God, give him one more day, please (part 2)

342 5 0
                                    

"Ini diminum dulu", lelaki itu menyodorkan segelas teh hangat pada gadis dihadapannya. 

"Makasi", jawab gadis itu pelan. 

Lelaki itu tersenyum, "Jadi nama lo Kania? Gue Denny", ia lalu mengulurkan tangannya. Kania pun menyambutnya lembut. 

"Sebenernya gue gak enak ada dirumah laki-laki malem-malem begini apalagi kita baru kenal" 

"Gue juga sih tapi mau gimana? Keadaannya lagi begini. Oh, apa lo mau gue anter pulang?" 

"Lebih baik gue tidur di jalan daripada harus pulang".

Denny membalas ucapan Kania dengan tatapan bingung.

"Maksud gue tadi, gue gak enak sama keluarga dan tetangga lo karna ada dirumah lo malem-malem begini" 

"Well, orang tua gue lagi jenguk nenek gue di pekanbaru. Berhubung gue anak semata wayang, jadi kita cuma berdua di rumah ini. Dan tetangga gue kayaknya gak ada yang liat kita tadi soalnya gue udah tau banget daerah sini kayak apa. Jadi terserah lo mau gimana. Kalo lo mau nginep ditempat lain, gue bakal anterin lo" 

"Sebenernya gue capek" 

"Lo mau istirahat? Kalo lo mau disini, lo bisa istirahat di kamar gue dan gue tidur di kamar orang tua gue. Gimana?" 

Kania mengangguk pelan. "Yaudah, gue anter lo ke kamar gue sekarang karna gue harus tidur. Besok gue sekolah soalnya".

Kania lagi-lagi mengangguk pelan. Ia lalu berjalan mengikuti Denny yang menunjukkan letak kamarnya. 

"Makasi banyak ya, Den", ucap Kania setelah ia masuk kedalam kamar Denny. 

"Sama-sama. Night" 

"Night", Kania pun menutup pintu kamar setelah Denny pergi menuju kamar orang tuanya. 

Keesokan paginya.. 

        Jam menunjukkan pukul 8 delapan pagi. Kania baru bangun dari tidurnya. Ia keluar dari kamar dan menemui dirinya ternyata seorang diri di rumah ini. Di meja makan ada sarapan dan peralatan mandi serta baju ganti yang sudah disiapkan Denny untuknya. Kania tersenyum membaca tulisan Denny diatas kertas yang diletakkan rapi disamping piring nasi gorengnya. 

"Maaf ya gue tinggal sendirian. Gue sekolah dulu. Anggap aja rumah sendiri ya" 

        Baru kali ini ada lelaki yang memperlakukannya dengan begitu lembut dan sangat menghormati kedudukannya sebagai seorang perempuan. Apapun bisa terjadi di rumah ini semalam terutama ketika Kania sedang tertidur semalam. Tapi tidak. Denny tidak melakukan apapun. Bahkan ia berani meninggalkan Kania sendirian di rumahnya setelah ia menyiapkan semua kebutuhan Kania tanpa merasa takut bila Kania adalah orang jahat yang bisa mengambil semua barang berharga di rumahnya. Tapi Kania tidak bisa terus berada disini. Kebaikan Denny sudah lebih dari cukup. Kania tidak ingin semakin menyusahkannya. Kania harus pergi. Tapi sebelum pergi, Kania akan sedikit membalas kebaikan Denny. Ia akan membersihkan rumah ini dan menyiapkan makan siang untuk Denny setelah ia mandi dan sarapan. 

"Lo yang nyiapin ini semua? Lo juga yang bersihin rumah gue?", Denny terkejut melihat rumah dan meja makannya ketika pulang sekolah. Kania tersenyum lebar. Sejak semalam, ini adalah senyum pertama Kania yang dilihat Denny. Kania begitu cantik dengan senyuman tulusnya, pikir Denny. 

"Iya, ini semua gue lakuin sebagai ucapan terima kasih gue"

"Ya ampun, lo gausah ngelakuin apapun kali. Gue ikhlas kok" 

"Gue juga ikhlas" 

Denny balas tersenyum, "Makasi ya. Yaudah, kita makan bareng yuk. Kayaknya masakan lo enak. Lo tau aja gue suka bakmie goreng sama capcay. Haha" 

"Seriusan lo? Haha, kebetulan banget ya?", Kania ikut duduk di meja makan bersama Denny. Sungguh, hati Denny bahagia sekali melihat Kania tertawa lepas seperti ini. 

"Serius. Ini enak banget loh! Lo masak sendiri kan bukan beli di warteg depan?" 

"Hahaha, ya gak lah! Enak aja. Oya Den, abis makan gue mau pamit ya", Kania mulai mengutarakan niatnya ketika mereka mulai makan. 

"Lo udah mau pulang?" 

"Gak sih" 

"Terus lo mau kemana?" 

Kania hanya menggeleng pelan. 

"Kalo lo gak tau mau kemana, kenapa lo mau pergi? Lo gak betah ya disini?" 

"Gue betah kok. Beneran. Lo baik banget. Tapi gue gak mau nyusahin lo terus"

 "Gak, lo gak nyusahin gue sama sekali kok" 

"Tetep aja gue ngerasa gak enak" 

"Lo mau cerita sama gue sebenernya apa yang terjadi sama lo?" 

Kania tertunduk. Wajahnya yang mulai terlihat cerah kembali terlihat murung. Membuat Denny merasa bersalah. 

"Maafin gue, Kania. Gue gak bermaksud bikin lo sedih. Kalo lo gak mau cerita sama gue gapapa kok. Yaudah, kalo lo mau pergi gapapa juga. Gue akan nganterin kemanapun lo mau pergi" 

"Gue.. Kabur dari rumah..", ucap Kania terbata. 

"Kabur? Kenapa?" 

"Gue.. Gue frustasi. Orang tua gue berantem terus. Gue gak pernah ngerti apa masalah mereka sebenarnya. Dan yang gue denger terakhir, mereka mau cerai. Dan itu semua karna gue", Kania mulai meneteskan air matanya. 

"Karna lo?" 

"Iya. Nilai sekolah gue jelek. Orang tua gue marah. Terus mereka berantem saling menyalahkan. Mereka akhirnya ngeluarin kata itu. Dan setelah itu mereka bilang kalo gue pasti puas udah bikin mereka cerai. Gue berusaha jelasin kalo nilai gue menurun karna mereka sering berantem, tapi mereka gak percaya sama gue. Mereka gak suka liat gue lagi. Mereka bilang, gue gak pantes dapet kasih sayang utuh dari mereka..",

Kania kini menangis sesenggukan. Denny tidak bisa berkata apapun. Sungguh tragis kejadian yang menimpa Kania. Disaat ia mempunyai orang tua yang sangat mencintainya, ada Kania yang sangat disia-siakan oleh orang tuanya sendiri.

God, give him one more day, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang