Chapter 8

1.9K 196 16
                                    


"Aku sudah menunggu moment ini sejak lama, Sakura-"

Suara bisikan lirih itu membuatku sadar dari penjelajahan ingatanku. Irisku bergerak panik menghindari tatapannya. Kenapa aku bisa melupakannya. Namanya Sasuke. Kenapa aku bisa tidak menyadari kemiripan itu.

"Kau pergi tanpa mendengarkan penjelasanku-"

Aku mengepalkan tanganku erat.

"Kau bahkan tidak mengingatku setelah pertemuan pertama kita-"

Aku kembali membalas tatapan tajam darinya. Untuk apa dia membahas ini lagi. Aku bahkan sudah melupakannya. Aku tidak mau mengingatnya lagi.

"Uchiha Group adalah bukti janjiku padamu. Jadi jangan membuatku menunggu lagi-"

"Aku rasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Uchiha-sama. Tidak ada masalah diantara kita. Jadi kau tidak perlu susah-susah menjelaskannya apalagi membuktikan sesuatu yang tidak penting!"

Aku melihat wajahnya mengeras saat aku memotong ucapannya. Atau mungkin ia tersinggung dengan ucapanku. Tapi aku tidak peduli. Bahkan jika aku akan dijebloskan ke penjarapun, aku tidak peduli. Menepis tangannya kasar, aku kemudian menjinjing gaunku dan melangkahkan kakiku hendak meninggalkan tempat ini.

Namun belum ada dua langkah, aku merasa tubuhku terhuyung ke belakang. Seseorang mencekal lenganku dan menarikku kasar. Aku menatap Sang Pelaku terkejut karena kekasarannya. Dan Sasuke adalah pelakunya.

Aku mengernyitkan alisku, takut akan aura dingin dan ekspresi marah yang kini ia tampilkan. Aku sudah tidak mempedulikan bisik-bisik yang semakin riuh di sekelilingku. Kini yang aku pikirkan adalah bagaimana lepas dari jerat pria yang mencekalku ini.

"Begitukah?"

Menelan ludah kasar aku mencoba mengendalikan ketakutanku kala emeraldku menangkap seringai tipis penuh ancaman di bibirnya.

"Baiklah. Aku tidak akan membahasnya lagi-"

Aku diam dan menatapnya waspada.

"Jadi sekarang apa jawaban janji pernikahanmu, Sakura?"

Aku mengerjab panik saat kemudian Sasuke memegang tengkukku dan memeluk erat pinggangku.

"Biar aku yang jawab-"

Aku memekik saat Sasuke menarik wajahku mendekat. Menatapku dalam-

"Ya, kau bersedia!"

-dan mencium bibirku.

Mataku membulat kaget dan spontan aku memberontak. Hiruk pikuk menghiasi sekeliling kami karena aksinya. Aku melihatnya melirik ke arah pendeta di samping kami dan di jawab dengan anggukan oleh sang pendeta. Dan apa yang kudengar selanjutnya membuat lututku lemas seketika.

"Di hadapan Tuhan, saya menyatakan kalian adalah suami isteri yang sah. Kalian bukan lagi dua, melainkan satu tubuh. Karena itu, apa yang dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia."

Aku berhenti memberontak dan menatap nanar pada Sasuke yang melirik padaku sambil melumat bibirku. Dan untuk pertama kalinya aku merasa tidak punya kekuatan untuk berjuang. Aku tidak mampu melawan. Perlahan mataku tertutup.

ShopaholicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang