Senin 14 januari 1990
Kala itu arah jam menunjuk ke angka 12.00. Malam itu malam yang sunyi, dan menegangkan. Malam yang benar benar sunyi seketika di hangatkan oleh suara tangis isak seorang bayi.
Pasangan tersebut terlihat sangat bahagia disaat bayinya terlahir. Namun kesenangan itu berakhir beberapa detik mendatang. Pasangan tersebut terus mengilik ngilik bayinya, mereka merasa ada yang aneh terhadap anaknya. Anak mereka tak seperti anak lainya, mereka pun menyadari keanehan dari anak mereka. Ya, kaki anak itu tak bergerak sama sekali, biasanya jika bayi yang lain jika menangis maka kakinya akan menendang nendang seolah olah seperti marah. Tetapi ini tidak, kaki anak itu diam membeku, seperti tak ada rasa sama sekali. Karena begitu penasaran mereka pun menanyakan sesuatu hal kepada dokter.
" dokter, mengapa kaki anak kami tak bergerak ?" ayahku
" maaf pak bukanya saya tidak mau memberitahu tetapi saya takut bapak dan ibu tak akan terima!" dokter
" jadi apa yang terjadi terhadap anak saya?" ibuku
" anak anda berdua terkena lumpuh! Tetapi jika dia terus terapi maka dia akan sembuh!" dokter
Seakan akan baru saja terjadi bencana, didalam kehidupan keluarga mereka. Mereka semua tercengang mendengar tentang keadaan kakiku yang terkena lumpuh.
" apa dok ? lumpuh ?" ibu berteriak histeris
" iya bu, tapi jika terus terapi anak ibu akan sembuh!" dokter
" aku tak mau memiliki anak yang seperti ini! Aku ingin anak yang sempurna!" ibuku menangis sambil memberikanku ketangan dokter
" tapi meski seperti ini, ibu harus menerimanya karena ini adalah anugrah dari tuhan!" dokter
" biar saja aku tak akan mengurusnya. Aku akan mengirimnya ke panti asuhan!" ibuku
Nenek yang sedari tadi terdiam membeku, tiba tiba saja berbicara, dan mengambil tubuhku dari tangan dokter tersebut.
" tak usah dikirim, nenek mampu kok mengurus anak ini, lagian dia bisa menutupi kelemahannya dengan kecantikanya!" nenek
Mereka semua terdiam disaat nenek berbicara, dan nenek pergi membawaku. Sepertinya nenek membawaku keluar ruangan.
" nenek yakin, dibalik semua kelemahanmu pasti ada suatu kelebihan yang akan terduga. Kamu cantik sekali seperti kakak - kakakmu." nenek berbicara
Aku terlahir kedunia, dan dibesarkan oleh nenek. Hanya nenek yang dapat mengerti perasaanku, nenek mengurusku dengan lembut dan penuh kasih sayang, Meskipun aku tumbuh besar dan bermain dengan kursi roda, tetapi nenek selalu menuntunku dengan sabar.
31 maret 1997
Inilah yang kunanti nanti dari sejak kecil. Menurutku sekolah adalah hadiah terbesar didalam hidupku. Karena aku berpikir bahwa sekolah itu lebih menyenangkan dan akan memiliki banyak teman.
Hari itu, baru saja alarm berbunyi menunjukan pukul 05.00 pagi. Semua yang dirumah itu masih terlelap terdtidur nynyak. Ku raih kursi rodaku, dan aku segera menuju kekamar ayah dan ibu. Dibalik pintu terlihat ayah dan ibu masih terlelap ku tepuk lembut bahu ibuku, agar ia segera bangun dari tidurnya
" ibu...ibu... Ayo kita pergi sekolah!"
" apa sih berisik banget! Kalo mau pergi sekolah, pergi aja kamu sama nenek"
Ibu yang tadi terduduk kembali berbaring. Sedangkan aku, hanya diam mematung di depan ibu. Kursi roda ku belokan dan aku segera menuju keluar, aku sempat kaget karena nenek tiba tiba muncul didepan pintu.
" sudahlah jangan dengarkan kata kata ibumu, jangan masukan ke hati ya! Sekarang cepat kamu mandi biar gak terlambat kesekolahnya!"
Aku menuruti perkataan nenek. Setelah itu aku pun pergi ke ruang makan dan sarapan. Baru saja aku keluar dari kamar terlihat ibu yang sedang merapikan baju kakak - kakaku. Entah mengapa aku mengacak acak rambutku. Dan aku pun menuju meja makan.
" heh, benarkan rambutmu itu! Berantakan sekali!" ibu
" ye, akhirnya ibu peduli terhadapku"
Ku menggerutu dalam hati" bukanya benerin malah senyum - senyum" ibuku
" mungkin dia ingin dibenarkan olehmu!" nenek
" benerin aja sendiri!!" ibu
" tapi kan bu...."
" udahlah ibu mau kekamar dulu, udah gak mood makanya juga."
Aku hanya memandangi ibu, sepertinya ibu sangat matah terhadapku. Mengapa disaat aku ingin diperhatikan oleh ibu, ibu selalu marah terhadapku.
Nenek merapikan rambutku yang berantakan lalu setelah kami sarapan, aku pergi bergegas kesekolah.
sepanjang perjalanan ku hanya bertanya tanya tentang sikap ibu terhadapku. Tetapi disaat aku mulai bertanya tanya sepertinya raut wajah muka nenek berubah menjadi raut sedih.
" nenek! Apakah aku boleh bertanya?"
" boleh, memangnya kamu ingin bertanya apa?"
" aku selalu heran, mengapa ibu selalu seperti itu terhadapku?"
" ouh itu, sebenarnya ibumu itu sayang sama kamu, mungkin ibu marah karena sedang ada masalah yang dihadapinya! Jadi kamu tak usah memikirkan itu ya! Yang kamu harus pikirkan sekarang adalah kamu harus jadi orang yang sukses ketika sudah besar nanti"
" iya nek "
Sesampai digerbang sekolah, puluhan mata menatapku. Raut wajahku yang asalnya sedih, berubah menjadi senyuman yang sangat manis. Aku bahagia meskipun aku dirumah tak memiliki teman tetapi aku berharap semoga aku disekolah memiliki teman yang banyak.
Dihantarkanya aku ke kelas, dengan kursi roda yang biasanha kupakai. Seseorang datang dengan pakaian yang begitu rapih.
" hallo anak anak nama ibu, ibu kina. Silahkan perkenalkan diri kalian"
Aku arahkan roda kursiku kededepan dan kukenalkan diriku.
" Hallo namaku fatin, aku senang sekali bertemu dengan kalian, aku harap kalian semua bisa menjadi teman baikku,"
Semasa sekolah dasar, aku sama sekali tak memiliki teman, mereka merasa jijik kepadaku karena aku sudah terkena lumpuh dari kecil. Dan mereka selalu berpikir bahwa jika berteman denganku mungkin aku akan menyusahkan mereka.Tetapi itu semua kuanggap sudah biasa. Karena aku pun sudah biasa di dinginkan oleh kakak, ayah, dan ibu. Dan aku berharap semoga sejak sekolah selanjutnya kehidupan akan berbeda.
Tapi semua pikiranku hanya khayalan saja tak pernah menjadi nyata. Malah kehidupan disekolah selanjutnya lebih mengenaskan dari sebelumnya. Dari situlah aku bertemu dengan kumpulan kumpulan manusia tak punya hati.
Sebelum kalian baca cerita kelanjutanya, vote ya cerita ini. Sekian terima kasih.
~ hehehe~
KAMU SEDANG MEMBACA
The power of sixth sense
Teen Fictionapakah memiliki sixth sense itu seru?? Apakah hanya karena aku tidak memiliki sixth sense dan segala kekuranganku, haruskah aku mendapat itu semua?