Apriori

0.0

BAGIAN
0.0

▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔

Indikasi

Awal

▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁

⋆ s e l a r l e t w i t c h ⋆

"Anugerah." Aku menghela napas ringan setelah mendengar namaku disebut lagi untuk yang ke sekian kali. Terlalu sering, sampai saraf kagetku sudah hilang kayaknya.

Ini memang kandidatnya cuma aku? Kalau tahu begitu, harusnya tidak perlu diadakan pemungutan suara segala. Ujung-ujungnya juga aku lagi yang terpilih jadi preman kelas.

Selama tiga—ralat, selama aku mulai mengenal istilah bendahara, selama itu juga aku menduduki jabatan itu. Padahal aku juga ingin sesekali mencoba jabatan lain. Ketua kelas, misalnya.

Biar aku bisa mengudeta, hahaha.

"Jadi, Anu ya, bendaharanya." Aku mengangguk pasrah ketika ketua kelas berbicara. Mau bagaimana lagi? menolak pun percuma.

Ada alasan khusus kenapa aku dijadikan bendahara. Katanya selain perempuan—yang biasanya lebih amanah—aku juga bisa galak. Jadi kalau misalkan ada yang tidak tertib, tinggal sikat saja. Aku mantan anak pencak silat juga soalnya.

Keren ya aku?
Aku cinta diriku lebih dari diriku cinta diriku, pokoknya.

"Setiap hari aja ya kasnya. Biar nanti kalau aku pengen beli sesuatu, bisa pakai uang kas dulu," candaku yang langsung dibalas dengan desahan tidak ramah dari teman-teman.

"Yaudah, satu hari tapi dua puluh ribu langsung." Tidaklah, gila saja. Kas dua ribu saja kadang mereka nunggak, apalagi sepuluh kali lipatnya. Bisa-bisa aku di-BK betulan karena jadi the real preman kelas.

Setelah musyawarah untuk mufakat, akhirnya diputuskan kalau jadwal kas setiap hari Rabu, uangnya dua ribu.

Oke, kalau begitu, kita mulai ceritanya. Jangan terlalu tegang, karena tegang menyebabkan kemulasan. Jangan juga terlalu dipikirkan, nanti rambutmu bisa rontok.[]

▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔
Lots of heart from Anu💕