Semakin Jauh

229 20 4
                                    

Cahaya matahari menyinari kamar Mina dari sela – sela jendela yang sedikit terbuka. Walaupun terik, udara disekitar kamarnya masih dingin. Mina meregangkan tubuhnya, masih diatas kasur, Mina meraih handphone yang tergelatak tak jauh darinya yang berbaring. Pukul 9 pagi. Mina kembali merenggangkan badan mengingat walaupun ini hari libur ia masih harus mengerjakan beberapa tugas yang tersisa kemarin. Ah iya, soal kemarin, Mina teringat kembali. Persetan sekarang dengan Sehun, Mina harus fokus pada kuliahnya dan kegiatan – kegiatan lainnya yang lebih ada manfaat. Mina menghembuskan nafas kasar sebelum ia bangun, mengikat rambutnya keatas. Perempuan bersurai coklat itu keluar dari kamarnya menuju dapur untuk menghibur perut yang keroncongan dengan makanan yang ada. Yup, Mina tinggal sendiri. Tentu di apartemen yang disewa kedua orang tuanya. Tapi terkadang Momo dan Sana sering menginap, padahal kamar apartemen mereka tidak berjauhan, dan sebaliknya. Setelah selesai menyiapkan roti bakar dan susu cokelat untuk disantap, Mina beranjak pergi keruang TV untuk menonton acara pagi. Sebelum Mina bisa tenang duduk disofa, suara Momo dan Sana menyaut dari monitor depan pintu apartemennya.

"MINAAAAAAAAAAA!"

"ih, apasih Mo? Belum bangun kali dia"

"ya makanya aku teriak biar bangun, MYOUI MINAAAAAA"

Mina memijat peilipisnya sambil berjalan kearah pintu masuk. Melihat wajah kedua sahabatnya yang sedang cengengesan didepan monitor. Mina akhirnya membuka pintu dan disambut dengan Sana dan Momo yang langsung berhambur kedalam.

"heh, sopan sedikit!"

"santai Min, dah biasa lagian." Sahut Momo yang langsung menyesap susu yang ada di meja. Mina, sabar.

"jalan yuk!" ucap Sana antusias sambil memeluk Laburi berwarna ungu kesayangannya.

"memangnya kalian gak sibuk ini itu?" Mina membalas ucapan Sana sambil berjalan kearah dapur mengambil cemilan.

"hmmm, sibuk gak ya, Mo?"

"loh, kenapa jadi nanya aku?"

"engga! Gak sibuk!" sahut Sana sambil tersenyum semangat.

"bodoh." Gumam Momo, matanya masih fokus ke TV.

Mina tertawa kecil mendengar cuitan Sana yang terdengar receh. Mina kembali bergabung dengan kedua sahabatnya sambil membawa beberapa cemilan dan jus.

"yaudah. Kita ke mall, gimana? Tapi aku mau mandi dulu."

"oke! Aku juga belum mandi." Momo dengan sigap mengambuil bungkus cemilan dan meminum jus yang disediakan Mina sebelum dia beranjak dari sofa.

"aku juga belum mandi. Kita bertiga belum mandi. Mandi barenga aja biar hemat waktu!"

"IH APA APAAN?!" Momo menendang kaki Sana.

"pulang kamu Minatozaki Sana, masih ngantuk pasti!" ucap Mina sambil melempar bantal sofa kearah Sana yang tertawa renyah sebelum dia pergi dari apartemen Mina.















"ini aja bagus, cocok warnanya sama kamu, San."

"engga ah, masa kuning sih? kayak tai ayam!"

"Sana! Mulutnya." Mina menyikut lengan Sana yang hanya dengam senyum kikuk dari yang disikut. Momo malah sedang menahan tawa hanya karena mendengar kata 'tai ayam'.




Tiga bersahabat sekarang sedang berada di pusat perbelanjaan. Setelah menemani Momo belanja bahan makanan, ketiganya langsung pergi menuju toko baju yang memang sering mereka datangi . tentu saja, banyak barang yang di borong ketiganya. Bagaimana tidak, sedang ada diskon. Mina selesai dengan pembayaran dan tinggal meunggu Sana membayar barangnya yang 'menggunung'.mina mengedarkan matanya kedalam toko, melihat orang – orang yang sedang berbelanja. Matanya terhenti ke suatu figur pria tinggi dengan jaket jeans dan topi hitam. Sedang memilah melihah pakaian di rak dan gantungan hanger. Mina mengernyitkan dahinya dan mesipitkan mata untuk mendapatkan visual yang lebih jelas karena Mina merasa ia familiar dengan si pria. Pria itu berjalan kearah fitting room. Berdiri, seperti menunggu seseorang. Mina begitu fokus sampai tak berkutik sama sekali saat memperhatikan si pria. Seorang wanita dengan rambut hitam pekat keluar dari kamar fitting, berjalan kearah pria yang tadi menunggunya.

"kak Irene?" ucap Mina tiba – tiba.

"hah?" Momo menghadap kearah Mina, bingung. Lalu mengedarkan pandangan kearah dimana tatapan Mina pergi.

"kakak senior yang cantik itu ya? Ih, lagi sama pacaranya tuh."

Mina mengambil beberapa langkah mendekat, pria itu membalikkan badannya, tepat menghadap kearah dimana Mina berdiri. Tetapi ia tidak melihat Mina yang sedari tadi melihatnya. Wanita itu, senior Mina, mengusap pipi pria itu saat setelah mereka berbicara sesuatu.

"Sehun?"

Lirih Mina. Ia menelan ludahnya kuat. Pria itu, Sehun, kembali membalikkan badannya berlawanan araha dengan tatapan Mina. Momo yang menyadari apa yang dipandangi Mina sedari tadi merutuk kearah Sana yang masih lama membayar barang belanjaanya. Seinor Irene mendapati Mina dan Momo berdiri memandangi mereka berdua, Irene tersenyum manis sambil menyapa keduanya dan berjalan mendekat kearah Mina dan Momo.

"Mina? Lagi belanja?" sapa Irene dengan ramah. Senior Mina yang satu ini memang primadona-nya kampus. Cantik, pintar, kaya, ramah, dan tidak pilih – pilih teman. Apa lagi coba yang kurang dari seorang Bae Irene?

Mina sedikit kaku menyapa Irene, bahkan perempuan rasanya bisa saja jatuh cinta dengan seniornya yang satu ini. Momo yang sedari tadi hanya bisa mengulang kata 'wow' dengan kecantikan Irene yang ada di depannya.

"ah,i-iya nih kak, lagi belanja sekalian nemenin temen juga....nn oh iya," Mina menarik tangan Momo mendekat.

"Momo, teman aku." Ucap Mina disambut dengan Momo yang menyapa balik Irene dengan membungkukkan badannya.

Seketika senyuman Mina pudar saat lelaki yang sedari tadi dipandangnya mendekat ke belakang Irene. Sehun berdiri dengan figur dinginnya menatap Mina. Mina menatapnya kembali kearah Sehun, ingin sekali bibirnya terbuka untuk emengatakan sesuatu tapi entah mengapa terasa sangat berat untuk dilakukan.

"eh? Kalian saling kenal?" ucap Irene memecah keheningan. Mina mengerjap lalu menatap Irene dengan senyum titpisnya.

"aku-"

"tidak."

Ucapan Sehun membuat Mina bungkam seribu bahasa. Sakit? Entahlah. Perasaanya campur aduk sekarang.

"ah iya, aku belum kenal. Mina." Ucap Mina mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ucapan penuh dengan kebohongan, senyumnya yang manis yang aslinya sangat pahit. Momo yang memperhatikan keadaan sekarang hanya bisa diam sambil terus meng-kode Sana untuk cepat menyelesaikan pembayarannya.

Sehun menghembuskan nafas dengan kasar. Dia tidak menggapai tangan Mina sama sekali untuk bersalaman. Mina kembali tersenyum. Irene yang menyaksikan mereka berdua hanya bisa kebingungan.

"o-okay. Mina-ya, besok ada acara dirumah kakak, datang ya? Bawa juga temen – temen kamu." Ucap Irene. Tangan mungilnya menggenggam tangan Mina sebelum ia pamit pergi, dengan Sehun. Dengan Sehun yang sekarang tidak Mina kenal.

Secepat itukah?

Mina menghembuskan kasar nafasnya. Rasanya sedari tadi Sehun disini Mina jadi menahan diri untuk tidak bernafas, karena kecanggungan. Sesak. Dadanya sesak. Ia menahan air matanya untuk jatuh di waktu yang tidak tepat. Matanya mulai berair, Momo yang mengerti mulai mengelus pundak Mina, mengatakan semuanya dilupakan saja. Tangan Mina mengusap kasar kedua matanya yang mulai meneteskan air mata. Mina berlari menjauh dari Momo, melangkahkan kakinya menjauh.





Baik. kalau mainnya begini, aku juga bisa pergi jauh. Semakin jauh. Lebih jauh dari dugaanmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Story Begin ㅡ Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang