P U I S I- 7

86 2 0
                                    

Pada sebuah prolog kita dikisahkan.
Dalam sebuah pertemuan yang tak berarti apa-apa.
Sang penulis begitu maha bercanda,
Tak ada yang menyangka bahwa ada sesuatu yang berarti itu akan tumbuh
Ku sebut saja, dia cinta
Selanjutnya ku cari maknanya pada KBBI
Suka sekali, sayang benar, kasih sekali,
Semua berdiksi "sekali atau sangat"
Ya, itu cinta.
Adalah suatu rasa yang sangat.
Bisa sangat membahagiakan, bisa sangat manyakitkan.
Dia lah, yang muncul ke permukaan saat kita tak bisa sama sekali berencana
Lalu diam-diam yang tumbuh itu semakin berkembang
Mencirikan dia adalah sesuatu yang hidup,
Pada Dialog, yang memerankan kita,
Tak ada percakapan yang istimewa
Dibagian orientasi kita memulai
Tak ada yang spesial layaknya martabak hanya dengan satu rasa,
Hanya sesuatu yang biasa,
Pada bagian komplikasi kita saling sadar,
Bahwa peran yang kita mainkan, saling berhubungan
Dalam hidupku, kamu pemeran utamaku begitupun sebaliknya,
Hanya saja kita masih menyimpannya,
Konflik batin tak bisa dikita hindari,
Antara ingin terus memendam atau mengutarakan,
Berada di dua pilihan yang membuat kita mengambil sebuah keputusan,
Tertuju pada jarak yang akhirnya membuat kita menjadi asing,
Ditengah rasa yang baru tumbuh, kita adalah dua orang yang seakan tak kenal,
Pada episode resolusi serta koda yang masih tersembunyi,
Aku ingin menulis surat kepada pemilik semesta,
Sebab ia lebih mengerti tentang apa yang aku butuhkan di kemudian,
Biar pada awal yang sebercanda itu,
Aku ingin~
Penyelesaian pada bagian konflik,
Pesan tersirat yang ingin disampaikan Sang Penulis,
Menjadi hukum inersia kehidupanku,cerita mu atau mungkin sebuah jurnal yang sebelumnya kau sebut ada-ada saja,
Dimana cerita yang berunsur aku dan kamu berbunyi :
"Memiliki kecederungan untuk mempertahnkan keadaannya, diam atau bergerak lurus pada arah yang sama."
Ku semogakan,
Dan kau meng-aminkannya.
-nuranzka
23.48
Sabtu. 23.03.'19

Ruang Kata 3 Where stories live. Discover now