Jogja, 17 April 2019
Hari ini memang hari yang cukup sial untuk Rey, karena harus mengulang semua tugas nya yang ia sudah kerjakan mati-matian tadi malam.
Rey memutuskan untuk mengerjakan kembali tugas nya itu di perpustakaan.
perpustakaan menjadi tempat kedua Rey setelah kantin.Baru saja Rey duduk, ada lagi kesialan yang datang kepadanya.
"Rey?"
Suara ini....
"Tuhan, kesialan macam apa lagi ini?" batin Rey dalam hati.
"Ya, kak?"
Pria yang kerap dipanggil 'kak' tersebut tersenyum kearah Rey,
"Senyumnya masih sama, masih membuat hati yang rapuh ini kembali jatuh pada pesonanya."
"Kamu apa kabar?"
"Baik, kak Yedam sendiri gimana?"
Yedam,
Pria yang pernah mengisi hari-hari Rey,
Pria yang pernah menjadi tumpuan Rey ketika ia dalam titik sulit di dalam hidupnya,
Sayangnya, semua kata-kata indah itu hanya bisa menjadi 'pernah'
"Aku baik."
Ada sedikit rasa kecewa.
Mengapa ia terlihat baik-baik saja tanpa Rey disisinya?
"Syukur kalo gitu, aku duluan ya kak?"
Rey tersenyum simpul.
Rey berjalan sambil menyeka air matanya yang hendak jatuh di depan Yedam.
"Rey, tunggu."
Rey pun terdiam sejenak, lalu tersenyum.
"Ada apa, kak?"
Tanya Rey sambil berhadapan dengan Yedam.
"Sudah sampai?"
Rey menatap wajah Yedam penuh dengan tanya.
"Maksudnya?"
Yedam menghela napas panjangnya,
"Rinduku, apakah sudah sampai?"
Rindu ini,
Terbalaskan.
Terima kasih, Jogjaku.