"Apa yang engkau pikirkan, Nona Endels? Hal ini tidaklah menguntungkan siapa-siapa. Ini... akan merugikan dirimu sendiri."
Nona Endels berjalan mendekati lelaki yang memakai jirah besi. Menatap jauh ke dalam matanya.
"Diriku sudah hidup ratusan tahun lamanya. Namun semua itu terasa begitu hambar. Diriku ini hanya mengenal rak-rak buku dan tugas sebagai pengelola Inggrid. Tidak lebih daripada itu. Itu yang terus kujalani sampai sampai membuatku muak. Kau tahu? Saat itu tidak sampai 1 bulan diriku mengenal beliau, namun rasanya kehadiran beliau mampu mengisi kekosongan hidupku yang ratusan tahun lamanya. Membuatku ingin tetap hidup dan terus berada di sisinya. Namun lihatlah apa yang terjadi pada dirinya! Dia... Sahabatku... orang yang telah menjadikan setiap detikku begitu berharga! Orang yang mengajarkanku arti dari sebuah senyuman, keberanian, dan juga pengorbanan. Apa... aku tidak diperkenankan agar membantunya mendapatkan kebahagiannya kembali? Aku! Aku..." Endels mengucurkan air matanya.
Lelaki berjirah besi itu tidak bisa menyanggah ucapan Endels. Tampak juga di dalam matanya sebuah kesenduan yang hendak lelaki itu sembunyikan.
"Nona Endels... Jika engkau melakukan itu... artinya engkau akan mengkhianati titah penguasa negeri ini. Pengkhianatan ini meminta tebusan yang mahal, Nona Endels. Sebagai ksatria kerajaan, aku tidak bisa mengabaikan hal ini. Tapi aku juga adalah temanmu. Maka dari itu... Kumohon... hentikan niatmu ini, Endels." Lelaki itu pun berlutut di hadapan wanita itu.
Nona Endels menyapu dengan lembut air mata yang berlinang di mata lelaki itu.
"Ini adalah jalan yang ku pilih. Engkau tidak perlu bersedih, Gonzales."
~0~
Lin sudah berada di dalam kamar sang Putri sambil membawakan sarapan seperti biasanya, dan ia letakkan di atas meja. Ia berjalan mendekati pemilik kamar yang masih tertidur lelap. Lin tersenyum melihat wajah yang pulas itu. Tangannya membelai rambut yang berkilauan terkena sinar mentari. Saat alisnya mulai bergerak, Lin berhenti membelainya. Hari ini Lin tidak perlu membangunkan Tuan Putri sebagaimana biasanya. Karena hari ini adalah hari libur beliau. Lin menggeserkan sebuah kursi ke dekat jendela. Ia duduk dan mulai menikmati pemandangan. Sesekali ia melirik ke arah tempat tidur itu, menantikan wanita berambut keemasan terbangun dari tidur cantiknya.
Saat melihat majikannya membuka mata, Lin langsung mendekatinya. Dengan memberikan senyuman terbaiknya, Lin menyapa.
"Selamat pagi, Tuan Putri Annette."
Tuan Putri Annette mulai bangkit perlahan sambil menurunkan selimutnya.
"Selamat pagi, Lin," balas Annette dengan senyumannya.
Lin langsung memberikan segelas air putih kepada Tuan Putri. Beliau meminumnya dengan perlahan.Setelah habis, Annette memberikan gelasnya kembali.
"Lin... siapkan pakaianku."
"Baik, Tuan Putri. Kemana kita akan pergi hari ini?"
"Inggrid."
"Tuan Putri. Bagaimana dengan persiapan rapat besok? Saya khawatir Nyonya Dosarta tidak akan diam saja bila Tuan Putri tidak bisa tampil maksimal besok."
"Hmph! Lin mulai seperti nenek-nenek!" pipi Annette menggelembung seperti balon.
"Ehhh?! Ehh?!" Lin mulai panik sendiri.
Melihat reaksi Lin yang terkejut begitu, membuat Annette merasa tergelitik dan melepaskan tawa.
"Lin kamu lucu sekali~" ucapnya sembari mencubit kedua pipi pelayannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose Legacy
Fantasy[ Hiatus!] Perang besar telah berakhir. Kerajaan Rosales memperoleh kemenangan manis setelah berhasil membumihanguskan kerajaan musuh, Dosarta. Kini semua energi dari setiap elemen kerajaan difokuskan pada perbaikan dan kesejahteraan negeri. Terma...