Part 1

42 8 1
                                    

"Jangan bergerak!"

"Cepat tangkap mereka!"

Polisi pun membawa mereka berdua ke kantor polisi. Sementara gadis tadi dia mendapat ocehan dari pemilik cafe dan gadis itu dipecat.

"Bukan aku yang salah, tapi kenapa aku dipecat, Ya Allah tabahkanlah hati hambamu ini."

Melihat barang yang berantakan di cafe. Gadis itu teringat dua pria yang berkelahi tadi. Hati nuraninya pun bergerak mengajak dia untuk menemui pria itu di kantor polisi.

"Tapi pertengkaran tadi salahku. Jadi aku harus menyusulnya ke kantor polisi, dan aku harus menjelaskan semuanya."

***

"Pak tolong lepaskan mereka, mereka tidak bersalah, ini semua salah saya."

Dua pria tadi menoleh kebelakang dengan wajah yang lebam dan ada darah di wajahnya.

"Anda siapa?" Seorang polisi yang sedang mengintrogasi dua pria tersebut melontarkan pertanyaan kepadaku.

"Saya Ayunindya Aara Khansa yang tadi menelepon ke kantor polisi."

"Maafkan mereka pak!" Aara meminta maaf ke polisi dan duduk disamping pria yang wajahnya lebam yang membelanya tadi di cafe.

"Tolong ceritakan kejadian tadi, pak polisi memintaku menjelaskan sedikit kejadian tadi.

***

Seorang gadis berjalan dengan membawa nampan berisi makan pesanan pelanggan, gadis itu berjalan menuju meja pelanggan yang memesan.

"Pelayan," seorang pelanggan memanggilnya, langkahnya pun terhenti. Dan gadis itu pun berbalik badan kearah pelanggan tadi.

"Iya bentar ya." Gadis itu pun berbalik badan lagi.

Pyar.

"Mata lo itu menghadap kemana sih?" Bentak laki-laki yang menabraknya.

"Lo yang salah, kenapa nyalahin gue."

"Lihat! Baju gue jadi kotor gara-gara lo."

"Lo yang nabrak sendiri, malah nyalahin hue, oeyyy punya otak nggak sih?"

"Minta maaf nggak lo!" Teriak seorang pemuda.

"Gue nggak salah, ngapain gue minta maaf ke lo," gadis yang dihadapannya enggan untuk meminta maaf kepadanya.

"Dasar cewek nggak tau diri."

Plaakkk

Gadis cantik yang dihapannya jatuh tersungkur ke lantai saking kerasnya tamparannya.

"Lo jangan main kasar dong sama cewek," seorang laki-laki asing mendekat dan mendorong tubuh pria yang telah menampar gadis tadi.

"Lo jangan ikut campur ya! Ini urusan gue sama dia nggak ada sangkut pautnya sama lo," pria yang didorongnya tadi pun mendorong balik.

Bugh

Dua pemuda tersebut berkelahi sampai darah mengalir dari wajah mereka. Dan perkelahian tersebut membuat pengunjung cafe panik. Cewek yang tadi tersungkur di lantai kini telah berdiri dan segera memanggil polisi karena tak ada yang bisa memisahkan dua insan yang sedang adu pukul itu.

***

"Intinya itu mereka berantem ya gara-gara saya pak."

"Baiklah. Soal adu pukul saya serahkan kepada mereka berdua, jika mereka mau memaafkan mereka tidak akan di tahan. Tapi mereka telah melakukan perusakan properti, jadi mereka harus membayar denda, jika si pemilik cafe menginginkannya."

"Yaudah ma'afin gue!" Pria yang membela Aara meminta maaf duluan.

"Iya gue juga minta maaf."

"Soal denda biar gue yang urus!" Aara menatap dua pria yang ada disampingnya.

***

"Soal yang tadi, gue minta maaf karena telah menampar lo."

"Iya nggak papa, gue juga minta maaf karena sudah ocehin lo,"Aara nyengir kuda.

"Gue juga minta maaf karena gue yang memulai perkelahian kita."

"Iya gue juga, BTW kenalin, gue Arka Argaputra, panggil aja Arka!"

"Kalau gue Muhammad Azka Haider, panggil aja Azka!"

"Wait wait kok nama panggilan kita sama, A semua," Aara menyimpulkan.

"Oh iya, hahaha. Jadi triple A dong ya?" Azka tertawa karena pemikiran itu.

"BTW umur kita sama nggak ya? Ucap bareng bareng! 1.. 2.. 3.." Pinta Aara.

"I7," mereka bertiga menjawab serentak.

Mereka tertawa bersama-sama sampai lupa akan waktu yang sudah mulai gelap gulita. Bulan dan bintang pun bercumbu mengiringi suasana malam yang sunyi.

"Tukar nomor hp dong!" Ucap Azka.

"Boleh-boleh," mereka pun bertukar nomor hp.

"Udah yuk, ayo kita pulang!" Ajak Aara.

"Ayo! Lagian ini sudah malam," ajak Azka.

TCS~

#TungguCeritaSelanjutnya!
#vote and comment.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang