2

52 4 2
                                    

Sekarang jam istirahat sekolah. Tapi, tumben kantin agak sepi. Kenapa? Karena semua murid sedang berkumpul dengan para penjaga dan rata-rata semuanya perempuan
"Genit bet dah cewek cewek pada. Tau orang lagi kerja juga" geruruku dengan suara pelan
"Kepada semua murid, diharapkan untuk tidak menggangu penjaga sekolah karena mereka sedang bekerja. Jadi, mohon untuk tidak menggangu." itu sangat jelas suara pak Zidane. Kepala Sekolah kami. Mendengar suara pak Zidane semua murid langsung berhamburan meninggalkan para penjaga
Bel sudah bunyi semua murid masuk kekelas masing masing, begitupun aku dan Nikki. Kami semua langsung duduk dan menunggu pak Tejo, guru Bahasa Indonesia. Nama aslinya sih Teguh Budiharjo dan disingkat menjadi Tejo.
"Permisi, mana yang bernama Anya Carlyn Seistova" terdengar suara memanggilku, tapi itu bukanlah suara pak Tejo melinkan suara salah satu penjaga yang rambutnya diikat sepinggang. Ya, dia adalah Nazo. Tapi, mengapa ia mencariku
"Saya." aku mengangkat tangan dan semua orang memperhatikanku seperti melihat setan.
"Kau dipanggil Kepala Sekolah." katanya
"Ba....Baiklah." aku langsung berjalan kearah pintu dan Nazo mengawalku didepan.
"Jadi, kau Carlyn yaa?" tanyanya sambil terus berjalan
"Iya." jawabku dan terus mengikuti langkahnya yang cepat
"Sangat mirip." katanya. Tapi, mirip dengan siapa. Baru saja pertanyaan itu ingin kulontarkan kita sudah sampai di depan pintu ruang Kepala Sekolah dan Nazo mengetuk pintu.
"Masuk!" seru seseotang dari dalam. Nazo membuka pintu dan sudah ada pak Zidane dengan keempat penjaga sekolah. Bisa dibilang ini adalah perkumpulan cogan karena sebelum para penjaga, pak Zidane yang paling tampan di sekolah dengan rambut pirang kerimting gantung sebahunya yang mengkilap
"Sudah lama tidak berjumpa" kata Malvin, salah satu penjaga berkacamata.
"Hey, Malvin. Dia bukan Ratu Zava." cerocos Zhao
"Maksudnya?.... Kitakan baru ketemu kemarin?" tanyaku penuh penasaran. Semua terdiam dan rasanya sangat canggung
"Carlyn. Apa kau pernah meras ada yang janggal atau aneh selama ini?" tanya pak Zidane tiba-tiba
Janggal kayak gimana?
"Tidak pernah, pak" jawabku
Saat emosi mu sangat memengaruhimu. Misalnya, saat kamu terlalu marah, senang, sedih?" tanya pak Zidane agak ragu
"Saya bisa mengontrol emosi saya. Jadi, saya tidak pernah merasa terlalu marah, senang, atau sedih yang berlebihan" jawabku kembali
"Baiklah, kau boleh kembali kekelasmu." aku mengangguk dan langsung berbalik.
Aku diantar lagi oleh pak Nazo kembali kekelas dan saat sampai, pak Tejo sudah ada dikelas. Aku langsung duduk di bangkuku
"Carlyn!! Kamu beruntung banget sih. Udah diantar jemput ama cogan ke ruangan pak Zidane yang gantengya itu omaygat banget!" seru Nikki saat aku duduk di bangku ku
"Tapi, kayak ada yang aneh deh sama pak Zidane sama penjaga Nazo juga."
"Aneh gimana, Car?" tanya Nikki
"Tadi pas dijalan pak Nazo bilang kalo aku itu mirip banget. Tapi gak tau mirip siapa? Abis itu pak Malvin bilang aku itu bukan Ratu Zava. Terus pak Zidane nanyain aku klo aku terlalu marah atau seneng tuh ada yang aneh gak.terus aku langsung disuruh kembali kekelas." jawabku dengan nada agak bingung dan penasaran.
"Mungkin pak Zidane nanya kayak gitu karna takut kamu itu orgil yang mukanya mirip kayak kamu. Terus, namanya Ratu Zava." kata Nikki sambil cekikikkan. Aku memukul bahu Nikki.
"AHHWWW!"
"Hey...hey... Dengarkan pak. Jangan ngote aja kerjanya" pak Tejo menegurku dan Nikki karena tadi Nikki sempat berteriak pelan
♐♐♐
Sekarang sudah jam pulang. Aku menunggu jemputan didepan pintu gerbang sekolah. Gak tau kenapa? Tapi, tumben Bunda lama jemput. Kalo mau nebeng sama Nikki, dia udah pulang. Yaudah, aku nunggu aja.
"Carlyn!" seseorang memanggilku di belakang. Saat aku menghadap kebelakang ternyata itu pak Zidane yang akan pergi ke mobilnya
"Iya, pak."
"Kamu nunggu jemputan, yaa?" tanya pak Zidane. Tak biasanya pak Zidane bertanya seperti itu pada murid-murid
"I....iya, pak. Ada apa?" tanyaku yang sedikit ragu
"Biar bapak saja yang mengantar kamu pulang."
Wat de hek. Tumben pak ngajak pulang bareng.
"Gak usah pak, nanti saya ngerepotin bapak. Mending saya nunggu jemputan aja"
"Udah gak papa. Disini juga uda sepi guru guru juga udah pulang. Saya juga ingin membicarakan sesuatu sama kamu. Mending saya antar kamu" kata pak Zidane. Belum sempat menjawab pak Zidane sudah menarik tanganku dan masuk kedalam mobilnya. Didalam mobilnya aku dannpak Zidane duduk dibelakang sedangkan yang menyetir adalah pak Zhao dan disebelahnya ada pak Malvin. Mobil pak Zidane, bisa dikatakan mobil mewah dan canggih. Pintunya dapat terbuka secara otomatis hanya dengan mengatakan "buka" dan sebaliknya, saat mengatakan "tutup" pintu dapat tertutup sendiri. Jika tak ingin menggunakan suara, bisa dibuka dengan manual.
Sebenarnya apa yang ingin pak Zidane bicarakan? Aku masih menimbang nimbang apakah akn bertanya atau tidak. Tapi akhirnya aku putuskan untuk bertanya
"Pak. Ap....." pertanyaanku terpotong
"Apa yang ingin kukatakan?" kata pak Zidane. Tapi mengapa dia bisa tau apa yang ingin aku tanyakan?
"I.....iya, pak" jawabku gugup
Pria tampan itu mengambil sebuah kotak mewah berwarna hitam yang memiliki hiasan bunga mawar merah diatasnya dan pita berwarna merah. Pria itu langsung memberikan kotak tersebut kepadaku.
"Apa ini, pak?"
"Jangan buka disini, buka saja nanti dirumah"
"Tapi....kenapa?"
"Nanti kamu juga tau." masih banyak pertanyaan yang melintas di benakku...
"Pak..." perkataanku terpotong
"Kita sudah sampai." pak Zidane menegurku. Tak terasa kalau aku sudah sampai dirumah
"Terima kasih, pak." aku langsung menyalami pria itu dan langsung turun dari mobil.
"Assalam mu'alaikum.... Bunda" tak ada jawaban dari siapa pun
"Teh Yati!!"
"Iya, den. Maaf Teteh gak denger. Lagi jemur dielakang soalnya, non. Eh... Itu teh kotak apa, non" kata Teh Yati dengan logat sundanya yang kental
"Eh.... Ini teh dari Nikki. Teteh tau kan Nikki itu orangnya perhatian" kataku sambil tersenyum ke Teh Yati
"Oh ya, non. Nyonya tadi pergi ke Surabaya, nenek sakit katanya, makanya gak bisa jemput non. Tadi siapa yang yang ngantar, non?"ucap Teh Yati
"Eh...eeee.... Si Nikki , teh" kataku dengan keringat dingin yang keluar dibadanku
"Oh..... Gak papa yang penting kamu teh udah pulang"
Maafin aku Teh, harus bohong sama Teteh.
Aku lngsung berjalan menaiki tangga menuju kamarku. Ada rasa penyesalan pada diriku karena harus berbohong sama Teteh. Sampai dikamar aku langsung mengganti bajuki dengan celana diatas lutut dan baju kaos putih. Aku sangat oenasaran dengan kotak yang diberika pria Tampan itu tadi.
Akupun membuka kotak tersebut. Sebelum membukanya, aku sempat berpikir ini adalah nilai nilai ulangan yang suka lupa aku bawa pulang. Tapi, ternyata oh ternyata, itu adalah sebuah liontin yang berbentuk seperti telur dengan permata berwarna ungu berbentuk seperti telur. Dibawah liontin itu ada sebuah buku yang begitu besar dan tebal. Tapi, buku itu terkunci dengan gembok berlapis emas dan permata yang berbentuk sama seperti liontin tersebut. Aku mengambil buku itu dan terdapat kertas dibawahnya. Tulisannya belum pernah kulihat sebelumnya. Tapi secar langsung aku mengerti apa yang ditulis dikertas itu
Hanya renkarnasi langsung Sang Ratu yang dapat membuka buku itu. Aku berharap Sang Renkarnasi atau Sang Ratu selanjutnya mendapatkan buku ini.
Apa yang dimaksud dengan ini. Aku harus menanyakannya pada Kepala Sekolah. Aku masih bingung mengapa pak Zidane memberikanku ini. Aku harus bertanya besok.
♐♐♐





Jangan lupa vote, like, comment, and share cerita ini.


Tunggu kelanjutan ceritanya...






Element KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang