Semua puisi lama yang pernah ku tulis, keberadaan mereka adalah salah dirimu, dan aku menyesal telah membiarkan emosi mengambil pikiranku. Mereka merengek, menginginkan badai darimu untuk cepat usai, namun dengan tiupan angin kecil pun aku tetap terbawa. Rasa yang kau berikan adalah keindahan yang takku syukuri, karena itu semua hanya tipuan belaka. Aku menyalahkan dirimu karena telah menghabiskan pulpenku, karena jika kita tak pernah bertemu, aku tidak akan perlu pulpen baru yang saat digunakan rasanya tidak sama.
Kau sendiri masih tidak tahu akan puisi-puisi lama yang pernah aku tulis itu, kau bahkan tidak tahu aku suka menulis dan apapun yang aku tulis tertuju untuk mu. Ada kotak isinya berbagai surat yang tak pernah ku kirim, alamat yang tertera adalah alamat mu yang kutemukan saat iseng membuka dompetmu.
Ada alasan mengapa aku tidak pernah mengirimnya. Kau sudah menerima cukup banyak surat dari penulis lainnya, mereka dengan kalimat dan kata kata yang lebih dalam dan puitis dibanding dengan yang ku kenali. Alasan lainnya adalah aku merasa cukup dengan dapat bertukar pikir denganmu, walau hanya sebatas saling mengenal.
Terkadang aku mendengar permohonan dari puisi-puisiku, mereka menuntut untuk dibacakan dengan lantang di depan mu. Aku harus meminta maaf pada mereka, aku tak punya keberanian untuk melakukannya. Terkadang juga imajinasiku jahil, melontarkan berbagai sugesti yang tak benar adanya, untung saja aku bukan idealis, kalau tidak mungkin kapalku sudah pecah.
Alasan terakhir ialah kehilangan. Sebelum dirimu, aku sudah pernah merasakan badai yang lebih tenang, dan dengan adanya badai itu, ku taklukan dengan sepatah kata yang membawa hasil nihil, melainkan hanya hilangnya kedua badai dan pelangi di saat bersamaan. Itu juga menjadi alasan mengapa aku sekarang memilih tulis dibanding kata, dari pelajaran lama yang meninggalkan bekas. Dengan ini tak ada yang perlu pergi, tak ada yang harus hilang.
Jika kau bertanya apa maksud dari semua ini, ini mungkin salah satu suratku yang tak akan pernah sampai tujuannya. Yang akan selalu tersimpan dan lama-lama akan terlupakan, dan saat aku lupa akan surat ini, itu tandanya aku sudah melupakanmu, dan badai yang kau sebabkan telah ku lewati, dan mungkin disanalah aku melihat cahaya baru.
Tapi tenang, walau suatu nanti ku akan lupa, bukan berarti kau hilang. Bukankah aku sudah bilang bahwa kau penyebab dari puisi-puisi lama ku?
Selama aku tetap menulis, bekas mu akan menetap.
Salam dari aku yang sempat lupa, untuk dirimu yang kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
titik berdebu
Short StoryTumpukan arsip yang ku tulis, yang selesai maupun yang terabaikan. cerita dan puisi yang terngiang terus, jadi ku tulis saja, daripada hilang terlantar di lautan pikiran.