Mama

1 0 0
                                    

MAMA

"Mama.." panggil seorang gadis kecil yang entah sejak kapan berada disampingku, tangan mungilnya menarik narik lenganku

Aku hanya mengernyit heran dan kembali menatap pacarku yang tengah tersenyum.

"Mama.." panggil gadis itu lagi, kali ini terdengar sedikit membujuk

"Pergi... aku bukan mamamu" usirku, anak itu benar benar mengganggu.

"Mama..." anak itu mulai merengek, matanya tampak berkaca kaca, aku menatap sengit padanya.

"Pergilah... sudah kubilang, aku bukan mamamu" bentakku, dan anak itu mulai menangis dengan suara yang keras memekakan telinga. Aku memutuskan untuk pergi, namun aku tak menemukan pacarku, dia pasti pergi setelah melihat bocah sialan itu.

"Heh.. berisik tau... gara gara kamu pacar aku jadi pergi.. sana kamu jauh jauh dari aku" omelku pada gadis yang mungkin berusia 3 atau 4 tahun itu, ah aku tak peduli pada anak itu.
Anak itu terus menangis meraung raung, telingaku serasa pengang, aku menutupi kedua telingaku dengan tangan.

Aku mulai panik saat tak menemukan pacarku dimanapun, ia pasti pergi dan mengira kalau aku sudah punya anak. Aku berteriak histeris, aku tak ingin kehilangan dia. Kulihat anak itu yang masih menangis memanggil manggil mamanya yang ia kira itu aku. Wajah polosnya tak akan membuatku iba, dia adalah penyebab perginya pacarku, anak itu harus menerima balasanku.

Dengan tergesa aku menghampiri anak itu, kucengkeram kuat lengannya dengan kedua tanganku, aku tak peduli kuku kukuku menancap di kulit putihnya. Kuguncang guncangkan tubuh kecilnya seraya berteriak

"Anak sialan, gara gara kamu pacarku pergi meninggalkanku, kamu harus menerima balasannya" aku melepaskan cengkeramanku dan beralih meraih leher kecilnya, perlahan ku eratkan tanganku mencekik lehernya, aku benci mendengar suaranya yang nyaring, sebentar lagi ia takkan bisa lagi berteriak

"Hahahaha" tawaku menggema namun tak lama beberap orang berseragam putih putih menyergapku dan melepaskan paksa gadis kecil itu dari cengkeramanku, mereka menarikku menjauh dan menusukkan sebuah jarum suntik yang membuat kesadaranku kian kabur. Lamat lamat aku mendengar percakapan orang orang berseragam itu

"Dia belum sembuh, sebaiknya jangan dekatkan anak itu dulu, tunggu sampai ia bisa menerima keadaanya, lambat laun ia akan sadar bahwa suaminya sudah meninggal dan anaknya membutuhkannya"

....Tamat....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VERDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang