Berjumpa lagi

1 0 0
                                    

"Ay, bangun udah pagi.” Aku mendengar ketokan pintu dan suara yang cukup mengema. Aku membuka mata ku dimana celah- celah sinar pagi telah masuk  kamarku.

“Ay, Aysha bangun, kamu tidur atau sudah mati.” Ketokan pintu yang semakin mengeras.

“Iya Mah, udah bangun.” Aku beranjak dari tempat tidurku, berjalan ke arah pintu membuka kunci pintu.

“Dari tadi mama bangunin ngak bangun – bangun, cuci piring sana juga cuci baju! Mama mau pergi. Pokok ya mama pulang sudah beras semuanya!”

“Iya Mah.”

Cukup makan waktu sejam untuk beres – beres, cuci piring sudah, cuci baju sudah, masak sudah, apalagi yang kurang oh ya aku belum mandi saudara – saudara. Aku mengambil handuk ku dan menuju kekamar mandi. Menguyur seluruh tubuh ku dengan air dingin setiap inci air yang bersentuhan dengan kulitku, aku merasakan betapa dingin nya yang sama dengan hatiku yang sudah membeku.

Aku sudah siap mandi, dan kegiatan ku tidak ada lagi. Yang hanya ada memenung di dalam kamar meresapi kesendirian ku. Bosan itu lah aku rasakan, tidak tahu ngapain lagi. Hanya bisa aku lakukan belok balik keluar kamar dan balik ke kamar. MONOTON bukan, itulah hidupku.
Aku mendengar bunyi orang yang ngetok pintu diluar, siapa sih? Kalau mama bukan pasti mama, ngak ada sejarah mama yang ngetok pintu. Dengan malasnya aku keluar, ketokan pintu semakin keras.

“EeH, sabar kenapa yaa, siapa sih?” teriak ku.

Aku membuka pintu, yang hanya kulihat kosong tidak ada orang. Ini mah ada yang ngerjain aku.

“Kalau tidak ada kerjaan, jangan mengusik kehidupan orang bisa gak sih?, menganggu saja.”

Aku hendak berbalik, tiba – tiba mataku ditutupi oleh tangan “Ih, siapa sih?, sudah lah jangan main- main gini.”

Dia melepas tangan nya, lalu memutar ku ke arahnya. Betapa aku terkejut dia adalah orang kemarin yang sangat menyebalkan. Dia menatapku dan aku tidak kalah juga menatapnya. Cukup lama kita tatapan dan akhirnya dia meniup mata ku.

“Ih apaan sih kamu.” Aku mengibas tangan ku diudara.

“Jangan gitu juga menatapku kali, ntar matanya berdosa bukan melihat yang bukan halalnya.”

“Makanya halalin aku.” Eh apaan tuh, bukan dari suara ku kan.

Dia tertawa “ Oooh pengen cepat- cepat dihalalin nyaa, oke tunggu kedatangan ku bersama orang tua ku nyaa.”

“Bukan itu, ih kamu resek deh.” Aku mencubit pinggangnya. Aku tersipu malu.

“Ciee yang malu – maluin nih.” Dia sambil menoel tanganku.

Tuh kan resek, malah dikatain nya malu -  maluin. Aku membuang muka dan kembali masuk ke dalam. “Eeh, tunggu jangan ngambek dong.” Dia menahan tanganku.

“Apa?”. Aku berputar arah kembali ke dia.

“Jangan ngambek dong, senyum nya mana.” Dia membentuk senyum diwajahku.

Aku menepis tangannya. “Jangan sentuh aku, aku Jijiks.” Dengan irama seperti sinetron.

Dia tertawa, “Ini bukan lagi syuting Sya, jadi jangan etting.”

“Aku bukan etting, ah capek aku sama kamu, kamu ngapain kesini ?” tanyaku.

“Cuman melihat kamu.”
Aku terbengong dengan jawabannya.

“Ngapain lihat aku?, gak ada yang menarik dengan ku.”

“Ada kok, senyum ngambek mu.”
Ini orang kenapa sih, dimana mana orang kalau ngambek gak ada senyum nya.

“Kamu sakitnya?, gih pergi ke dokter!”.

“Ngak mau, kamu aja jadi dokter aku yaa!”. Pintanya.

Ini anak sakit benaran nih, “Ya Allah, lelah aku sama kamu, sana pergi capek aku dengerin ucapan kamu yang ngelantur kemana mana.” Aku sambil mendorongnya.

“Jangan didorong dong, urusan ku belum selesai.”

“Urusan apalagi sih?, dari tadi aku ngomong nya gak ada yang berfaedah sama sekali.”

“Iyah, kamu gak mau dengerin ngomong aku sih, kan  gak jadi – jadi ngomongnya.”

Ya ampuun ini anak pengen ku tabok kepala sampai pingsan boleh?, geram banget aku, dari tadi dia ngak ngomong mungkin dia rasa mendengong kali yaa.

“Ya Ampuuun paaaak, dari tadi bapak mimpi yaa, belum sadar ya pengen aku sadarin dengan menabok kepala bapak!”

Eh dia malah nge keh tawa. “Ih, kamu lucu deh, tuh kan tambah ngemas aku ya.” Dia menarik pipiku.

Aku meringis, “Ya udah cepat ngomong?” sudah lelah hayati jadinya.

“Jalan yook!” Dia memasang muka memelas.
Cukup dua kata yang aku dengerin, yang memakan waktu ku untuk nya.

“TIDAK MAU.” Kata ku dan beranjak pergi dari pandanganya.
Dan lagi – lagi dia menarik tangan ku kembali.

“Ayok lah, temanin aku yaah, Mama ku besok ulang tahun, jadi aku membeli kado untuk mama.”

“Aku tidak boleh keluar hari ini, Mama ku ngelarang keluar.”

“Yah, bisa nanti aku ijinin sama mama kamu, mau yaaa.” Pinta nya kembali.

“Kamu gak takut sama Mama aku, Mama aku ngalak tau.”

“Untuk kamu, apa yang gak, minta sekalian restu  jadi isteri dan anak – anak ku sama mama kamu aku bisa kok.”

“Alaaah, ngombol RECEH kamu,” aku menekan kata receh.

“Jadi kamu mau yaa?”. Aku menimbang, kalau dirumah terus aku bosan, kalau keluar nanti dimarahin mama tapi kerjaan rumah sudah beres. Sekali ini gak aja papa.

Aku mengangguk tanda aku menyetujui untuk nemanin dia beli kado.

Dia tersenyum manis, tuh kan tambah nyangkut senyum nya dihati aku. ah kembali ke topit.

“Tunggu disini, aku ganti baju dulu.” Aku kembali beranjak, dan lagi – lagi dia menahan tangan ku.

“Aduuh, ngapain lagi sihhh?”.

“Jangan lama – lama nya, jangan make up yaa begini sudah cantik kok.”
Aku memalingkan wajahku dan masuk kedalam. Aku menuju kamar ku dan mencari baju yang cocok untuk pergi. Aku memoles wajah ku dengan blos on biar sedikit berwarna dan lipstik merah jambu di bibirku. Aku menata kembali rambut ku semuanya udah perfect aku keluar. Aku melihat dia sedang fokus sama handphone dia tidak sadar aku sudah didekatnya. Aku berdehem, dan dia tidak dengar, lagi lagi aku berdehem cukup keras, barulah  menoleh ke arahku. Cukup terpana dia melihatku. Dia berdiri dan menyamai tubuhku, tangan nya dengan lincah menghapus blas on dipipiku.

“Begini sudah cukup”.

“Ih apaan sih kamu, main hapus aja, tuh kan rusak make up ku jadinya.” Aku meraba kembali wajahku.

“Kan udah aku katakan jangan pake make up, kamu kalau make up tambah cantik, pangling aku melihatnya. Ntar ditambah lagi orang melihat kamu nantinya, aku gak mau cukup aku aja melihatnya.”

Aku tersipu, aku menunduk wajah ku kebawah menghilangkan grogi aku.
“Memang nya kamu siapa nya aku? yang boleh melihatku?” aku kembali mengangkat wajahku.

“Aku calon suamimu.” Cukup tegas dia mengatakan nya.
Aku merasa ada kupu – kupu yang bertebaran liar diperut ku.

“Ah, kapan perginya kalau begini terus.”

“Oh iya, pengen aku ngak jadi pergi biar disini saja sama kamu.” Dia menggengam tangan ku yang memasuki ruas jari nya ke jari ku. Cukup pas di tanganya.

Mobil melaju dengan sedang aku mengamati suasana diluar kaca mobil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUKA DAN SUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang