Embun pagi menusuk ke tulang yang membawa hawa dinginnya yang menembus lewat selimut yang mengelubungi tubuh ini.
Sekian lama hawa dinginnya menghilang dengan munculnya terik matahari yang bersinar yang mengelilingi dunia dengan sinarnya. Aku melangkah dengan linglung ke arah kamar mandi dengan kesadaran belum stabil. Aku menguyur tubuh ku dengan air yang meresep ke tubuh betapa dinginnya air yang dapat mengembalikan kesadaran ku. Selesai mandi, aku sudah rapi dengan baju kaos sederhana dipadukan dengan celana tranning juga tak lepas dengan sepatu olahraga. Secepatnya aku turun dari kamar ku untuk menyapa dunia ini betapa indahnya dunia yang membuat seseorang tak mengetahuinya. Betapa ruginya seseorang tak melihat betapa indah ciptaan Tuhan ini. Aku mulai menghirup udara segar seakan tak puas dengan harum aroma aku hirup sedalam dalamnya betapa segar udara. Aku berjalan di tepi trotoar terus berjalan mengikuti arah tujuan hari ini. Berjalan dengan kedamaian yang ingin aku rasakan begitu sejuknya dunia ini. Aku terus berlari kecil sambil mengikuti irama yang ada sambil sesekali mengiikuti irama. Mentari sudah menampakkan dirinya dengan malu malu, orang sudah rame dengan kesibukkanya masing masing. Peluh sudah bercucuran di badan ku, terasa segar dan ringan badan ini di bawa lari begitu dasyhat nya olahraga membuat tubuh ku lebih sehat. Aku asyiknya berlari tanpa tak sengaja aku menabrak orang.“Sorry, Sorry aku tak sengaja” pinta ku, tanpa aku melihatnya.
“oh tak apa, lain kali hati hati kalau lari!”.
Aku mengangguk kan kepala aku sambil ngeliat orang yang ku tabrak, ternyata seorang laki - laki yang cukup membiuskan para kaum wanita. Aku sampai kaget ngeliatnya. Dia malah liat aku balik aku malu dan secepatnya aku menundukkan mata ku kebawah.
“Sekali lagi aku minta maaf mas” kata ku sambil berlalu dengannya.
Aku melanjutkan rutinitas ku kembali berlari dengan hati hati jangan terulang kedua kalinya nabrak orang. Aku merasa haus dan berhenti di depan warung.
“Mbak beli minumnya satu!”
Lepas juga dahaga ku, aku tak sengaja lihat laki laki itu menuju ke arah ku seperti aku kenal orangnya. Jangan laki yang tadi ku tabrak dan semakin dekat laki itu ternyata benar dia yang ku tabrak tadi.“Hai, ketemu lagi kita”. Dia melambaikan tangan ke arah ku.
“Hmm, iya”. Jawab ku dengan singkatnya.
Aku berdiri dari tempat duduk ku “Aku duluanya” kata ku.
“Cepat banget, istirahat lah dulu sambil melepas penat” perintahnya.
Aku berdiri diam kembali dan mellihat sekilas ke arahnya. Dia yang minum air tampak bersinar dimata ku. Satu kata bagi ku menganggumkan.
“Jangan terlalu begitu melihat aku, ntar kamu ya ingat aku terus” katanya sambil tawa.
“Astaqfirullah” Aku buru mengalihkan pandangan mata ku kelain arah dan meminum air ku yang tinggal seperampat dari botol.
“Tinggal dimana kamu?” Dia duduk disebelah ku tapi dengan jarak yang jauh.
“Di perempatan simpang ujung sana”.
“hahaha.” Kok malah dia tertawa sih. Memangnya ada yang lucu dengan perkataanku. Aku kira sih ngak.
“Ujung sana itu banyak definisinya, lebih jelasnya nama jalanya!”
“Oh aku kira apaan, Jalan beri kasih”. Aku yang memainkan jari jemariku. Aku merasa nervous gininya batinku.
“Jalan aja namanya beri kasih, jangan mudah beri kasih ke orang lainnya!” Dia ngelempar botol minumanya ke sampah dekat samping.
Aku mengangguk lagi. Eh kenapa dengan aku ini kok nurut aja aku sama dia seperti aku dihipnotis mudah aja iya in kata nya. Aku gak mau lama - lama disini ntar malah lain lagi cerita nya. Aku buru buru bangkit dari tempat duduk ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA DAN SUKA
Teen FictionIni kisah dimana seoarang perempuan yang harus tegar dalam menghadapi kehidupannya. Dimana kehidupannya penuh dengan kejutan-kejutan yang dapat menguras tenaga dan pikirannya. Tapi ada sosok seorang laki-laki yang dapat merwarnai kehidupan nya dan m...