Chapter IV : Petunjuk

24 2 2
                                    

Pada akhirnya...aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu, Wahai Sahabatku...

Semoga kelak engkau tidak akan membenci diriku karena dosa ini.

"Tuan Putri Annette! Kebijakan yang anda tunjukkan luar biasa! Saya benar-benar kagum!" ucap sang Menteri Perdagangan.

"Saya sangat mendukung kebijakan Anda, Tuan Putri Annette." sambut Menteri Pertanian.

"Tuan Putri Annette benar-benar melebihi harapan Yang Mulia Raja."

Puja-pujian para pejabat kerajaan terus keluar bak air mengalir. Mengingat kebijakan itu benar-benar mampu mengatasi permasalahan di beberapa sektor penting dalam kerajaan Rosales, membuat Tuan Putri Annette menjadi kunci emas untuk membuka gerbang kemakmuran kerajaan Rosales. Pejabat-pejabat kerajaan itu tidak lagi melihat Tuan Putri Annette sebagai anak ingusan yang berdarah bangsawan.

Barisan pejabat kerajaan yang sedari tadi berkumpul untuk mengucapkan kekaguman, akhirnya pergi untuk melanjutkan urusan mereka.

Setelah menyelesaikan urusan kerajaan, saatnya bagi Sang Putri untuk melanjutkan pencariannya. Sesaat ia hendak keluar dari istana, Sang Ayah datang menemuinya.

"Wahai Putri yang kucintai, bukankah engkau sudah lelah atas semua pekerjaan yang kau lakukan?" ucap sang Raja sembari berjalan mendekati sang Putri.

Tuan Putri Annette melakukan penghormatan dan menjawab pertanyaan itu.

"Wahai Ayahanda, terima kasih telah mengkhawatirkan Annette. Tapi saat ini Annette masih ada urusan pribadi yang harus Annette selesaikan. Annette pamit dahulu, Ayahanda." sembari melakukan penghormatan kembali, Annette meneruskan langkahnya keluar istana.

"Apakah engkau akan mencari hantu khayalan itu lagi, Annette?" singgung sang Raja.

Ucapan itu sempat menghentikan langkah putrinya sejenak. Namun Ia tidak berbalik dan terus melanjutkan langkah dan menaiki kereta kuda yang telah disiapkan oleh Lin.

Sementara sang Raja hanya bisa mengerutkan dahinya melihat sang Putri. Dosarta yang sedari tadi bersamanya, berusaha untuk menghibur sang Raja. Namun kekhawatiran sang Raja begitu besar dan membuat Dosarta harus bersabar dalam menjaga majikannya itu. Sang Raja terus berdiri sambil melihat kereta kuda yang dinaiki putrinya pergi. Matanya tidak melepaskan pandangannya sedetik pun. Setelah kereta kuda itu tak terlihat lagi, sang Raja pun kembali menuju ruang tahta bersama Dosarta yang menemaninya.

Sang Putri pun mulai cemberut. Lin hanya bisa mencoba untuk diam. Karena tidak semua permasalahan bisa diselesaikan bersama orang lain.

Perlahan wajah cemberut itu berubah menjadi senyuman manis. Sepasang mata indah beliau terpana pada pemandangan indah sore itu. Matahari terbenam dengan gugurnya dedaunan pohon yang berwarna kemerahan. Mega merah itu seolah membawa ketenangan bagi diri sang Putri. Lin yang duduk di samping beliau juga menikmati pemandangan yang sama. Lebih tepatnya, ia menikmati senyuman sang Putri melebihi pemandangan itu.

"Sebuah perubahan kecil akan membawa pada perubahan yang lebih besar. Bukankah begitu, Lin?" tanya sang Putri kepada pelayan pribadinya secara tiba-tiba.

"B-Benar sekali, Tuan Putri." jawab Lin.

"Kenapa kamu terkejut begitu, Lin?" sang Putri mengalihkan pandangannya secara penuh terhadap pelayan pribadinya itu sambil tersenyum.

"E- Bukan begitu, Tuan Putri. Hanya saja tadi saya kepikiran sesuatu hal." jawab Lin.

"Benarkah?"

"Ya. Saya kepikiran jika suatu hari nanti saya akan berpisah dengan Tuan Putri Annette... dan itu benar-benar membuat saya merasa sedih."

Mendengar jawaban pelayan pribadinya itu, Tuan Putri Annette menyentuh kedua pipi Lin dengan lembut. Dan menyandarkan dahinya ke dahi Lin.

Black Rose LegacyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang