Sebenarnya aku tidak ingin ikut, tapi orangtuaku telah mendaftarkanku untuk ikut perkemahan musim panas ini. "Jangan malas-malasan terus," kata mereka. Ini kan liburan musim panas, tentu saja aku akan tidur seharian penuh.
Kemarin aku harus mencari-cari letak kabinku kemudian berebut tempat tidur dengan teman sekabin. Di hari kedua ini kami sudah harus berkumpul pagi-pagi buta untuk kegiatan hari ini.
"Pagi semuanya! Hari ini kita akan olahraga, yaitu dengan bermain tangkap bendera. Kalian akan di bagi tim, setelah itu kalian harus mencari bendera milik tim lawan. Oke?"Beberapa anak dengan antusias menjawab, tapi jumlahnya lebih sedikit dari yang ketiduran atau hanya diam. Setelah respon tersebut, Pemandu Perkemahan membagi kami ke dalam dua tim. Aku dimasukkan ke tim biru. Kalau dilihat-lihat tim ku banyak yang ceking dan pendek, sama sepertiku sih. Sudah terjamin kita akan kalah. Walaupun kondisi tim merah juga sama, tapi mereka terlihat lebih semangat.
Pemandu Perkemahan membimbing kami ke dua sisi hutan yang berhadapan. Kemudian terdengar suara bel dan pemainan pun dimulai.
Aku baru sadar bahwa Pemandu Perkemahan yang tadi membimbing kami ke sini sudah tidak terlihat.Seseorang menepuk pundakku.
"Kenalin, Aya."
Rambutnya yang di ikat dalam bentuk frenchbraid lah yang membuatku mengenalinya. Aku ingat melihatnya di kabinku.
"Lara," balasku singkat.
Kami berdua kemudian bergabung dengan yang lain saat seseorang berpakaian ala robin hood keluar dari balik pepohonan.
"Ayo cepat! Ikuti aku ke tempat persenjataan, kita tidak punya banyak waktu sebelum Klan Aka menyerang!" Dia kemudian segera berbalik dan siap untuk jalan, para pekemah memutuskan untuk mengikutinya.
Kami semua mengira bahwa ini cuman siasat Pemandu Pekemah agar kami mulai bermain, tenyata kami salah.
Di depan kami terdapat meja dengan pedang-pedang, busur, panahan, botol-botol aneh, dan juga senjata lainnya yang membuatku bingung. Apa kita seriusan akan menggunakan senjata asli?"Maksudnya apaan nih?" Tanya seorang laki-laki dengan rambut ikal.
Robin hood itu tersenyum kemudian menjawab. "Persenjataan tentu saja. Masing-masing dari kalian harus memilih satu senjata. Aku harap senjatanya cukup, aku hanya berhasil membawa 15.""Kedengarannya menyenangkan." Aya maju dan memilih kapak. Tiba-tiba dia sudah dalam pakaian tempur yang terlihat kebesaran walau sebenarnya muat. "Keren," kata cowok rambut ikal yang tadi. Kami semua segera memilih senjata masing-masing.
• ◇ •
Aku masih tidak percaya bahwa kami akan benar-benar perang. Sejauh ini semua terasa serius namun penuh keanehan.
Aku tadi memilih busur, kemudian tiba-tiba aku sudah menggunakan baju tempur. Aku tak mengerti sihir macam apa tadi, tapi kami semua menerimanya begitu saja. Kami menyisakan 3 senjata, berarti jumlah kami hanya 12. Aku harap tim merah-Klan Aka jumlahnya tidak lebih dari itu.
Kami sekarang berada di dalam hutan dengan pohon-pohon yang lebih tinggi dan lebih lebat dari hutan sebelumnya. Aku masuk ke grup penyerang bersama Aya dan si rambut ikal. Kami bertiga menyerang dari sisi kanan. Grup penyerang lain menyerang sisi kiri dan tengah, sisanya menjaga bendera.
Rambut Ikal memberi tanda untuk berhenti. "Ada apa?" tanya Aya. "Lihat di depan." Dia memberi gestur ke arah yang dimaksud. Terdapat 2 orang yang berjaga, untungnya mereka tidak sadar akan kehadiran kami.
"Siap-siap."
Aku memasang anak panah, kemudian membidik. Semoga saja aku tidak membunuh siapapun hari ini. Kutembak ke salah satu baju tempur penjaga itu. Anehnya bidikanku pas, padahal aku tidak pernah menyentuh busur sebelumnya.
Saat panah tersebut menyentuh baju tempur penjaga 1, panah itu berubah menjadi cat warna biru yang tidak bisa hilang. Kemudian penjaga 1 menghilang begitu saja. Apa situasi bisa jadi lebih aneh?
Kami menerjang penjaga 2, Rambut Ikal berhasil merusak baju tempur penjaga 2, meninggalkan cat biru, kemudian dia juga menghilang.
"Bidikanmu bagus Lara," kata Rambut Ikal.
"Kau juga, Rambut Ikal."
"Nama aku Rayyan," dia memprotes.
"Oh."
"Dengan dua Y," lanjutnya tapi aku hanya diam.
Kami sekarang sudah di daerah Klan Aka, kami jadi lebih waspada. Rayyan menghentikan pergerakan kami lagi. Salah satu dari tim penyerang kami sedang di kepung.
"Silakan mbak Lara," Rayyan menyuruhku mendekat sambil membidik, tapi Aya berlari untuk menyerang. Aku membatalkan bidikan.
Aya menyabet baju tempur musuh, tapi sayangnya berhasil di tangkis. Pertempuran kecil pun pecah. Aku menyusul, kemudian Rayyan.
Saat sampai arena pertempuran, salah satu dari Klan kami, Klan Ao terlumpuhkan. Cat merah berlumur di baju tempurnya, kemudian dia menghilang. Aku kira kami akan menang, sayangnya aku salah. Kini tersisa Aku, Aya, dan Rayyan. Kami hanya berhasil melumpuhkan 2 orang.
"Kasih tahu dimana bendera kalian!" pinta musuh.
"Kasih tau dulu yang kalian, baru ku beritahu," jawabku.
Pada Akhirnya Klan Aka tidak perlu memberitahu kami lokasi bendera mereka karena seseorang berteriak "Benderanya disini!"
Ujung-ujungnya kami jadi lari dan mengikuti suara itu tanpa mempedulikan musuh yang tadi. Aku berhasil melihatnya, kami berlari sekuat tenaga tapi seseorang menghalangi jalan kami.
"Kalian tidak akan bisa lewat," dia tersenyum dan menyerang.
Aku ingat melihatnya pagi ini. Tidak r
pernah terpikir olehku bahwa dia ternyata kuat. Aku menembak secepat mungkin tapi dia berhasil menghindar. Aya jatuh saat menghindar dari pedang penyerang.Rayyan memutuskan untuk mendorongku sampai jatuh. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tapi aku bersumpah sehabis permainan ini dia akan menyesal pernah mendorongku.
"Kalian ambil bendera! Biar aku yang ulur waktu." Dia kembali fokus pada musuhnya.
Ini cowok sok jadi pahlawan, tapi dia benar. Kalau ingin menang, salah satu dari kami harus cepat-cepat mengambil bendera sebelum kami di kepung.
"Ayo!"
Aya bangkit dan berlari menjuju bendera dengan kaki yang agak pincang. Aku mengikutinya. Kami berlari dan mulai memanjat batu. Benderanya terletak diatas tumpukan batu setinggi 4 meter. Aku hampir terjatuh saat Aya berhasil memegang tanganku.
"Hati-hati," katanya.
Kami akhirnya sampai di puncak, Aya berlari menuju bendera, Aku melihat ke bawah untuk memastikan keadaan Rayyan.Dia sudah tidak terlihat yang berarti dia sudah kalah. Kami harus bergegas. Aku dan Aya berhadapan, kemudian kami mengangkat bendera bersama.
Senjata dan baju tempur kami menghilang, Rayyan kembali muncul. Pohon-pohon tiba-tiba terasa lebih pendek dan tak selebat sebelumnya, tapi aku dan Aya masih berdiri diatas batu-tebing. Kami turun dengan hati-hati.Semua orang berkumpul, Robin Hood sudah tidak terlihat, tapi Pemandu Perkemahan sudah kembali.
"Tangkap bendera hari ini dimenangkan oleh Tim Biru! Selamat kepada Aya dan Lara karena sudah berhasil mendapatkan bendera.Kami tersenyum, mengembalikan bendera pada pemandu, kemudian bergabung dengan yang lain.
Rayyan melambai, kami mendekatinya.
"Kau hebat dan bodoh dalam waktu yang bersamaan," kata Aya.Aku mendorong Rayyan sampai jatuh. "RASAIN TUH RASANYA DIDORONG GIMANA." Rayyan jengkel, kemudian dia tersenyum. "Yaa deh, gak akan dorong Lara lagi."
"Ayo semuanya, waktunya makan siang!" Terdengar sorakan dari pekemah. Akhirnya kami akan makan, aku sudah lapar. Kami bertiga berjalan menuju ruang makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
titik berdebu
Short StoryTumpukan arsip yang ku tulis, yang selesai maupun yang terabaikan. cerita dan puisi yang terngiang terus, jadi ku tulis saja, daripada hilang terlantar di lautan pikiran.