Bab 1

22 2 0
                                    

"Halo Bara, ini ibu. Kamu kapan pulang nak? ibu kangen."

"Halo ibu, maaf ya bu, Bara belum bisa pulang. Tugas-tugas Bara di sekolah masih banyak yang belum dikerjakan. Nanti kalau sudah libur panjang, Bara bakal pulang kok bu. Bara juga kangen sama ibu. Oh iya bu, sudah dulu yah, Bara ada kumpulan di sekolah, nanti Bara kabari lagi kalau sudah selesai."

"Apa akan lama nak? ibu ingin bicara
sebentar."

"Mungkin sampai jam set 6 sore. Sudah dulu ya bu."

•••

Namaku Bara Wijaya, manusia sederhana yang penuh kerumitan dalam menjalani hidup. Sebagai remaja yang jauh dari siapapun, mungkin rasanya akan berbeda. Bandung lah yang akan menjadi saksi awal perjalananku.

Keluargaku tidak mengizinkan aku untuk bersekolah jauh. Tapi aku yang keras kepala untuk tetap ingin sekolah jauh. Dengan beralasan ingin hidup mandiri. Sepi, hening, tidak ada gangguan apapun itu yang membuat aku betah untuk menyendiri. Sulit mengajakku untuk bergaul. Tapi jangan segan-segan untuk berkenalan denganku. Karena aku tidak akan memakan manusia hihi.

•••

Sudah beberapa minggu ini aku disibukan dengan tugas-tugas sekolah yang sangatttt menumpuk. Maupun itu tugas pelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, atau yang lainnya. Kalau saja tidak ada kesibukan, pasti aku jam segini sudah ada di rumah eyang.

"Barr, maneh jadi ilu kumpulan futsal teu?" tanya salah satu temanku.

"Kuy, tapi urang makan dulu ya bentar. lapar soalna."

"Yaudah, urang tihela nya. Maneh tong lama-lama."

"Siapp bro, ntar urang kaditu."

Setelah selesai makan, aku langsung berlari menuju lapangan untuk ikut berkumpul. Di saat sedang kumpul, tiba-tiba hp ku berbunyi, dan ternyata itu telephone dari ibu. Aku baru ingat ini sudah jam 6 dan tidak mengabari ibu lagi.

Aku bingung untuk mengangkatnya atau tidak. Karena pelatih sedang menerangkan, dan aku tidak mau mengganggu yang lainnya. Akhirnya kumatikan saja telephone nya dan lanjut memperhatikan nya lagi.

Seharusnya aku tidak melakukan hal seperti itu, sampai-sampai telephone dari ibu saja tidak aku angkat.

Selesai kumpulan, aku berniat untuk pergi ke supermarket, untuk membeli cemilan yang kata orang-orang sih enak. Karena setiap aku pergi ke sana, selalu saja kehabisan. Dengan mengendarai motor sambil menyusuri jalan buah batu yang entah kenapa jalanan nya menjadi sepi. Mungkin karena suasananya mulai semakin gelap.

Sesampainya di sana, aku memasuki supermarket tersebut masih dengan memakai seragam sekolah. Beruntungnya aku, karena makanan yang selama ini aku incar ternyata masih ada. Aku langsung membelinya dengan tambahan beberapa cemilan lainnya dan minuman kaleng. Ternyata sesederhana ini untuk membuat bahagia. Aku mulai berfikir, bagaimana caranya aku bisa membahagiakan ibu.

Jika ada libur seharusnya aku menyempatkan diri untuk pulang menemui ibu. Pasti ibu sangat merindukan kepulanganku.

Aku hanya bisa mengutarakan keluh kesahku kepada eyang. Sepandai-pandainya aku menyembunyikan sesuatu perasaan, pasti eyang selalu tau. Kata eyang, tidak mau cucu eyang menjadi seperti itu. Memendam perasaan nya sendiri, sehingga membuatnya terpuruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HILANG.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang