9. Move on?

67 19 3
                                    


°°°

His shitty smirk, kinda weird.

°°°

Happy reading!






Tersisa aku dan Chenle di uks, dokternya entah kemana. Kami duduk di ranjang yang berhadapan jauh.

Aku hanya diam, dan Chenle juga diam. Mungkin dia bingung, dan tidak habis pikir.

"Kamu kenapa tadi?" tanya Chenle pelan.

"I-itu, mau ngambil hp." Aku merasa malu dan menutup wajahku dengan tangan.

"Oh, yaudah." Chenle mengambil ponselku di meja seberang.

"Nih." Chenle memberikannya kemudian duduk di sampingku.

"Jaemin nggak ngapa-ngapain kamu kan?"

Chenle menepuk bahuku berulang-ulang.

"Dia nolongin aku, nggak ngapa-ngapain kok."

Bodohnya, air mataku jatuh secara tiba-tiba saat dia menoleh ke arahku, aku lihat raut wajahnya yang tenang menjadi panik.

"Hei? Kok malah nangis? Kenapa?"

Dia memegang kedua bahuku dan wajahnya berbayang karena airmata yang memenuhi pelupuk mataku.

"Jaemin kenapa sih?!" Aku mengusap kasar wajahku.

"Dia kan nolongin kamu?" sahut Chenle.

"Ini hati bukan keset."

Chenle hanya tersenyum dengan pengakuanku barusan. Aneh.















Menatap langit-langit kamar adalah kebiasaan lainku saat bosan.

Kali ini ditemani lagu-lagu melow, aku tidak mengerti juga kenapa genre itu sangat cocok kali ini.

Aku memejamkan mataku erat menikmati lagunya dan mengusap bulu boneka tupaiku. Pikiranku terbayang pada Jaemin lagi, sialan.

Dia itu bajingaan atau apa, kabar putusnya dengan Hina bahkan hampir diketahui satu sekolah bahkan jejeran guru mengetahui itu.

Jika dia berniat kembali, aku tidak ingin. Walaupun sekarang dia mengacaukan pikiranku, bukan berarti aku butuh dia juga untuk membuatku tenang.

Ting!

Notifku berbunyi dan lagunya berhenti sesaat.

Chenle: lagi ngapain?

Ini kali pertama aku dichat oleh teman laki-laki di kelas, masalah add dan addback sudah lama, semenjak setengah tahun lalu memulai kelas.

Lagi baringan doang, ada tugas ga?

Balasku.

Chenle: Biasa, pak Jongin dongeng, gada tugas sementara ini sih.

Aku tidak membalas chat Chenle lagi, aku ingin memikirkan betapa brengseknya Jaemin agar aku tidak terjebak lagi.

Hari-hari dimana aku dan Jaemin yang dekat gara-gara insiden dterdorong oleh temen yang lagi debat dan aku secara tidak sengaja menyenggolnya saat dia sebagai anggota osis yang memeriksa atribut saat masa orientasi, disampingku.

Dia yang menjadi koordinator ruangan juga saat mos dan mengabaikan aturan saat aku lupa membawa dasi dan dia mmemberikan dasinya.

Kami terbilang sangat dekat saat itu, tiba-tiba dilabrak oleh teman perempuannya, Hina. Dia juga mengaku pacar dari Jaemin.

Laki-laki itu hanya bilang maaf.

Aku menganggapnya selesai. Aku cukup tentram selama ini, dan sekarang, hah.






"Bodo ah, tidur aja."










°°°

Tbc.

°°°

Selamat hari brojol Sijeuniiiiii💚

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang