Bel masuk berbunyi tepat saat Tasyi mendudukkan bokongnya di kursi. Lima menit Tasyi menunggu Hansel sampai Pak Bambang guru matematikanya masuk ke dalam kelas.
"Buka halaman tujuhpuluh enam, kerjakan nomor satu sampai sepuluh" Sapaan pertama yang Tasyi dengar saat Pak Bambang masuk kelas. Pak Bambang itu tipe-tipe guru yang tidak perduli, contohnya seperti sekarang, masuk kelas langsung kasih tugas membuat Tasyi maupun teman-teman nya protes.
"Aduh pak! kemaren di kasih tugas, sekarang di kasih tugas, besok-besok nikahin aja tugasnya pak!" Iren, cewek pengabdi oppa itu berseru keras.
"Iya nih! gue udah botak liat soal yang maunya dimengerti terus" sambung Bowo yang duduk di belakang meja Tasyi.
"Lo kan! udah dasarnya botak Wo" Ledek Ratu membuat seisi kelas tertawa.
"Sialan lo Ra!"
"Sekali-kali nggak masuk kek Pak!"
"Sudah-sudah!!" lerai Pak Bambang, membuat keadaan kelas sepi. "Besok-besok kita ulangan saja kalau kalian nggak mau saya kasih tugas!" sambung Pak Bambang membuat seisi kelas mengumpat.
"Tasyi! Hansel kemana?" Tanya Pak Bambang menyelidik. "Truss si ketua kelas ini kemana juga?!"
"Nggak tahu pak" Jawab Tasyi sekenanya.
Tasyi sedang bingung sekarang, kenapa Hansel belum balik-balik? Apakah Hansel bolos? Apakah Hansel menghindar darinya karena tersinggung dengan penolakannya tadi? Ahh itu sih tidak mungkin. Hansel bahkan sudah duapuluh tiga kali mengajaknya taken, aduh! ralat, ini yang ke duapuluh empat kalinya. Tasyi tidak pernah menganggap serius ucapan Hansel walaupun dari tatapan cowok itu yang menatapnya dengan serius. Tasyi memilih opsi pertama karena Reno si ketua kelas yang notabenya sahabat Hansel tidak ada di kelas.
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring membuat semua siswa bersorak kegirangan. Tak ada yang lebih nikmat bagi seorang pelajar saat bel terakhir berbunyi. Pak Bambang keluar dari kelas. Teman kelas Tasyi berdesakan untuk bisa keluar lebih dulu. Terlebih lagi Bowo, si botak yang badannya yang Waw itu membuat mereka berdesakan.
Tasyi berjalan dikoridor menuju parkiran ditemani Ratu teman sekelasnya yang duduk didepan meja Tasyi. Ratu itu tipe anak yang mudah bergaul, friendly, dan tidak sedikit yang mengenalnya mengingat anak itu tidak pernah memilih teman.
"Tasyi? tadi itu adek lo si Garta berantem gara-gara apa sih?"
"Gery selingkuh sama ceweknya, biasa lah anak cowok" Tasyi menjawab enteng.
Ratu melotot "Astgaa, kok lo biasa aja sih?" Ia tidak menyangka respon Tasyi akan setenang itu.
"Terkadang sifat gue yang biasa aja ini ada kepanikan yang mendalam dibaliknya" Tasyi menaik turunkan alisnya "Aaszzek dah kakak idaman gue" sambung Tasyi kemudian tertawa.
"Korban Novel lo!" Ratu juga ikut tertawa.
Mereka sampai diparkiran, Ratu pamit pulang duluan karena ia membawa motor. Tasyi tidak melihat adanya keberadaan Garta di parkiran, motor Garta juga tidak ada! Helm pink nya juga tidak ada!. Aishhh sama siapa pula ia pulang sekarang. Kalau saja Hansel masuk kelas tadi, sudah pasti sekarang dia akan menebeng.
Tasyi dikejutkan oleh motor yang berhenti di depannya "Garta nganterin ceweknya" Hansel memberikan helm kepada Tasyi yang dengan senang hati Tasyi mengambil lalu memasangkan pada kepalanya. Motor itu keluar dari gerbang sekolah dan bergabung dengan kendaraan lainnya.
"Lo kenapa bolos Hans?" Tanya Tasyi keras supaya cowok itu mendengarnya.
"Pengen bolos aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen FictionTasyi Nadya. Ia seperti remaja-remaja seusianya, hidup normal serta keluarga yang menyayanginya. Hobi Tasyi hanya satu, membaca novel. Novel adalah pelengkap kebahagiannya. Jika ditanya, harapan terbesar Tasyi adalah hidup seperti di novel-novel. D...