Sudah lebih dari sepuluh menit Denny berdiri di depan westafel. Ia terus mengeluarkan cairan kental berwarna hijau kebiruan dari mulutnya. Napasnya sudah sangat terengah-terengah. Tenggorokannya juga sudah terasa sangat sakit. Denny sangat lelah. Ia ingin semua ini cepat berakhir. Namun cairan kental itu selalu memaksa keluar sekalipun Denny sudah berusaha menahannya. Mama dan Papa Denny yang sejak tadi berdiri dengan cemas di depan pintu kamar mandi, terus berusaha menahan air mata mereka yang ingin terjun bebas dari pelupuk mata mereka. Denny tidak mengizinkan mereka masuk sama sekali untuk menjaga Denny di dalam sana. Mereka terlihat begitu hancur. Hati mereka terasa begitu perih ketika mendengar suara Denny yang terus mengeluarkan cairan kental itu. Sesekali terdengar suara isakan dan napas Denny yang seakan-akan meminta semua ini berakhir. Namun mereka tetap harus terlihat kuat demi Denny, anak kesayangan mereka.
Akhirnya Denny keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian. Ia terlihat begitu lemah dan bersusah payah ketika membuka pintu kamar mandi. Mama dan Papa Denny langsung membantu Denny berjalan menuju tempat tidur. Begitu mereka berhasil membaringkan Denny, Papa Denny dengan cepat langsung menyelimuti Denny sedangkan Mama mengelap keringat yang membasahi wajah Denny dengan tissue yang tersedia di samping tempat tidur Denny.
"Minum dulu, nak", Papa menyodorkan gelas yang berisi air putih ke hadapan Denny. Mama dengan sigap langsung membantu Denny untuk meminum air putih itu. namun Denny hanya menengguk air itu sebanyak dua kali setelah itu ia menggelengkan kepalanya tanda ia sudah tidak ingin minum lagi.
Mama dan Papa mengerti. Mama membantu Denny untuk kembali berbaring. Denny berusaha mengatur napasnya yang masih belum beraturan. Dadanya juga masih terasa nyeri karena semua hal yang terjadi di kamar mandi tadi. Perlahan namun pasti Denny memejamkan matanya. Mama membasuh pelan kepala anaknya yang kini tidak berambut lagi. Papa duduk di tepi tempat tidur Denny perlahan agar Denny bisa memasuki ruang mimpinya dengan tenang. Papa memijit pelan kaki Denny agar Denny semakin tenang. Dan kini Denny pun dapat menyelami ruang tidurnya dengan tenang. Mama memeluk Denny, memberi Denny kehangatan seorang ibu yang tak ternilai harganya.
"Mama akan selalu ada di samping kamu, sayang", bisik Mama lalu mencium kening Denny sambil berusaha keras menahan air matanya agar tidak terjatuh ke wajah Denny.
***
Akhirnya Kania menghabiskan akhir pekannya kali ini dengan menginap di villa keluarganya di Sukabumi. Namun sejak masih bersiap-siap di rumah tadi malam hingga sampai di Sukabumi, Kania lebih banyak diam. Kania juga terlihat murung dan terus menatap kesal handphone dan notebooknya. Bahkan ketika ia dan orang tuanya sedang bersantai di halaman belakang villa sambil menikmati teh hijau dan Papa menceritakan hal lucu yang membuat Mama dan Papa tertawa terpingkal-pingkal, Kania tetap terdiam. Ia menatap kosong gelas tehnya yang masih terisi penuh.
"Kamu kenapa sih? Kamu gak suka ya liburan disini?", tanya Mama akhirnya ketika mereka sedang tiduran di depan sofa di ruang tv.
"Gak papa..", jawab Kania singkat sambil tetap menatap layar tv dengan tatapan kesal.
"Kamu gak suka ya kita disini?", tanya Mama lagi.
"Suka kok..".
"Terus?".
"Ya udah..".
"Berenang sama Papa yuk, sayang".
"Mama aja deh. Kania lagi gak mood..".
"Kenapa? Kamu biasanya suka banget berenang. Kamu gak mau cerita?".
Kania menghembuskan napasnya asal, "Kania bete, Ma..".
"Bete kenapa?".
"Harusnya sekarang kita gak cuma bertigaan aja disini. Tapi harusnya ada Denny dan orang tuanya juga disini. Kita udah ngerencanain mau piknik keluarga sambil nginap di villa kita ini udah lama banget. Tapi udah sebulan lebih Denny ngilang gitu aja, Ma. Kita bener-bener lost contact! Di sekolah dia gak ada, di rumah juga gak ada, orang tuanya juga ikutan gak ada. Nomer dan social media mereka juga gak aktif. Sebenernya mereka kemana sih? Mereka kenapa, Ma? Kania salah apa sih, Ma? Kania sedih diginiin sama Denny. Denny ilang gak ngasih kabar begitu aja..", Kania mulai mengerucutkan bibirnya lalu air matanya jatuh perlahan namun ia cepat-cepat menghapus air mata itu dengan buku tangannya.
"Mungkin mereka lagi ada masalah keluarga yang gak bisa mereka kasih tau ke kamu. Mungkin Denny juga gak bermaksud untuk bersikap seperti ini. Siapa tau dia juga terpaksa kan? Percaya Mama, nanti juga mereka akan datang lagi kok ketemu sama kamu lagi".
"Pokoknya Kania kesel sama Denny. Kania benci banget diginiin! Nanti kalo Denny muncul lagi, Kania bakal marahin dia sampe kuping dia sakit denger teriakan Kania".
"Jangan sampe begitu juga dong, Kania. Masa anak perempuan kasar sih?".
"Abisnya Kania kesel banget sama dia!".
Mama menatap Kania lekat-lekat. Ia menarik kepala Kania hingga Kania bisa mendekapnya. Kini Mama dapat merasakan isakan Kania di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
God, give him one more day, please.
RandomLove story yg anti mainstream. Author benci cerita cinta yg menye menye. Jangan berharap menemukan cerita cinta ala sinetron di wattpad ini.