[ this part is dedicated to youngkraken for the amazeballs banner below✨]
• • •
menurut renjun, aira tidak pantas menyebut dirinya kelabu.walau terkadang ia menyebalkan dengan sikap sok tahu dan keras kepalanya, aira tetap tidak patut menjadi nona kelabu. abu-abu hanya untuk orang inkonsisten dan labil di mata renjun, dan aira bukan salah satu dari spesies itu. seharusnya gadis itu memilih warna yang bisa merepresentasikan dirinya di setiap kondisi.
misalnya renjun dan warna biru.
tidak, jangan kaupikir renjun memilih biru karena dia lelaki. pikirannya tidak sesempit itu untuk memberi gender pada sesuatu yang bahkan tidak bernyawa. di hari-hari terbaiknya, biru bisa mewakili intelektual dan idealisme. pun di hari terburuk, bisa saja biru adalah refleksi dari kesedihan dan kesendirian.
hal lain yang membuat warna itu berkali lipat spesial bagi renjun karena biru merepresentasikan laut, tampak tenang di luar tapi bergemuruh di dalam, persis sepertinya. tak pernah ia merasa terkoneksi dengan apa pun sehebat dengan laut. biru adalah renjun, pun sebaliknya.
"AWAS!"
terlalu larut dalam pikirannya sendiri lantas menulikan rungu renjun dari pekikan seseorang di tengah lapangan. bukan tanpa alasan, sebuah bola voli yang melambung di udara sedang menuju ke arah renjun—yang disadari renjun saat siswi-siswi di belakangnya berteriak dengan serentak. namun semuanya sudah terlambat, bola sudah lebih dulu mencium kepalanya sebelum ia bertindak.
dug!
untuk sepersekian detik proses respirasi dalam tubuh seakan tidak bekerja. syok ditambah denyutan seakan habis dihantam palu godam penyebabnya. detik berikutnya, renjun mengerang seraya mengusap kepalanya. tak lupa pula ia membuat mental note untuk tidak melamun di tengah jam olahraga. oh, dan juga untuk menandai wajah teman-teman sekelasnya yang malah tertawa di atas penderitaannya.
ayolah, apa yang lucu dari insiden bola nyasar tersebut? dan apa maksudnya si oknum pelempar bola tertawa begitu keras hingga renjun dapat melihat dengan jelas uvula yang menggantung di langit-langit mulutnya?!
di tengah berkontemplasi, aira datang menghampiri renjun dengan ekspresi yang sulit untuk dibaca. tetapi setidaknya, aira tidak tertawa. mungkin karena bukan dia yang secara langsung melakukan itu, pikir renjun mencoba menyingkap alasan di balik wajah datar aira. atau mungkin dia sedang PMS sehingga terlalu malas untuk menggerakkan otot wajahnya? atau karena selera humor aira lebih tinggi dari IQ-nya sendiri? atau—
renjun harusnya berhenti menyangkal yang tidak masuk akal, semua kemungkinan jelas bermuara pada satu konklusi; bahwa aira peduli padanya.
"njun, 270 dikali 20 berapa?"
atau mungkin tidak.
"apa-apaan? 5400!" renjun berseru sewot, menanggalkan semua ekspetasi yang sibuk ia bangun tadi. cih, memangnya aku terlihat seperti kalkulator berjalan apa?
mendengar jawaban lelaki itu, perlahan senyum merambat di bibir aira. "syukurlah kamu nggak papa."
sekonyong-konyong, renjun merasa organ dalam tubuhnya ingin terjun ke luar sekarang. rasanya begitu mendebarkan mendengar seseorang peduli padamu bahkan untuk hal sekecil terkena lemparan bola. sekelebat spektrum warna pun memenuhi kepala renjun, mencoba mencocokkan salah satu warna dengan gadis itu. merah, kuning, ungu, putih? ah, sekalian saja aira menjadi pelangi!
• • •a/n :: halooo! apa kabar? aku harap kalian dalam keadaan baik hwhw kalaupun nggak, yah semoga cepat membaik! ^^ oh ya, aku memutuskan buat bikin pertanyaan tiap chapter biar kita bisa saling mengenal(?) hghg oke langsung aja,
Q : warna favorit kalian apa? kenapa?
i would like to see your answer! so pls kindly leave a comment there, thank you :) and see you soon in another chapters! ♡
regards, olin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTITAS RENJANA.
Fanficft. renjun ❝aira adalah pagi, tapi sayang renjun selalu bangun kesiangan.❞ ©2019 by gradasi-