11. Atap lantai 25

60 19 0
                                    



°°°

He did it, twice.

°°°


Aku masih terbayang dengan pertanyaan Chenle tadi sore, tidak dapat dibohongi kalau aku biasa saja menganggapnya.

"Chenle tuh kenapa sih???"

Aku semakin tidak jelas dan kuping boneka menjadi korbannya.

Harusnya posthink saja ya mungkin Chenle bertanya karena dia suka Jaemin? Ah gila, aku semakin meracau.

Tadi sore aku menyuruhnya lekas pulang dan menyuruhnya mengerjakan tugas itu sendiri.

Ting!

Chenle: nggak usah dipikirin pertanyaan aku tadi mah.

"Telat kali bilangnya." Aku menggerutu.

Ting!

Notifku berbunyi lagi.

"Ck, apa sih?"

Chenle: lagi dimana?

Ya dirumah aja.

Chenle: coba ke atap gedung deh.

Emang kenapa? Ada kamu?

Chenle: ya sini aja, aku disini kok.

Aku mendadak gelisah, bagimana bisa Chenle ada di atap lantai 25, lantai paling atas.

Jangan macem-macem please, kok kamu bisa disini sih?

Chenle: iya, ntar aku jelasin. Sini dulu, liat kota dari atas keren banget tau.

Aku turun dari tempat tidur menyambar ikat rambut dan izin keluar pada mama. Aku kalang kabut menekan tombol di lift, untung liftnya sepi hanya aku sendiri.

"Astaga, masih ada tangga."

Aku menatap puluhan anak tangga menuju atap, kakiku masih nyeri tapi aku harus berjalan perlahan.

Aku mengintip melalui celah pintu, di depan sana terlihat seseorang memakai jaket putih membelakangi pintu dan postur tubuhnya memang dia, "Chenle!"

Laku-laki itu berbalik, lalu tersenyum berjalan ke arahku.

"Kenapa nggak pake jaket sih?" tanyanya dan langsung melepaskan jaket tebalnya dan memberinya padaku.

Jujur aku tidak enak, tapi dinginnya menusuk.

"Udah, turun aja yuk, ntar kamu yang kedinginan." Kataku.

"Enggak, aku masih pake hoodie." Jawab dia.

Untung atap apartemen ini dipagar dengan besi semua, jadi setidaknya aman sampai dada, dan ada kursi panjang juga disini. Kami duduk disana, berdua. Sambil melihat suasana kota yang ramai.

"Kok bisa disini? Kamu ngabur dari rumah?"

Chenle menatapku lalu itu tertawa kecil.

"Apa yang lucu sih, aneh banget." Batinku dalam hati.

"Sementara aku aman disini. Lantai 25 punya papa aku, dan jarang didiami." Jelas dia.

Lantai 25 punya fasilitas paling mewah diantara lantai yang lain.

Ya tidak heran untuknya.

"Kamu nggak ngabur dari rumah kan?" selidikku.

"Enggak lah, aku ada yang jagain disini lagian." Jawabnya lagi.

"Eh tapi? Aman? Kamu kena ancaman lagi atau kayak gimana?"

Chenle tampak berpikir, dan aku yang semakin penasaran.

"Maksud aku nyaman, bosen di rumah ada temen ortu dari Shanghai dateng. Aku nggak suka sama mereka yang seenaknya, ya udah aku kesini, lagian tempat ini rahasia dan nggak ada orang lain yang tau."

Aku cukup menyimak penjelasan Chenle, dan percaya begitu saja.

"Jangan-jangan perjodohan ya?"

Chenle lagi-lagi tertawa, "Enggak lah, aku aja lagi ngejar seseorang, dan bakal aku kenalin ke ortu aku."

"Boleh gr nggak sih?" batinku tidak tau malu.

Tapi hati angelku bilang "Cewek buat dia itu bukan cuman kamu, dia ganteng dan pinter, banyak akses di keluarga dia."



"Aku harap, orang yang aku kejar itu sadar dan berbalik, seenggaknya berhenti dan tunggu sampai aku bisa ngeraihnya."






°°°

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang