Meskipun Vina sudah memaafkan Al, tapi masih ada sedikit rasa kecewa di hatinya.
Bagaimana tidak? Tega-teganya Al melanggar janjinya sendiri.
' Tapi, yang lalu biar saja berlalu ' pikir Vina. Ia ingin melupakan semuanya. Karena sekali saja ia mengingatnya, bisa-bisa air matanya akan berjatuhan dengan deras.
" Vin." Panggil seseorang tepat di depan telinganya yang membuat Vina tersentak kaget.
Ia pun menoleh hanya untuk mendapati Rana-sahabat semasa kecilnya- yang sedang duduk di samping nya.
"Apa, sih? Bikin kaget aja." Ucapnya kesal.
Rana hanya tertawa renyah.
"Gue kesini soalnya gue mau kasih kabar penting banget."
"Apa emang?" Tanya Vina masih sambil menuliskan sesuatu di buku hariannya.
"Lo tahu Al, kan?"
"Ya. Emang kenapa?" Tanya Vina penasaran.
"Kata anak-anak, waktu minggu kemarin gue nggak masuk sekolah, Al jadian sama seseorang." Jawabnya histeris karena bisa dibilang Rana sudah menyukai Al dari lama.
Shit.
Ucap Vina dalam hati. Bagaimana ia bisa lupa tentang perasaan Rana pada pacarnya sendiri?
"Lo tau nggak siapa yang ditembak sama Al? Haduh, gue kayak cacing kepanasan." Ucapnya sambil mengipasi dirinya sendiri menggunakan tangan.
"Engg—itu." Ia ingin menjawab tapi ia juga memikirkan risiko nya.
"Siapa?" Tanya Rana lagi.
"Ikut gue ke taman." Ajak Vina.
Rana hanya mengikuti langkah kaki sahabatnya itu. Hingga mereka tiba di sebuah taman yang sepi.
"Ng—ngapain lo ngajak gue kesini?"
"Jadi, sebenarnya yang ditembak sama Al itu—"
Kringgg kringgg kringgg
Hendak saja Vina berbicara, bel sekolah sudah berbunyi menandakan jam istirahat telah selesai.
"Yaudah gue ke kelas dulu, ya." Rana hanya mengangguk.
~~~
"Al, nanti temenin gue ke toko buku, ya." Ucap Dimas pada Al yang sedang berusaha membakar ujung batang rokoknya. Ya, dia merokok. Lagi.
"Ngapain? Tumben banget lo ke toko buku? Biasanya kan lo cuma nongkrong sama temen-temen lo."
"Gue disuruh Pak Seno buat beli buku latihan soal UN. Aslinya sih males banget. Cuma ya gue nggak mau kena masalah." Ucap Dimas meyakinkan.
Sempat berpikir sejenak sebelum Al memutuskan untuk ikut dengan Dimas.
Lalu, saat mereka sedang asik mengobrol sambil menghisap rokok, seorang perempuan mendatangi mereka.
"K—kamu ngapain disini?" Tanya Al pada Vina.
"Aku udah nggak percaya lagi sama kamu."
Plak
Vina dengan kasar menampar pipi Al. Karena pipi Al berwarna putih pucat, jadi dapat terlihat jelas bekas tamparan itu.
Hendak Al membalas menampar Vina, tapi terlebih dahulu Rana menahan tangannya.
"Heh, jangan kasar sama perempuan, bodoh." Ucap Rana sambil menghempaskan tangan Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIC CLAPTON
Romance(UPDATE SETIAP HARI SABTU) BEBERAPA PART DI PRIVATE KHUSUS UNTUK FOLLOWERS Sebuah kisah asmara antara Alvaro dan Alvina. Bukan kehidupan namanya jika tidak dihalangi oleh sebuah masalah. Setiap hubungan pasti juga pernah walaupun sekali, pasti akan...