Empat

24 6 1
                                    

"Hah!? Semalem dia buntutin lo!? Lo ga becanda kan By!?"


Aku sangat benci laki-laki gila itu. Entah apa mau nya. Jika saat ini ada jin dalam botol,pasti Feby akan meminta untuk menjauhkan laki-laki gila itu dari hidupnya.

Sungguh menganggu.

"Byyy,ayok ngapa kantin. Gue laper bgt sumpahh" Bujuk Safira agar Feby mau menemaninya ke kantin.

"Ahh,gue gamau liat laki-laki gila itu"
Terus terang Feby menolak ajakan Safira.

"Gue yang bakal tampol muka itu si Fahry kalo dia gangguin lo. Plisss ayoookkk" Safira memohon kepada Feby dengan menyatukan telapak tangan nya.

Fahry? Nama dia Fahry? Namanya bagus. Orangnya kok ngga ya.

"Bodo amat. Yaudah buru" Feby memutar bola matanya jengah,berdebat dengan Safira untuk pergi ke kantin. Pasti Feby tidak akan jadi pemenang.

Sebenarnya lapar. Tapi sengaja ditahan. Demi ga jumpa si gila.

"Beliin gue nasgor,nih duitnya" Feby memberi selembar uang Rp.10.000 kepada Safira.

"Febbbyyy! Tunggu! Gue mau nomor HP lo!"

Tentu. Laki-laki gila itu lagi.

"Saf buru ih itu ada dia males gue cepettt" Feby menepuk-nepuk punggung Safira agar lebih cepat meninggalkan kantin.

"Hah? Nekad bgt si idiot itu. Mpokk duit gue buruan dibalikin dua rebu lama amat" Safira menghebohkan Mpok Poniem.

Mpok Poniem memberi selembar uang Rp.2.000 kepada Safira. "Iya ini neng,sabar dikit napa dah. Susah nyari dua rebu,duit nya besar besar semua"

Feby berlari menarik tangan Safira. Tidak perduli menabrak siapa,tidak peduli siapa saja yang sudah ditabrak nya.

"Jangan cepet-cepet monyet rok gue sempit" Safira melepas paksa cengkraman tangan Feby.

Telat. Fahry sudah berada tepat didepan Feby. Menahan tangan nya. Dan memberikan ponselnya kepada Feby.

"Gue mau nomor lo. Pliss"
"Gue gamau kasi ke lo nomor gue."
"Kenapa? Kenapa lo segasuka itu sama gue?"
"Ngaca aja lo"
"Gue suka sama lo,Feb."
"Ya tapi gue gasuka lo!"

Perlahan Fahry melepas genggaman tangan nya dari Feby. Senyumnya perlahan memudar.

Feby berjalan cepat meninggalkan Fahry dan Safira didepan kelas 8-C. Tidak peduli siapa saja yang melihat nya berteriak didepan umum tadi. Berapa banyak manusia yang melihatnya mentah-mentah berbicara kasar dengan Fahry.

Fahry membalikkan badan nya 90°. Mendapati Safira masih berdiri diam di tempat.

Fahry melebarkan sudut bibirnya sedikit. "Lo mau ga kasi gue nomornya Feby. Gue suka bgt sama dia."

Safira tetap terdiam. Berfikir keras. Apa dia harus memberi nomor whatsapp Feby pada nya?

Kasihan.

Wajah yang lumayan,tinggi diatas rata-rata,kulit putih. Safira masih berdiri diam. Berfikir keras,kenapa Feby gamau? Padahal Fahry terbilang 'Boleh Juga'

"Lo add aja line dia. Id nya febyayla." Setelah membuka bicara,Safira langsung pergi meninggalkan Fahry. Menyusul Feby di kelas.

Pasti Feby sedang mendengar musik dengan posisi kepala diatas meja beralas tangan nya sendiri.

Benar saja. Safira menghampiri Feby.

"Byy,lo tu gaboleh gitu tau. Lo boleh gasuka sama dia. Tapi lo gaboleh kasar Byy" Safira membelai rambut Feby.

"Gue jijik sama dia Saf. Gue gasuka digituin. Berlebihan dia" Feby mengangkat kepalanya.

"Iya,gue tau. Tapi lo gaboleh bentak dia kaya tadi lagi ya Byy." Safira menasehati Feby.

"Iya-iya. Maaf deh,gue emosi aja tadi"

"Hmm. Nih,nasgor lo. Makan,gue tau lo laper" Safira memberikan nasi goreng yang di pegang nya sedari tadi.

Alfian menghampiri Feby. Mengacak rambutnya. "Ebyy muka lo cemberut mulu makin jelek lo ntar."

Ga ketinggalan meminta nasi goreng Feby. Kebiasaan Alfian. Selalu memakan makanan Feby tanpa permisi lebih dulu.

"Nasi goreng Mpok Poniem makin enak. Lebih enak lagi kaya gini. Gratis,demen bgt gue" Alfian memakan nasgor milik Feby,seolah olah itu miliknya.

"Piannnn,Gue laper. Jangan ngerusuh dulu kenapa" Feby mencubit pipi Alfian.
"Aduh duduhhh. Sakit peak." Alfian kembali mengacak acak rambut Feby.

"Lo beli sendiri sana. Nah" Feby memberikan uang Rp.10.000 kepada Alfian.

Daripada harus dia lagi yang ke kantin. Lelah drama bertemu Fahry lagi.

"By. Ntar malem gue nginep rumah lo ya. Mama gue nanti mau keluar kota katanya. Gue takut sendiri dirumah. Boleh ya Byyy,hehe"
Safira teringat mamanya sore ini akan berangkat ke Bogor. Mengunjungi neneknya,katanya sedang sakit.

"Hmm. Dateng aja lo,masuk aja. Gaperlu chat gue,masuk aja kamar gue ntar." Feby kembali menenggelamkan kepalanya diantara kedua lipatan tangan nya lagi.

Drrttt Drttttt

Handphone Feby bergetar. Safira mengecek notifikasi yang tertera di jendela pemberitahuan.

Logo Aplikasi Line.
'By,gue gapapa ya chat lo. Lo gapapa kalo gamau bales chat gue. Yang penting lo read aja. Gue udah seneng banget. Hehe.'
























Bersambung.
Senin. 25 Maret 2019.

Weird LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang