18. Brengsek

62 17 1
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

I miss the way he treats me.

°°°





Sekarang, atap apartemen adalah tempat favoritku. Sebelumnya aku hanya menyukai pemandangan dari balkon lantai 20 apartemen sambil melihat ke satu sisi kota, namun jika di atap, aku seolah bisa melihat kota dari berbagai sisinya. Itu karena— Chenle.


Yah, omong-omong ini sudah hari ketiga kami diam satu sama lain, dan pas di hari ketiga ini dia tidak masuk sekolah.

Grup kelas ramai membicarakan jawaban tugas dan jadwal piket, tapi Chenle selaku ketua kelas tidak ikut bergabung disana.


Sesaat sebelum ke atap, aku sempat mengecek dulu ke apart Chenle, tapi nihil. Chenle tidak ada di sana sekarang bahkan kemarin-kemarin.


“Ya tuhan, Chenle tuh kenapa sih?”





Evanescent






Setidaknya ada satu hari dalam seminggu Chenle mengalami kesialan, seperti sekarang.


Chenle harus bertemu lagi dengan Jeno, saudara tirinya yang bermuka dua.
Kini, Chenle sudah terbaring lemah di lantai kamarnya akibat ulah Jeno, sialnya lagi rumah kediaman Chenle dalam keadaan sepi bahkan Jaehyun pun entah kemana.


Ibunya sedang diluar kota sedangkan ayahnya di kantor.


“Hidup kamu tuh banyak keberuntungannya ya le, denger-denger kamu juga ditinggalin apartemen dari papa lama kamu. Ngerasa bersalah nggak sih KAMU itu udah bikin ortu aku cerai? Mamaku frustasi dan aku masih punya adek cewe.”


Jeno berbisik sesekali menekan setiap kata-katanya, Jeno juga menatap remeh Chenle yang terbaring di lantai dengan nafas terengah-engah.


“Sebenernya kamu itu baik, buktinya nggak ngadu apa-apa tentang masalah kita haha, tapi itu nggak bakal nutup kesalahan kamu, sialan!”


Bugh!


Jeno menendang keras tepat di tulang dada Chenle, membuatnya semakin meringkuk kesakitan hingga hampir kehilangan nafas. Chenle terbatuk tanpa suara.


Dan untuk pertama kalinya, semua ini jelas.


“Chenle!”


Jaehyun datang dengan wajah panik, namun Jeno tidak kalah panik saat dirinya ketahuan melakukan tindakan kekerasan.
Chenle hanya tersenyum getir disaat tubuhnya bergetar menahan tangis karena kesakitan.


Bugh!


Satu bogeman mendarat di pipi tirus Jeno, laki-laki itu tidak melakukan perlawanan dan berlalu pergi, sementara—Jaehyun segera menolong Chenle dan langsung membawanya ke rumah sakit.


“Maafin kakak please, kakak udah teledor jaga kamu.” Bisiknya sembari menggendong Chenle menuju garasi.
Hanya deheman kecil yang terdengar dari bibir Chenle sebelum mata sipitnya menutup sempurana.

LINE


Sung, Jisung


Iya clev? Tumben


Udah 3 hari nggak masuk si Chenle, kemana dia?


Kenapa nggak nanya langsung?


Aku telfon, chat ga masuk
hpnya rusak?


Eh? Masa sih?


Seriusan deh, temen sendiri jarang chat ya? Nggak suka ngegame bareng?


Aku ngegame dirumahnya dateng langsung,
dirumahnya lengkap tersedia 24 jam


Pantes -_-‘


Jisung tersenyum sebentar dan meletakkan ponselnya di nakas, lalu menatap wajah sahabatnya itu.


“Le, bangun dong? Udah 2 hari kehitung kamu tidur gini.” Jisung menggenggam tangan milik Chenle yang terasa dingin.


“Kenapa nggak bilang aja sih kalo Jeno pelakunya? Nggak usah pake latar belakang penyakit kamu.”


“Kalo Cleva yang ngomong kamu pasti langsung bangun ya kan?”


“Kamu sama sekali nggak salah, masalah mereka tuh belum dilurusin, dan mereka nggak mampu lurusin karena itu, mereka butuh pelampiasan untuk nutup kesalahan mereka—makanya Jeno itu musuhin kamu.”


“Please, you have to survive.”


Dan tangan Chenle bergerak perlahan dalam genggaman Jisung.









°°°

Tbc.

°°°

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang