6

46 1 0
                                    

              Aku membuka mata dan sudah berada ditempak yang empuk sekarang, bukan batu yang amat keras. Tunggu! Aku ada di atas kasur. Didalam kamar. Ada seorang wanita yang memakai  jas putih memakai kacamata dengan rambut kuning pirang. Terlihat seperti dokter
             "Kau sudah bangun?" wanita itu bertanya kapadaku. Aku mengangguk dan berusaha untuk duduk, tapi wanita itu menjegahku
             "Tunggu, jangan dulu. Kekuatanmu belum pulih. Jadi beristirahatlah dulu sebentar, itu perintak Bos." kata wanita itu seraya mencegahku duduk.aku hanya terdiam
             "Dimana tasku?" aku bertanya. Wanita itu berdiri dan mengambil sebuah tas diatas kursi dan memberikannya kepadaku.
             "Kau siapa?" tanyaku pada wanita itu.
             "Namaku Dokter Ari. Aku yang selama ini menjaga pulau selama bertahun-tahun." jawab wamita tersebut.
             "Terus, mengapa aku ada disini? Bukankah tadi aku ada di air terjun?" kataku.
             "Kau tadi pingsan."
             "Pingsan? Memangnya apa yang terjadi?"
             "Saat kau melakukan meditasi untuk membuka kekuatanmu kau menjadi tidak terkendali, air terjun bahkan sampai menggelombang, tanah bergetar, angin sangat kencang, bahkan ada petir yang menghantam, api keluar dari tubuhmu. Untung saja Zidane dapat menolongmu. Jika tidak, setengah pulau ini mungkin bisa hancur lebur. Kau pingsan dan suhu tubuhmu sangat panas hampir 70 derajat. Aku bahkan tak menyangka kau bisa melakukan hal itu." jawabnya dengan muka sedikit khawatir.
               Aku kaget. Apakah benar karena hanya dengan melakukan meditasi, aku dapat menghanjurkan setengah pulau yang cukup besar ini.
              Ada suara ketukan pintu. Pintu itu dan terbuka ternyata itu pak Zidane.
             "Apa kau sudah membaik?" kata pria itu seraya berjalan kearahku. Aku terus mengangguk.
             "Bagaimana Ari, apa semuanya sudah kembali normal?" tanya pria Tampan itu. Wanita itu mengangguk.
             "Aku tak menyangka belum sampai 1 jam melakukan meditasi, kau bisa melakukan hal sebesar itu.  Rasa kau akan menjadi lebih kuat daripada Ratu sebelumnya. Kau bahkan sudah memiliki titik tersebut." ujar Zhao
            "Titik apa?" tanyaku. Zhao menunjuk dahinya sambil menatap kearahku. Aku memegang dahiku dan seperti ada sesuatu di dahiku, sesuatu yang amat keras. Aku mengambil ponsel untuk bercermin. Dan, ya. Ada sesuatu di dahiku. Itu bukanlah jerawat, denjolan atau apapun sebagainya, melainkan titik yang berbentuk layang-layang kecil berwarna ungu mengkilap seperti permata. Itu memang sebuah permata.
            Aku masih menatap wajahku dilayar HP. Aku masih tak percaya. Apa ini? Bagaimana kalau bunda ngeliat bisa berabe aku.
           "Jangan terkejut. Itu adalah titik yang sama dimiliki Ratu." kata Dokter Ari sambil memperbaiki kacamata nya.
           "Bukan masalah itu. Aku takut akan ketahuan oleh orang lain, apalagi bunda." katku dengan nada dan wajah cemas.
           "Tidak apa. Aku akan membuat cream yang dapat menyamarkan titik tersebut." kata Dokter.
           "Apakah bisa, Dok?"
           "Tentu saja. Jangan pernah meremehkanku."
           Aku tersenyum dan merasa lega. Setidaknya, dapat tersamarkan agar orang lain tidak curiga.

                                                  ♐♐♐
    
            Kita memulai latihan lagi. Kali ini bukan diair terjun melainkan dipinggir pantai, diajarkan oleh Malvin tapi tetap diawasi oleh yanga lain. Malvin menyuruhku membiarkan emosiku mengalir seperti air dan meghempaskan emosi melalui tangan sehingga dapat mengendalikan air.
            Malvin melakukannya dengan sangat mudah. Ia mengangkat air tanpa menyantuhnya. Ia hanya mengulutkan yangannya dan membentuknya sesuai keinginannya. Sangat mengagumkan
            Sekarang giliranku. Aku mencoba semua yang telah Malvin ajarkan. Aku mencoba membuat emosiku mengalir bagaikan air, mengatur napasku, dan mencoba berkonsentrasi.
Air mulai sedikit bergerak, beberapa tetes air mulai terangkat hingga akhirnya segenggam air terangkat. Semakin banyak air terangkat dan mungkin sudah hampir setengah ember. Aku mencoba untuk membentuknya menjadi sesuatu. Cukup rumit memang, tapi aku harus berusaha. Air sepertinya sudaah dua ember terangkat aku akan membentuknya seperti gambar hati  dengan hiasan hiasan menarik dipinggir-pinggir nya. Tak kusangka, air itu berhasil sesuai bayanganku. Aku menatap ke arah Malvin, pria itu tersenyum. Aku segera mengembalikan air itu ke lautan.
              "Untuk seorang gadis remaja seumuranmu, kau lumayan." kata pria itu sambil membuat senyuman di wajahnya yang membuat ia menjad semakin tampan.
              Pipiku memerah dan mungkin Malvin melihatnya. Aku dengan cepat semakin gkan wajahku. Ya ampun wajahnya sangat manis.
                                                   ♐♐♐
 
              Sekarang pukul 6 sore, aku sudah mandi dan sekarang badanku terasa segar karena tadi aku cukup lama berlatih dengan Malvin.
              Dokter Ari, menyruhku segera turun untuk makan malam setelah itu melanjutkan latihan fisik.
              Tak kusangka, aku akan mengira akan makan makanan biasa tapi yang tersedia adalah makanan mewah. Meja dengan panjang tiga meter dan lebar dua meter Setiap orang mendapat steak daging dengan taburan daun mint diatasnya ada juga saus steak yang aromanya sangat nikmat. Ayam kalkun yang sangat besar berada ditengah tengah meja makan. Pasta yang cukup banyak berada disampingnya dan makanan parancis lainnya. Hari ini adalah pesta makanan mewah pertamaku
                                                 ♐♐♐

              "Carlyn. Apa kau siap." tanya Nazo kepadaku. Ia juga yang mengajarkanku latihan fisik hari ini. Setelah makan tadi aku langsung pergi keruangan latihan. Latihannya bisa dibilang seperti campuran antara karate, taekwondo, silat, dan wushu. Gerakan tersebut digabungkan oleh Nazo. Gerakannya sangat bagus dan cepat. Aku menganga melihat nya.
             "Bagaimana kau sudah melihat nya? Coba kau peragakan sekarang." kata-kata Nazo membuat ku terbangun dari lamunan.
             "Ba....baiklah." aku mencoba mengatur napasku dan mengingat-ingat gerakan yang dilakukan oleh Nazo tadi. Aku melakukan gerakan tersebut, walaupu tidak secepat Nazo tadi mungkin aku sudah sedikit lumayan
             "Tunggu! Berhenti. Kau salah melakukannya. Seharusnya kakimu membuat kuda-kuda yang sedikit lebar dan tanganmu harus bisa lurus dan genggamanmu harus rata." kata pria utu saat aku melakukan gerakan kuda-kuda dengan tangan yang dikepalkan ke depan.
             Pria itu memegang tanganku agar bisa memperbaiki gerakan yang kubuat. Pria itu sangat dekat denganku sehingga aku tidak terlalu fokus kepada latihanku dan terus memandangnya. Walaupun umurnya sudah sangat tua bisa dibilang hampir 1000 tahun, ia terllihat seperti anak bujangan yang sedang kuliah.
            "Hei, apa kau mendengarku? Jangan terlalu memperhatikan wajahku yang Tampan ini. Nanti kau jatuh cinta kepadaku." kata Nazo sambil membuat huruf L dijarinya dan menaruhnya dibawah dagunya.
             "Ya ampun. Idih. Kamu ge-er sekali. Siapa juga yang memperhatikanmu, orang lagi denger penjelasan juga." kataku. Wajahku memanas dan mungkin merah sekarang. Ya ampun, kenapa juga aku harus menatapnya.
            "Udah deh, gak usah menyangkal. Dari tadi juga aku perhatiin kamu memperhatikanku terus. Aku tau aku tampan jadi jamgan memperhatikanku terus nanti kamu mimisan." katanya sambil tertawa kecil.
            "Oh jadi tadi kamu perhatiin aku yang lagi memperhatikanmu. Jadi, nisa dibilang kamu juga memperhatikan wajahku yang cantik ini." kataku sembil sedikit cengir.
             "Ha ha... Kamu kan emang cantik." wajahku memerah. Padahal tadi aku lagi bercanda saja tapi dia mengatakna bahwa aku itu..... Cantik.
             "Tapi.....boong." ketawanya meledak. Wajahku memerah karena malu. Ya ampun, aku sangat jengkel dengan anak orang satu ini. Aku mengepalkan tanganku dan langsung memberikan tinjuku kepadanya.
             BUM!!!! Suara itu berasal dari Nazo yang terbanting hingga ke tembok ruangan.
             "Makanya jangan bercanda!" teriakku
             BUKK!!
             "Aahh, hei untuk pemula sepertimu kau sangat kuat. Ouch."
            Tanpa kusadari aku telah meninju Nazo dengan sangat keras. Aku berlari ke arah Nazo untuk memastikannya baik-baik saja.
           "Nazo, apa kau tidak apa-apa?" tanyaku
           "Jangan terlalu perhatian, nanti bisa-bisa kau jadi terpesona dan jatuh cinta padaku." katanya sambil cengar-cengir.
           "Mau kutinju lagi. Dasar!" aku merasa jengkel dan yang tadinya merasa ingin menolongnya jadi tidak ingin, ya udah aku kembali saja kekamar.
           "Hei, kau belum selesai berlatih!" teriaknya
           "Aku tidak mau berlatih denganmu!" aku kembali teriak kepadanya.
           "Ah, dasar!"

                                                 ♐♐♐

     
    
          








Element KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang