Part 3

13 4 0
                                    

Mobil Aara, Azka, dan Arka terparkir dengan rapi di depan sebuah cafe. Suara canda tawa Aara, Arka, Azka, dan Syaqilah terdengar nyaring ditelinga pelanggan cafe. Sekian detik telah berlalu, mereka berempat tak mengeluarkan suara kebisingan apapun. Setelah Syakilah mendapat dan membaca WhatsApp dari seseorang.

"Sya, ada apa?" Tanya Aara panik karena melihat raut wajah Syaqilah yang awalnya ceria menjadi pucat pasi.

"Mama-" perkataan Syaqilah terhenti karena dia pingsan kelantai.

Arka spontan menolong dan menggendong Syakilah. Disisi lain, Azka menenangkan Aara yang menangis setelah membaca WhatsApp yang diterima Syaqilah.

***

Beberapa menit kemudian mereka berempat telah sampai di depan rumah Aara. Syaqilah yang sudah sadar langsung berlari dan memeluk jenazah Mamanya. Tangis tak terima menyelimuti kepergian Mama Syaqilah. Tapi, apalah daya mereka yang hanya seorang hamba dan semua yang bernyawa pasti akan mati.

"Aara, sini!" panggil Arka dari kejauhan. Aara yang dari tadi memeluk sahabatnya kini dia pamit sebentar menemui Aara.

"Ada apa?"

"Gua permisi mau pulang, karena Mamaku pulang. Dan Aku harus menjemputnya di Bandara."

"Iya, titip salam buat Mama Lo."

"Iya, tolong bilang ke Syakilah maaf dari Gue."

"Iya tenang, Ar."

"Oh iya, Azka mana?"

"Azka di dalam, lagi baca tahlil."

"Yaudah gue pulang ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

Detik selanjutnya Arka telah berlalu dengan mobil BMW warna birunya.

Tiga jam telah berlalu, suasana rumah Syaqilah yang awalnya ramai sekarang sepi. Dan sekarang keheningan datang menyelimuti hati Syaqilah.

"Sya, gue tadi lupa nggak bilang sama Lo. Arka minta maaf nggak bisa lama-lama disini karena ada suatu hal."

"Iya, nggak apa-apa. Kalian berdua pulang aja. Ini sudah malam."

"Nggak apa-apa kami disini aja temanin Lo, Sya."

Tok tok

"Assalamualaikum," terdengar suara dari balik pintu.

"Wa'alaikum salam," Aara membuka pintu. "Mama."

"Iya sayang. Syaqilah dimana?"

"Didalam, Ma."

"Tante," Syaqilah menangis dan langsung memeluk erat tubuh Indira, Mama Aara.

"Udah ya jangan nangis, dan tante minta maaf karena baru datang," Indira mengelus punggung Syaqilah.

Beberapa menit kemudian Aara dan Azka disuruh Indira pulang karena sudah malam.

"Mama disini dulu ya, sayang."

"Iya, Ma," Aara mencium punggung tangan Indira. Kemudian diikuti oleh Azka.

Disela perjalanan menuju ke mobil Azka bertanya sesuatu.

"Ra,dari tadi gue nggak lihat Papanya Syaqilah."

"Mau gue ceritain?" tanya Aara.

"Iya," Azka duduk di bumper mobilnya. Begitu juga dengan Aara.

"Dulu, waktu Syaqilah masih kecil dia ditinggal papanya. Waktu masuk SMA Syaqilah pernah mencari Papanya, dan kata orang Papanya sudah meninggal. Karena itu, Syaqilah hanya hidup berdua dengan Mamanya di rumah mewah hasil dari kerja keras Mamanya. Tapi sekarang, Syaqilah sendiri. Gue nggak tega lihatnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang