BAB 2 Teman Rolan

35 6 0
                                    

Setelah bel istirahat berbunyi, Rolan dan Clesia berjalan menuju gudang yang jauh sekali dari kelas mereka. Mereka berjalan perlahan sambil bergandengan tangan menuju gudang melewati kelas lainnya. Semua orang yang dilewati oleh mereka berdua terdiam dan melongo ketika melihat mereka berdua berjalan seperti sepasang kekasih.

"Lihat itu! Cewek itu! Cewek ganjen!"orang berbisik dari belakang Clesia.

Clesia tersenyum miris mendengar kata-kata yang sepertinya sangat menohok dirinya.

"Apa sebaiknya kita tidak berpegangan tangan seperti ini? Kamu gak malu dipandang dengan-" Clesia canggung, ia sangat gugup.

"Tidak apa. Aku nyaman kok kayak gini." Rolan memotong perkataan Clesia disertai senyuman yang sangat menenangkan hati bagi siapapun yang melihatnya.

"Gudang itu jauh ya? Dari tadi kita sudah berjalan sekitaran lima menit lho?" Clesia berhenti ia meragu, ada rasa takut didalam hatinya.

"Tenang aja Sia. Gudang itu dekat sama kelas IPS 3" Rolan menarik Clesia agar kembali berjalan.

"Perasaanku kok jadi nggak enak ya?"gumam Clesia.

Gudang tersebut berada di ujung bangunan sekolah. Tempat itu gelap dan suram. Tak ada cahaya yang menyinari bagian depan gudang karena terdapat sebuah pohon beringin besar yang menghalangi cahaya mentari untuk masuk menembus kecelah dedaunannya yang kokoh.

Sekilas, Clesia melihat beberapa sekelebat bayangan yang masuk kedalam sebuah ruangan. Gadis itu menggigil ngeri, kemanakah Rolan akan membawanya? Gudang, benarkan?

"Apa kau mendengarnya? Pak Leno merayu Bu Widya" Clesia melirik ke pojokan sana, kedua guru yang sedang kasmaran. Indahnya hidup.

"Dengar apa?"Rolan heran.

"Itu, bisa kau lihat sendiri" Clesia menatap kearah Rolan, dan diam-diam menunjuk ke arah kedua guru itu.

"Wkwk, mereka ikutan menikmati masa muda!" Rolan tertawa kecil sambil menunjuk kearah loteng.

"Mungkin kau benar!" Clesia mengangkatkan kepalanya ke atas.

"Dah yuk. Lanjut jalan!"

Mereka melanjutkan perjalanan setelah mengintip kemesraan kedua guru itu. Dasar murid terbaik :v

"Kau diam saja dari tadi hm?" ucap Clesia sembari melirik Rolan.

"You know? Aku ini memang jarang bicara" tanggap Rolan diiringi kekehan kecil.

"Oh iya! Aku lupa kalau kau ini anak pendiam" Clesia akhirnya tertawa padahal Clesia mengakui didalam hati bahwa bukan hanya Rolan saja yang memiliki sifat seperti itu, dirinya juga.

Dari kejauhan, Clesia melihat diujung gudang terlihat dua anak lelaki yang sedang berdiri dipintu gudang tersebut dan melambai.

"Itu dia temanku." Rolan menunjuk kearah dua anak lelaki disana dengan senang.

"Ruang laboratorium?" Clesia membaca heran kertas pamflet didepan pintu ruang Lab. Ia membacanya dengan teliti.

"Kau jarang jalan-jalan di sekolah ya? Jadi nggak tau kalau ada ruang Lab Biologi disini," Rolan tertawa geli.

Dua anak lelaki yang berdiri di depan gudang dan berteriak.

Rolan melambai, dengan cepat lelaki itu membawa Clesia untuk melangkah lebih maju. Tangan yang tadi bertautan akhirnya terlepas sebab Rolan yang sedang dipeluk oleh dua orang pemuda aneh.

"Ada apa?" Rolan melihat arah pandangan dua orang sahabatnya.

Broman dan Rilan. Dua orang cowok yang sangat tampan menurut Clesia yang kini sedang merona malu karna diperhatikan secara intens oleh mereka berdua.

"Cie! Bawa pacar! Untung deh, lo normal!" mereka tertawa terbahak-bahak.

"Bukan ini cuma salah paham! Clesia cuma teman sekelasku!" Rolan membalas kesal.

"Oh, namanya Clesia? Wah! Cantik juga nih cewek," salah satu diantara mereka mendekat demi berhadapan Clesia.

Srettt

"Aduh Bangs*t!" lelaki tersebut kaget karena kerah bajunya yang ditarik dari belakang.

Lelaki itu tersenyum meremehkan, Rolan telah mencegatnya.

"Lo ini! Jangan macam-macam dengan calon adek ipar gue!" orang yang masih setia duduk dikursi memperingati.

"Aku Rilan, kakak Rolan yang ganteng" lanjut nya memperkenalkan diri.

"Dasar pelit! Kalo gua Broman. Panggil Kakak ganteng juga boleh" ia menggoda Clesia dibalas dengan tatapan maut ala Rolan.

"Abaikan dia dek. Dia memang gitu. Bucin!" Rilan tertawa karna telah berhasil menyebar aib sahabatnya sendiri.

"Apa lo bilang! Gua gak bucin!" teriak Broman kesal, dia menatap tajam Rilan.

"Itu kakakku." Rolan berbicara sambil tertawa kecil.

"Wah! Benarkah? Kakak kelas itu kakakmu?" Clesia terkejut.

"Iya. Mukanya hampir mirip ya kayak aku?" ujar Rolan.

"Masih ganteng kakak mu" Clesia mengejek Rolan sambil menahan tawa dengan menutup mulut dengan tangannya.

"Iya deh. Terserah" Rolan mendadak cemberut.

Disaat mereka sedang asyik asyiknya mengobrol disana, bel masuk berbunyi. Suara bel tersebut berderet kencang hingga setiap kelas bersuara gema bel hingga menuju ke arah tempat mereka berada.

Ting Ting Ting

"Aduh!" Clesia berteriak, ia mengingat sesuatu.

Kemarin Clesia tidak masuk sekolah padahal sedang diadakan ulangan mendadak di kelasnya. Dan sekarang, Clesia malah melupakan ulangan susulannya di istirahat pertama ini.

"Clesia? Kenapa?" Rolan panik ketika melihat tingkah mendadak Clesia yang agak aneh.

"Ekh U-Ulangan!!" jawab Clesia. Ia panik.

Tiba-tiba Rolan menarik Clesia, ia paham dengan keadaan Clesia yang sekarang. Dan tanpa salam, mereka sudah terlebih dahulu beranjak dari sana menuju ruang guru.

"Rolan, kayaknya agak gimana gitu kalau kita berpegangan tangan," ujar Clesia seraya menempis pelan tangan Rolan.

Lelaki itu terlihat sangat khawatir. Padahal ini adalah urusan Clesia, tapi Rolan mau membantu Clesia.

"Lo nggak apa dek?"Broman memiringkan kepala dan melihat wajah Clesia. Rupanya ia mengikuti dari belakang.

"Aku harus masuk dulu" Clesia berjalan sendiri masuk menuju ke kantor guru, ia meninggalkan Rolan bersama teman-temannya.

"Yah! Ditinggal gitu aja? Kacian amat adik lo Rilan" Broman mengejek menertawai kemalangan kisah cinta Rolan yang berakhir dengan tragis.

"Hati-hati bicara. Aku ada disini tau" dengus Rolan kesal.

Rolan menatap ke depan sedang kan Rilan yang melihatnya menghela napas panjang. Siapa sangka, Rolan akan tertarik kepada seorang perempuan. Semoga ini takkan menjadi masalah di kedepan harinya. Semoga.

I CAN DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang