Setelah kejadian itu Ulya lebih memilih untuk menjauh dan Gani pun tidak pernah berkabar lagi.
Sebenarnya Ulya sangat ingin menemui Gani untuk meminta kejelasan akan hubungannya. Lagi-lagi Gani sulit untuk ditemui, akhirnya Ulya memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe sendiri.
"Ulya?" Sebuah suara khas memanggil namanya, membuat tubuh Ulya membeku seperkian detik.
Sebelum Ulya membalikkan tubuhnya, pemilik suara itu sudah berdiri di depannya.
"E-eh Fer?" Ulya sedikit tidak nyaman dengan kehadiran Ferdy yang notabenenya adalah mantan kekasihnya. Karena kalau bertemu pasti yang akan ditanyakan olehnya adalah,
"Kamu masih sama Gani? Kamu tahu kan sifatnya itu gimana? Kok mau sih sama dia yang-"
"Cukup ya Fer! Gani itu lebih baik daripada kamu." Ulya hendak pergi namun tangannya ditahan oleh Ferdy.
Tapi siapa tahu, ternyata Gani melihat jelas Ulya sedang bersama Ferdy dan tangannya dipegang oleh lelaki itu.
° ° °
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Ulya, ternyata itu adalah Gani. Segera Ulya menghampirinya dan Gani melajukan mobil setelah perempuan itu duduk di bangku sebelahnya.
"Ada apa kamu mengajakku bertemu?" Ulya membuka percakapan.
"Kenapa? Gak suka?" Entah kenapa emosi Gani tiba-tiba tersulut.
"Bukan. Bukan gitu maksud aku itu kita kan sudah lama gak-"
"Lebih senang bertemu mantan kamu itu kan?" Nada suara Gani menjadi makin tegas.
"Mantan siapa maksud kamu?"
"Aku lihat sendiri kamu pegangan tangan sama Ferdy!" teriak Gani tidak senang.
Ulya terkejut, "Aku gak ada apa-apa sama dia!"
Emosi Gani yang sudah memuncak membuatnya hilang kendali, dia melajukan mobil lebih cepat dari sebelumnya. Sampai Gani tidak menyadari kalau dia sudah menerobos lampu merah dan mendengar suara klakson tronton yang memekakkan telinga. Gani membanting setir,
BRUK!!!
"Gani?" ucap Ulya lirih sebelum semuanya menjadi gelap.