Prolog

7 1 0
                                    


Gadis itu terduduk ditemani shyam dan angin yang menerpa wajah sendunya. Ia ingin menangis, namun tidak bisa. Ia ingin menjerit namun lidahnya kelu. Ia ingin pergi, namun sudah tidak ada lagi tempat baginya. Yang ia bisa hanya diam dan memaki diri sendiri.

Takdir itu lucu. Merampas kebahagiaan seseorang dalam sekejap seolah tidak ada artinya.

Gadis itu menengadah, lalu tertawa.
"Tuhan, kau lihat aku?" ia diam sejenak. "Kalau kau melihatku, beri aku jalan keluar." Matanya berkaca-kaca. "Tolong."

Sudah tidak ada jalan keluar, batinnya. Untuk apa menghabiskan waktumu disini seperti orang gila.

Gadis itu membuka album foto biru muda di sampingnya. Halaman demi halaman masih ia ingat dengan jelas, bahkan saat hari itu.

Semenjak sosok itu pergi, pelanginya menghilang, tak ada lagi payoda yang selalu melindunginya.

Ia menghembuskan napas panjang, berdiri dari duduknya dan perlahan berjalan.

"Semoga nanti kita bertemu lagi di rasa dan waktu yang tepat, sehingga tidak ada lagi air mata, dan penyesalan."

Semoga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang