PROLOG

8 0 0
                                    


Waktu itu.

Teriknya matahari tak membuat gadis ini bermalas dikamarnya. Dia bergegas mengganti pakaian tidurnya setelah mendengar bunyi handphone berwarna biru miliknya. Dengan cepat ia menekan tombol hijau setelah membaca nama yang tertera di layar handphone-nya. Raja.

"Gue tunggu di Shisha café sekarang!". Terdengar suara tegasnya di ujung sana tanpa mengucap halo. Memang kebiasaan lelaki itu.

"Ngapain? Halo? Ha..lo?". Tut tut. Benar saja, bunyi itu pertanda bahwa panggilan telah di akhiri. Resti mendengus kesal. Lelaki itu tak pernah berubah, namun gadis ini tetap saja selalu berada disampingnya. Seperti sepasang sepatu yang tak pernah dipakai hanya sebelahnya saja. Klise.

Dengan segera Resti menggapai kunci mobilnya dan menuruni anak tangga rumahnya yang sepi. Petugas satpam dirumahnya menggeleng. Bagaikan hembusan angin di tanah lapang, mobil gadis itu melaju ke arah café yang memang biasa ia dan Raja kunjungi. Jalanan ibukota memang tak pernah sepi walaupun kini tepat pukul 12.00 siang. Tepat matahari berada diatas kepala. Ibukota oh ibukota. Resti memutar radio di saluran favoritnya. Mendengarkan music sambil menembus barisan mobil berderet. Sesekali ia mendengar bunyi klakson pengendara lain yang tak ingin mengalah.

Gadis dengan blouse pink dan celana jeans mendorong pintu melongok kedalam dan mencari seorang laki-laki. Seseorang yang tidak tau etika menelfon tetapi tetap tak bisa ia tinggalkan. Diujung ruangan terlihat lelaki menggunakan kaos dengan lengan yang dilipat hingga siku. Rambutnya yang ikal selalu disisir rapi dan dua cangkir kopi yang telah dipesannya. Resti telah berada dihadapanya. Raja memandangnya sekilas. Lalu ia merogoh kantong celananya dan meletakkan selembar kertas dihadapan Resti. Tanpa berkata apapun. Resti mendengus.

"Apa nih?" Resti mengambil kertas tersebut dan membacanya. Selembar kertas yang lebih tepatnya tiket pesawat salah satu maskapai terkemuka. Ia mencari tujuan dalam tiket tersebut dan nama pemiliknya.

 Ia mencari tujuan dalam tiket tersebut dan nama pemiliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Resti berhenti tepat di tujuan kepergian. Jantungnya terasa berhenti seketika. Resti memandang Raja dengan menggigit bibir bawahnya. Ingin rasanya ia membiarkan air matanya jatuh. Tapi itu tidak boleh terjadi.

"Jayapura?". Suara lirih Resti terdengar. "jauh banget dong?".

Raja hanya tersenyum.

"Gue berangkat besok sore jam 3. Lo mau nganterin gue gak?".

"Tapi kenapa harus Jayapura Raja?" tanya Resti yang tak ingin jauh dari Raja.

"Res please! Ini bukan perusahaan gue. Harus pergi atau resign dari pekerjaan ini." Raja menggapai tangan Resti. "Tenang aja, gue ga akan ninggalin lo gitu aja. Jaman sudah canggih Resti. Kita bisa Vcall kan?".

Resti hanya diam. Dia memang tak bisa menahan Raja. Siapa Resti yang dengan gampangnya menahan Raja. Dia bagi lelaki bermata hitam kelam tersebut bukan siapa-siapa. Ini kali kedua Raja meninggalkannya. Rasanya tetap sama, teramat sakit walaupun tak bisa ia katakan kepada Raja. Terlihat dari raut mukanya yang berubah menjadi sendu.

"Tapi kenapa lo baru ngasih tau gue ketika besok lo harus pergi? Lo ga pengen jalan-jalan dulu sama gue?" Resti melepas genggaman Raja bertingkah marah seperti anak kecil.

"Setelah ini kita pergi. Habisin dulu minuman lo!" jawab Raja dengan santai.

Mereka berdua beranjak meninggalkan café. Resti sejenak berhenti didepan café dan menengok kearah mobilnya dan mobil Raja bergantian. Raja yang melihat itu langsung menarik tangan Resti menuju mobilnya.

"Nanti gue ambil mobil lo disini!" kata Raja sembari menutup pintu mobilnya.

Mobil putih dengan stiker otomotif kesukaan Raja melaju menembus ibukota (lagi). Menelusuri tiap sudut kota. Hari ini hari terakhir mereka berdua bersama. Setelah hampir setahun mereka bersama lagi. Music diradio kembali terdengar. Tanpa permisi Resti menekan tombol on di radio. Lebih tepatnya sudah terbiasa. Terdengar suara lirih gadis bernyanyi mengikuti music yang terdengar. Seperti biasanya.

"Kalo nyanyi yang kenceng kek! Setengah-setengah banget dah mendingan gausah nyanyi."

Dengan segera Resti menarik rambut ikal pria itu. "Rese banget si. Suara-suara siapa coba!"

Terdengar suara mengaduh. "Lo tuh ya, ini gue lagi muji suara lo yang bagus!" sembari mengusap rambutnya.

Resti tak menanggapi. Lengang. Hanya terdengar music didalam mobil mereka. Seringkali Raja memang memuji suaranya yang merdu. Sejak SMP, Resti sudah mengikuti kelompok paduan suara hingga SMA. Suka bernyanyi tapi tidak diasah, hanya penyanyi kamar mandi.

"Lo inget tempat ini?" sesaat setelah mereka sampai di suatu tempat.

"Tempat pertama kali gue nemuin lo disini dengan kondisi yang ..."

"Menyedihkan. Haha" Resti melanjutkan diakhiri dengan tertawa sendu.

"Denger gue, lo harus bisa tetep jadi lo yang sekarang meskipun gaada gue lagi. Gaada Resti yang sedih, galau, pemarah, kabur-kaburan, gamau makan, sering masuk rumah sakit!" Raja seolah menasehati adiknya yang akan pergi kuliah di luar kota. Ia menggenggam tangan Resti sembari menatap ujung danau yang ada di depan mereka. Tapi Resti, seolah tak ada lagi kata yang bisa menjelaskan antara sedih dan deg-degan setiap kali tanganya di genggam oleh Raja.

"LO DENGER GUE GAK?" tiba- tiba suara Raja meninggi.

"Iya, gausah ngegas. Tapi gue ga janji."

"Gue pantau lo dari sana. Inget anak buah gue banyak!"

"Iya-iya bawel, kan kita mau seneng-seneng bukan malah lo ceramahin gini"

"Dasar ya ini anak kecil kalo di omongin ngelawan mulu" Ucap Raja sambil mengacak rambut Resti.

4 jam berlalu di danau tersebut. Mereka hanya duduk memandang danau dan bercanda. Bercerita hal-hal yang penting sampai yang tidak. Nyaman. Definisi yang Resti rasakan. Berdua bersama laki-laki yang selalu menjaganya sejak ia SMP. Tapi, besok ia akan menghilang. Segala macam ketakutan berkecamuk di hatinya. Jakarta-Jayapura itu tidak sedekat Jakarta-Bandung. Bagaimana kalua Raja menemukan adik kecil yang baru? Bagaimana kalo "mereka" berantem lagi sampAI Resti ingin menghilang dari bumi? Ah Raja, kenapa harus berjarak lagi?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ROTASI RODAWhere stories live. Discover now