawaban.
jeffrey balas manggut-manggut mengerti.

"kalau begitu selamat malam, keira. sampai ketemu lagi!"

"selamat tinggal," gumam keira pelan mengoreksi ucapan jeffrey.

tangannya mengawang ke udara membalas lambaian tangan lelaki itu, lalu berbalik hendak membuka pagar dengan gelenyar perasaan aneh di dada. ini mungkin saja malam terakhirnya di tempat ini, dan membayangkan gugusan memori indahnya di masa lampau berkemungkinan besar menyebabkan gelenyar aneh itu. keira tahu persis jenis perasaan yang akhir-akhir ini menggerogotinya. yakni perasaan takut akan merindu. takut jika keputusannya sebenarnya salah. dan takut-takut lainnya yang kalau diuraikan satu-satu gadis itu bisa saja berubah pikiran.

"keira, tunggu!"

pun lamunan gadis itu buyar. ia spontan memalingkan wajahnya ke belakang. keadaan hening selama beberapa sekon berhubung jeffrey tak kunjung mengeluarkan sepatah kata pun. kepalang penasaran, keira berinisiatif untuk bertanya. "ada apa?"

jeffrey masih bergeming, sedang menyusun kalimat yang akan dilontarkannya pada keira. merasa rambutnya mulai berjatuhan menutupi jarak pandangnya pada gadis itu, ia susupkan jemari panjangnya di antara helai rambut. karena itu, keira dapat melihat cara jeffrey menatapnya, kombinasi antara kecemasan sekaligus kepedulian dalam satu waktu. jenis tatapan yang diam-diam ia rindukan.

"mungkin kamu sudah sering dengar ini dari johnny tapi saya ingin sekali menyampaikan ini; jangan percaya pada orang yang berkata badai pasti berlalu dan segalanya akan baik-baik saja. tidak, badai tidak berlalu, dia tetap berjalan di tempatnya. kita, kita sendiri yang berjalan melaluinya. tapi ... jangan khawatir, karena selesainya ada di tangan kita."


FIN.

a/n :: gudbye jeffrey-keira! :)
oh ya, kalimat terakhir jeffrey ak yakin pernah membacanya di suatu tempat tapi lupa di mana :(( kalau kalean tau jangan diam-diam bae yah, ak maw kasih credit soalnya hwhw

[✓] HAKUNA MATATA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang